www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Musim Gugur di Palestina

Penulis : Israel Shamir | Editor : Admin | Rabu, 18 November 2015 16:24

Musim gugur di Palestina sangatlah indah: buah-buah ara berwarna biru dan hijau yang matang, buah delima di pohon yang dipatuk oleh burung-burung, anggur-anggur yang memerah. Sekarang adalah waktunya untuk memanen buah zaitun, dan orang-orang dari Betlehem dan kota kembarannya, Beth Jala membawa karung-karung yang penuh dengan buah zaitu ke tempat pemeras minyak lokal yang dilengkapi dengan mesin Italia terbaru. Mereka mengamati buah-buah zaitun mereka yang sedang di proses seperti seekor elang mengamati santapannya, mulai dari proses awal sampai tercurahnya minyak hijau kental dari ujung pipa. Ini adalah waktu-waktu yang sangat penting bagi mereka: cairan berharga ini (yang bernilai dari $8 sampai $15, tergantung dari asal buah zaitunnya) adalah makanan pokok bagi rakyat Palestina.

Pada saat yang sama, sekitar 90 meter dari tempat pemeras, di kafe Bonjour yang modis para mahasiswa Universitas Betlehem bersenda gurau di sekitar meja-meja kayu besar sambil menghisap shisha mereka. Ini adalah kerumunan yang bercampur antara para laki-laki yang santai dan perempuan yang ceria. Gadis-gadis ini mengenakan jilbab flamboyan dan modis yang membingkai wajah halus mereka. Para pemuda, tinggi dan kekar mengenai pakaian santai dengan model terbaru. Mereka datang dari seluruh penjuru Palestina, dari Jenin di utara dan Hebron di selatan, dan bahkan dari Gaza yang terpencil datang ke kota yang ramah dan liberal ini. Mereka berbicara bahasa Inggris yang lancar dengan orang-orang asing, generasi baru ini yang tumbuh dalam kemakmuran beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, bus-bus yang penuh dengan wisatawan dan peziarah melanjutkan perjalanannya ke basilika kuno yang didirikan oleh Santo Constantine di atas gua di mana Perawan Maria melahirkan Yesus Kristus. Ini masih merupakan sebuah kota Kristen, juga Beth Jala yang merupakan kota tetangganya. Orang-orang Kristen dan Muslim hidup berdampingan, seperti yang mereka telah jalani selama seribu empat ratus tahun sejak Islam datang ke sini, sebuah agama tentang kerjasama dan persahabatan.

Sekitar 2 kilometer dari Gereja dan kafe tersebut, tentara Israel menembakkan granat gas air mata pada anak-anak kecil, asap hitam dari ban yang terbakar tercampur dengan asap putih dari gas air mata. Mereka sudah mendapatkan korbannya hari ini untuk dibunuh: seorang pejalan yang lari karena takur karena anjing liar, dan ditembak dari belakang oleh tentara Israel. Seorang nenek tua di dalam mobil tewas, juga: para tentara mengaku ia mengemudikan mobilnya terlalu cepat dan mengancam keselamatan mereka. Anak-anak dari kamp pengungsi Aida yang tidak kenal takut melemparkan batu kepada para tentara, meskipun hukum Israel yang baru menetapkan hukuman penjara tidak kurang dari dua tahun atas pelanggaran ini. Tidak ada hukuman eksekusi bagi anak-anak.

Parfum yang digunakan kota Betlehem adalah aroma dari gas air mata, musiknya adalah suara-suara tembakan, panggilan shalat dari para muadzin dan lonceng-lonceng di gereja. Namun orang-orang kurang memerhatikan kekerasan volume rendah ini jika dibandingkan pada tahun 2002, ketika semuana dikerahkan demi perjuangan.

Beberapa hal telah berubah di Betlehem: para pemuda yang cerdas di kafe-kafe yang riang, mobil-mobil SUV, sejumlah supermarket, kelas-kelas menengah yang baru muncul. Beberapa hal lainnya masih tetap berada di Betlehem: gereja, buah zaitun dan tentara. Dari yang masih menetap di kota ini, para prajurit Yahudi ini menjadi peninggalan yang paling anakronistik, pasukan Herodes terjebak di masa lalu di tengah-tengah modernitas yang bermekaran. Mereka sudah ketinggalan jaman dan tidak pada tempatnya lagi.

Setahun lalu ini tidak tampak begitu jelas, ketika seluruh Palestina masih menjadi sebuah wilayah peninggalan masa lalu, dengan kakek-kakek yang mengendarai keledai, para gadis mengambil air dari mata air terdekat dan anak laki-laki memetik buah zaitun. Saat itu, Palestina terasa sangat tua dan kuno, tidak berubah sejak zaman Kristus, sebuah masa yang hidup di masa lalu. Saya mencintai Palestina yang belum berkembang ini, dan berharap akan seperti itu selamanya ketika pertama kali saya datang ke sini lima puluh tahun yang lalu.

Namun dunia berubah. Palestina juga terbangun dari tidurnya yang lama. Kota-kotanya tumbuh dengan pesat, industri-industri yang makmur dan generasi baru yang tumbuh. Mereka berpergian ke luar negeri, mengemban pendidikan di Amerika Serikat dan Rusia, serta mengunjungi negara-negara Teluk. Tidak lagi mengendarai keledai atau mobil Peugeot yang babak belur, sekarang mereka berkeliling kota mengendarai mobil-mobil SUV baru. Dan pengepungan Israel yang sudah berlangsung lama tampaknya sudah tidak pada tempatnya lagi, seperti sebuah pengawasan yang mengganggu dari seorang kepala sekolah yang menghukum orang-orang dewasa, atau dari seorang sipir penjara bagi orang-orang yang tidak bersalah dan bebas.

Tentara Israel berkumpul di sekitar kota, mengendalikan pintu-pintu keluar masuk, dengan daerah Makam Rahel yang sepenuhnya tertutup oleh dinding dan memblokir jalan utama ke Yerusalem. Wilayah ini terjebak seperti sebuah tulang ikan yang menyangkut di tenggorokan; ini adalah tempat yang sering terjadi bentrokan, karena di sini para tentara berada di dalam kota. Kamp pengungsi Aida terletak di sampingnya, menambahkan para pemuda yang bertekad dalam campuran bentrokan yang terbakar. Namun semua orang Palestina, tua dan muda, kaya dan miskin sangat tidak pusa dengan kondisi sekarang yang menjadi tahanan rumah pemanen.

Tidak ada perasaan pemberontakan umum di jalanan Palestina, setidaknya belum. Namun tidak satupun dari yang saya tanyai siap untuk bertaruh apakah gelombang protes baru-baru ini akan meningkat menjadi sebuah intifada baru (pemberontakan) atau akan surut. Ini tergantung dari pemerintahan Netanyahu, dan mereka tidak keberatan untuk menghadapi beberapa ekskalasi dengan kekerasan.

Orang-orang Yahudi menginginkan sebuah pemberontakan Palestina kecil yang dapat dikendalikan agar memberikan mereka alasan yang masuk akal untuk membunuh para aktivis muda. Bagi mereka, pemberontakan dan penindasan seperti halnya memotong rumput, sesuatu yang harus mereka lakukan setiap 10 atau 15 tahun. Ketika generasi baru tumbuh dan kengerian dari penindasan sebelumnya terlupakan, itulah saatnya untuk memicu pemberontakan baru dan untuk membunuh mereka yang terbaik dan aktif. Hanya mereka yang tenang dan patuh dan diam di rumah yang akan bertahan hidup. Skema ini bekerja dengan baik sebelumnya, namun dalam situasi yang sangat bergejolak di Timur Tengah, ini mungkin akan menjadi berbahaya.

Perbaikan-perbaikan nyata dalam perekonomian Palestina dan integrasi dalam perdagangan global membuat mereka enggan untuk mencoba kembali. Empat tahun terakhir situasi ini cukup baik untuk mereka. Negara-negara lain dapat iri dengan Palestina – jika dibandingkan dengan negara tetangga, peperangan sipil di Suriah dan kediktatoran militer yang keras di Mesir. Rakyat Palestina hidup lebih baik, dan mereka tidak ingin mati sia-sia. Selain itu, ada suara-suara yang terbuka dan keras menyerukan untuk menghentikan serangan-serangan bunuh diri. “Palestina membutuhkan Anda untuk tetap hidup, Marahlah. Berontak lah. Banjiri jalanan. Tapi jangan mati,” tulis seorang aktivis Palestina di Ramallah.

Mereka mencoba untuk memberikan “perlawanan yang pintar”, kata Jonathan Cook, seorang wartawan Inggris muda hebat yang menetap di Nazaret beberapa tahun lalu, menikah dan menjadi warga pribumi di sana. Ia adalah salah satu pengamat Palestina terpercaya, tidak dikendalikan dan disuap oleh pihak Israel. Kami bertemu di sebuah restoran yang menyenangkan di Nazaret; restoran tersebut penuh – warga Palestina dari kota Galilea ini menjalankan usaha pariwisatanya dengan baik. Mereka membuka banyak hotel kecil, dan tampaknya juga dipenuhi oleh para wisatawan.

Mereka juga berada di bawah kekuasaan militer Yahudi sampai tahun 1956, namun sekarang tidak. Di satu sisi, kota Nazaret bisa menjadi contoh bagi Betlehem dan kota-kota Palestina lainnya. Integrasi memiliki daya tarik yang lebih daripada pengelompokkan. Palestina dan Nazaret tidak ingin menjadi sasaran dari PNA (Otoritas Nasional Palestina) di Ramallah.

Gagasan Integrasi tersebut (solusi Satu Negara) diperdebakan selama bertahun-tahun, sejak saya mempublikasikannya pada tahun 2002, namun tidak ada perkembangan apapun. Ini juga berlaku terhadap solusi Dua Negara yang diterima secara umum. Secara politis, tidak ada yang berubah sama sekali. Selama bertahun-tahun tidak ada negosiasi yang terjadi, dan tampaknya tidak ada yang percaya pada program pembaharuan mereka. Kekerasan hanya berujung pada kehancuran, sementara perlawanan tanpa kekerasan juga tidak menghasilkan apa-apa. Tidak sia-sia, Netanyahu berjanji bahwa tidak akan ada negara Palestina selama ia berkuasa.

Namun, ini adalah sebuah kesalahan jika menganggap Netanyahu sebagai satu-satunya penghambat bagi perdamaian. Ia pastinya sangat mengerikan, namun sama hal nya dengan politisi Israel lainnya. Ia tidak lebih buruk daripada sayap kiri Zionis, yang dulunya disebut dengan Partai Buruh kini mereka menyebutnya dengan Zionist Union. Netanyahu sebenarnya meringankan banyak pembatasan; penutupan-penutupan jalan sekarang berjumlah lebih sedikit daripada selama pemerintahan Partai Buruh; sekarang warga Palestina yang berumur lebih dari 50 tahun dapat melakukan perjalanan di seluruh negeri tanpa meminta izin terlebih dahulu. Para pemuda dapat mendapatkan izin bekerja untuk bekerja di Yerusalem, dan mendapatkan pemasukan yang lebih. Partai Buruh sangat ketat dan menentang integrasi. Mereka ada untuk perpecahan; karena untuk semua alasan praktis, mereka mendukung Netanyahu. Mereka lebih tertarik pada agenda-agenda gender, hak-hak homoseksual dan pemberdayaan kaum wanita. Mereka hanya sedikit tertarik pada Palestina.

Zionis kiri memusuhi Bashar Assad dan Rusia: mereka mencintai Tony Blair dan Nyonya Clinton. Nitzan Horowitz, seorang politisi Israel dari partai kiri yang termasyhur menyerang Putin dalam hal-hal yang dapat Anda perkirakan berasal dari para neokonservatif Amerika. Putin adalah “macho” (mungkin sebuah kosakata gay terburuk dalam perbendaharaan kata para Zionis), ia adalah seorang mantan KGB. Terutama AS dan koalisi Barat yang dipimpin oleh AS lah yang membom sasaran-sasaran ISIS. Hanya sebagian kecil dari serangan Rusia yang mengenai ISIS. Kebetulan? Tidak Sengaja? Tidak. Putin hanya menyerang oposisi Suriah yang pro-Barat ,” tulis Horowitz.

Palestina mendukung ofensif Rusia di Suriah. Para pelajar mengharapkan Putin dapat menyelamatkan Palestina juga. Mereka mengagumi Putin yang kuat dalam politik Rusia. Namun Putin tidak tertarik untuk menjadikan Israel sebagai musuh. Rusia juga membantu Palestina, membangun pusat-pusat kebudayaan dan mengundang para pemuda untuk belajar di Rusia. Mereka bekerja sama dengan PNA dan dengan Abu Mazen (Mahmoud Abbas), seseorang yang difitnah oleh Israel sebagai pemicu kekerasan.

Abu Mazen bukanlah seorang pemimpin yang populer atau efisien. Masa jabatannya sudah lewat bertahun-tahun lalu, tapi ia masih menempel di kursi kepresidenan. Israel tidak mengizinkan pemilu baru; tampaknya ia juga tidak tertarik akan pemilu yang baru. Pengaruhnya dalam partainya sendiri, Fatah, sangatlah lemah; kebanyakan orang Palestina lebih memilih Hamas, cabang Palestina dari Ikhwan Mesir, persaudaraan Muslim yang dianggap jujur, bersih, tidak korup dan peduli terhadap kaum miskin. Abu Mazen dan lingkunannya adalah para neo-liberal; yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Sementara kuat dalam retorika nasionalisnya, mereka tidak peduli dengan keadilan sosial. Pembicaraan tentang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin adalah tabu di Palestina.

Agenda pihak nasionalis juga menjadi busuk. Warga Palestina terganggu oleh pernyataan Abu Mazen yang menyatakan bahwa “kerja sama keamanan dengan Israel adalah sebuah prisip suci yang tak tergantikan”. Mereka menganggap Mazen lemah, tidak efisien, dan menurut sebagian ia adalah boneka Israel. Netanyahu melemahkan posisinya, dan sekarang Abu Mazen mungkin tidak mampu berbuat banyak. Permaian diplomatiknya di PBB masih berlangsung, perlahan dan agak berhasil, namun tidak dijelaskan dengan banyak. “Kami benci Abu Mazen” seru para pemuda yang cerdas di Betlehem dan anak-anak jalanan yang melawan tentara Israel dalam satu suara. Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa intifada atau pemberontakan ini tidak hanya akan melawan Israel, tetapi juga PNA.

Rakyat Palestina membutuhkan dan menginginkan serta layak untuk mendapatkan kebebasan untuk melangkah, pekerjaan, kehidupan yang layak, akhir dari diskriminasi, kesetaraan dasar dengan orang-orang Yahudi. Situasi-situasi ini mendorong beberapa dari mereka yang putus asa untuk melakukan serangan-serangan bunuh diri. Mereka tidak memiliki senjata sehingga mereka menggunakan pisau. Serangan seperti ini biasanya berakhir dengan kematian dari si penyerang. Pemberontakan kecil yang menggunakan pisau atau di al-Aqsa adalah perlawanan dari satu pria saja (atau wanita). Tidak ada unsur yang mempengaruhi ibu rumah tangga atau anak tersebut yang menghunuskan pisau dapurnya. Ingat, bahwa selama pemberontakan tahun 2002, Fatah dan Hamas mendukung pemberontakan tersebut; sekarang tidak. Hanya di bulan kedua selama pergolakan, warga Palestina menggunakan senjata api dalam beberapa serangan penyergapan.

Netanyahu mencoba untuk memicu mereka melakukan pemberontakan. Pada awalnya, ia mengirim buldoser-buldoser untuk mencabut pohon-pohon zaitun yang berumur ribuan tahun dari wilayah gereja di dekat Biara Cremisan. Tanah tersebut akan dibangun pemukiman bagi warga Yahudi. Para Yahudi fanatik membakar Gereja Roti dan Ikan di pinggir Danau Galilea, dan tentunya mereka dibiarkan saja. Para pemukim Yahudi membakar hidup-hidup sebuah keluarga Palesina – bayi berusia delapan bulan, kakanya beserta orang tuanya – di desa Duma dan mereka tidak diproses secara hukum, meskipun identitas mereka diketahui oleh pihak yang berwenang. Pemerintah Yahudi mengizinkan warganya untuk menembak anak-anak Palestina menggunakan senapan sniper Ruger 10/22 dan menyebabkan korban berjatuhan, terutama seorang anak dari Betlehem bernama Aboud Shadi.

“Aunts aren’t gentlemen”, tulis P G Wodehouse. Yahudi juga tidak jantan. Gagasan atas permainan yang jujur dan adil, perilaku sportif bahkan dalam peperangan sangatlah asing, “goyish”, bagi orang-orang Yahudi. Mereka selalu mengejar hasilnya; bagi mereka, tujuannya adalah selalu menghalalkan segala cara. Mereka menggunakan ambulans untuk mendekati sasaran-sasaran mereka. Beberapa hari yang lalu merekadatang ke sebuah rumah sakit di Hebron menyamar sebagai keluarga Palestina yang menemani anggota keluarga wanita yang akan melahirkan. Sementara di dalam rumah sakit, mereka menculik seseorang yang terluka dari tempat tidurnya dan menembak mati anggota keluarganya yang lain.

Mereka benar-benar tidak peduli terhadap kesucian gereja atau rumah sakit, anak-anak dan perempuan. Ada sebuah rumah sakit Kristen di Selatan Betlehem; Orang-orang Yahudi mendirikan sebuah gereja Swedia fiktif untuk membeli rumah sakit dan tanahnya. Setelah itu, “gereja Swedia” tersebut menghilang dan bangunan tersebut berada didalam pemukiman Yahudi. Orang di balik ini adalah Irving Moskowitz yang terkenal, raja Bingo AS, namun kesepakatan pencurian ini disetujui oleh pemerintah Yahudi.

Warga Palestina terlalu baik untuk melakukan hal-hal buruk seperti ini. Namun pada akhirnya, Tuhan tidak akan membiarkan ketidakadilan untuk menang. Karma bangsa Yahudi akan membuat mereka membayar atas perbuatan jahat mereka. Sayangnya, banyak orang harus menderita sampai akhirnya semua terselesaikan.


- Source : www.unz.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar