www.zejournal.mobi
Jumat, 27 Desember 2024

Setelah memasuki Aleppo, tentara Suriah mungkin akan melanjutkan ke Raqqa

Penulis : Robert Fisk | Editor : Samus | Selasa, 09 Februari 2016 14:29

Setelah kehilangan sampai 60.000 tentara dalam pertempuran yang berlangsung selama lima tahun, tentara Suriah tiba-tiba telah mendapatkan kemenangan terbesarnya dalam peperangan tersebut – menghantam Front Al-Nusra dan pasukan pemberontak lainnya di sekitar Aleppo dan secara efektif menentukan nasibnya sendiri sementara pihak Rusia menyediakan operasi serangan udara di luar kota tersebut.

Jalur-jalur pasokan pemberontak dari Turki ke Aleppo telah dilumpuhkan, namun ini tidak berarti akhir dari cerita ini. Selama berbulan-bulan, pihak otoritas pemerintahan – bersama dengan puluhan ribu warga sipil, termasuk banyak umat Kristen – terjebak di dalam Aleppo dan ditembaki mortir oleh para pejuang Front Al-Nusra, yang mengepung mereka sampai pada akhirnya tentara pemerinta membukan kembali jalan tol utama di bagian selatan.

Selama periode ini, satu-satunya cara mencapai Aleppo adalah dengan menggunakan pesawat karena tentara mengadakan wilayah dengan penjagaan ketat ke bandara – Pada suatu malam saya terbang dengan sebuah pesawat militer penuh sesak dengan pasukan Suriah yang terluka.

Namun keadaannya sudah berubah sekarang. Sekarang para pemberontak lah yang dikepung, bersama dengan puluhan ribu warga sipil di wilayah mereka di kota ini – namun merek tidak memiliki bandara untuk bertahan. Atas dasar begitu banyak pertempuran lainnya dalam peperangan mengerikan ini, seperti tidak akan mungkin ada serangan terhadap pusat kota Suriah terbesar ini; melainkan sebuah pengepungan bertahap dan menghancurkan untuk memaksa para pemberontak untuk menyerah.

Dalam sejarah yang ironis, dua desa Syiah, Nubl dan Zahra – yang warganya telah dikepung oleh para pemberontak dan mengalami kelaparan selama tiga tahun – kini telah direbut kembali oleh pihak militer Suriah.

Syiah, yang sealiran dengan orang-orang Alawit yang sama dengan Presiden Bashar al-Assad, telah terpojok di beberapa desa di wilayah ini, meskipun kondisi hidup mereka yang buruk sebagian besar tidak dilaporkan di media.

Sekarang orang-orang di beberapa wilayah Aleppo yang dikuasai oleh pemberontak akan merasakan isolasi yang sama – dan, tak diragukan lagi, tembakan-tembakan mortir dari para pengepung mereka. Selalu ada gerakan dari orang-orang antara dua sektor kota ini – akankah jalur ini ditutup sekarang? Dan bagaimana dengan puluhan ribu warga sipil yang mengalir ke utara menunju Turki?

Kota Aleppo sendiri terlambat berabung dalam peperangan ini. Karena beberapa keajaiban dalam sejarah, kota tersebut tetap bebas dari konflik hingga tahun 2012 ketika para pemberontak – yang berpikir bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke Damaskus – berhasil menyusup ke kota kuno tersebtu. Jalan-jalan kota tersebut kemudian terbakar di bulan-bulan pertempuran. Sekarang tampaknya telah menjadi kota besar di Suriah pertama yang secara efektif kembali ke dalam kendali pemerintahan. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Perebutan kembali kota Palmyra? Pembersihan daerah sekitar Daraa?

Dan , yang jauh lebih dramatis, berapa lama lagi tentara Suriah serta sekutunya, Hizbullah dan Rusia akan menetapkan sasaran mereka bagi “ibukota” ISIS Raqqa?

ISIS, yang memegang kendali Palmyra, sepertinya mempelajari perkembangan yang luar biasa dalam beberapa jam terakhir ini dengan keprihatinan yang mendalam.

Namun demikian, pihak militer Arab Saudi sedang mengalami kemunduran dalam perang Yaman yang memalukan. Adapun Turki mengirim tentara NATO mereka sendiri melintasi perbatasan Suriah – mungkin beresiko akan diserang oleh pihak Rusia – yang merupakan sebuah kejadian terburuk baik Washington dan Moskow harus hindari. Jika tida, kita akan menemukan dunia dalam keadaan Gavrilo Princip lainnya – dan kita semua tahu apa yang terjadi pada tahun 1914.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar