AS hanyut ke dalam “perang tidak diinginkan dengan China”
Laporan-laporan terbaru berbunyi bahwa niat AS untuk mengerahkan pembom B-1 mereka di Australia telah membuat marah pihak China, memicu ketegangan di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan, dan bisa dibilan membawa para pemain yang terlibat dalam ambang peperangan, seorang profesor bidang politik AS dan keamanan global mengatakan kepada Radio Sputnik.
Langkah AS untuk terlibat dalam kebuntuan Australia dan China menunjukkan bahwa situasi di Laut China Selatan akan menjadi sebuah “subjek yang diintensifkan selama enam bulan ke depan,” Joseph Siracusa, Profesor Keamanan dan Diplomasi Internasional di Royal Melbourne Institute of Technology University mengklaim.
Dalam babak baru ini, Australia terjebak antara dua api. China merupakan mitra perdagangan tingkat atas negara tersebut sedangkan AS tetap menjadi sekutu militer Canberra.
Sementara Beijing berusaha untuk secara hati-hati menjauhkan Australia dari AS dalam konflik Laut China Selatan, sebagai sebuah cara untuk mengurangi ketegangan, situasi keseluruhan tampaknya telah mencapai titik yang tidak dapat dikembalikan menurut Siracusa.
“Pemerintah Australia memainkan peran mereka dengan hati-hati. Mereka ingin melibatkan AS lebih di Laut China Selatan,” profesor tersebut menunjukkan. “Australia berada pada rencana AS, dan publik Australia cukup berada pada pihak yang sama, kecuali bagi beberapa anggota penting dari komunitas akademik. Militer dan warga biasa Australia cukup banyak berada di pihak pemerintahan.”
AS telah mengambil keuntungan dari keadaan sekarang ini, bergegas untuk memperkuat hubungan mereka dengan pihak militer Australia dalam upaya untuk menggeser keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut.
“Presiden AS Obama telah berusaha utnuk menyeimbangkan atau menggeser keseimbangan tersebut,” kara Siracusa. “Ini berarti bahwa sebuah pergeseran aset AS di berbagai belahan dunia, terutama memposisikan ulang mereka. Menempatkan pembomb jarak jauhnya di Australia adalah sebuah langkah untuk memposisikan ulang persenjataan atau tentara berat seperti marinir di wilayah ini.”
Beijing telah menempatkan rudal-rudal di Laut China Selatan, dan telah menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengakui sebauh hak yang diklaim oleh AS untuk berlayar atau terbang di atas apa yang mereka anggap sebagai wlayah perairan China.
“Kita meilhat banyak pergerakan yang menuju beberapa titik didih di sini,” Siracusa berpendapat, menambahkan bahwa, “Angkatan Laut China telah benar-benar menghentikan Angkatan Laut AS.”
Menurut indikator ini dan lainnya, sang profesor menegaskan bahwa situasi ini dapat bertumbuh menjadi sebuah peperangan antara China dan AS, dan, ia menyarankan bahwa pernyataan-pernyataan oleh kedua negara bahwa mereka akan meningkatkan latihan militer maritim bersama tidak akan menipu siapa pun.
- Source : sputniknews.com