Wakil Presiden Irak: Turki beresiko untuk memprovokasi perang dunia berikutnya
Turki bisa membawa dunia ke jurang konflik global berikutnya, wakil Presiden Irak Nuri al-Maliki mengatakan setelah jatuhnya sebuah pesawat Rusia oleh pasukan udara Turki.
“Standar ganda Erdrogan dan kebijakan-kebijakan nya yang agresif mengancam terjadinya perang dunia baru,” kata al-Maliki dalam sebuah pernyataan saat ia mengkritik kebijakan presiden Turki, Recep Tayyip Erdrogan, AFP melaporkan.
Wakil Presiden Irak yang juga seorang mantan perdana menteri di negara tersebut, juga menuduh pemimpin Turki atas kemunafikannya ketika ia mengomentari pengakuan Turki atas pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat Rusia yang ditembak jatuh oleh pasukan udara nya.
“Erdrogan mengklaim bahwa pesawat Rusia memasuki wilayah udara Turki selama beberapa detik, dan melupakan bahwa pesawat mereka juga melanggar wilayah udara Suriah dan Irak setiap harinya,” kata al-Maliki seperti yang dikutip oleh AFP.
Irak telah berulang kali menuduh Turki telah membantu terbentuknya kelompok teroris ISIS, dan bukan satu-satunya negara yang telah mengecam kebijakan Turki menyusul insiden dengan pesawat militer Rusia yang ditembak jatuh.
Insiden tersebut juga telah memicu gelombang kemarahan di Yunani, yang mengklaim bahwa pesawat-pesawat tempur Turki melanggar wilayah udara Yunani hampir secara teratur dengan 2244 pelanggaran hanya pada tahun 2014.
Anggota lain dari masyarakat internasional juga telah menyuarakan kritik mereka atas tindakan Turki serta dukungan nya untuk Rusia. Beberapa dari mereka juga menuduh bahwa tindakan tersebut menjadi sebuah bukti atas hubungan Turki dengan ISIS.
“Terkadang seseorang dapat menduga bahwa Turki memiliki hubungan informal dengan ISIS. Menimbang bahwa Angkata Udara Rusia sedang memerangi ISIS, serangan tersebut tampaknya menjadi sebuah langkah yang terlalu radikal...” kata Presiden Ceko Milos Zeman kepada media nasional, sementara Roberto Calderoli, salah satu anggota terkemuka dari partai Liga Utara (Lega Nord) Italia bahkan mengklaim bahwa “Turki secara resmi telah memasuki perang di pihak ISIS” dengan menembak jatuh sebuah pesawat Rusia.
Turki juga dikritik tajam oleh para pejabat Perancis, Cyprianus, Suriah dan Armenia.
Segera setelah insiden yang terjadi pada hari Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai “tikaman dari belakang yang dilakukan oleh kaki tangan teroris.” Putin juga mengatakan bahwa Rusia sangat menyadari bisnis minyak Turki dengan ISIS.
“ISIS menghasilkan banyak uang, ratusan juta bahkan miliaran dolar dari penjualan minyak. Selain itu mereka dilindungi oleh pihak militer sebuah bangsa,” katanya.
Pesawat pembom SU-24M Rusia dihantam oleh sebuah rudal yang ditembakkan oleh jet tempur F-16 Turki sekitar satu kilometer dari perbatasan Turki dan jatuh empat kilometer dari perbatasan.
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB, Turki mengatakan bahwa mereka menjatuhkan pesawat militer Rusia di wilayah udara Turki setelah pesawat tersebut melanggarnya selama 17 detik. Pihak Turki mengatakan bahwa mereka telah memberikan 10 peringatan dalam waktu lima menit saat pesawat mendekati wilayah nya, Reuters melaporkan.
AS mendukung klaim Turki. Juru bicara Pentagon Peter Cook mengatakan pada sebuah konferensi pers pada hari Rabu bahwa maskas koalisi yang dipimpin oleh AS “mendengar” peringatan dari Turki terhadap pesawat Rusia tersebut.
Namun, navigator dari pesawat Rusia yang dijatuhkan tersebut, Konstantin Murakhtin, membantah pernyataan Ankara baik mengenai peringatannya dan pelanggaran di wilayah udara Turki.
“Kami tidak mungkin melanggar wilayah udara mereka bahkan dalam satu detik,” kata Konstantin Murakhtin kepada RT dan media Rusia lainnya. “Saat itu kami sedang terband di ketinggian 6000 meter dengan cuaca yang cerah, dan saya memiliki kendali atas jalur penerbangan kami secara keseluruhan.”
“Pada kenyataannya, tidak ada peringatan sama sekali. Baik melalui radio, atau secara visual, jadi kami tidak mengubah jalur kami,” tambahnya.
Kementerian Pertahanan Rusia juga telah menolak setiap upaya komunikasi atas nama Turki setelah kejadian tersebut.
- Source : www.rt.com