Ketua MKD: Novanto dan Fadli Ketemu Trump Itu Rekreasi, Wajar lah
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR memutus memberi teguran sebagai sanksi kepada Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Putusan itu terkait pertemuan keduanya dengan Donald Trump di Amerika Serikat.
Ketua MKD Surahman Hidayat mengungkapkan satu poin yang melatarbelakangi keputusan MKD untuk memberi teguran, yakni jawaban "yes, highly" dari Novanto untuk Trump yang bertanya soal suka kah orang Indonesia pada Trump.
Namun bagaimanakah dengan agenda pertemuan itu sendiri? Apakah itu tak dipermasalahkan MKD sebagai kunjungan di luar jadwal lawatan DPR ke negeri Paman Sam?
"Benang hijaunya, benang putihnya, atau benang merahnya bukan dalam melanggar karena jalan-jalan ke sana tidak dalam tugas DPR, bukan dalam hal berkomunikasi di luar forum. Hanya tentu ada hal-hal yang dianggap oleh masyarakat kurang arif," tutur Surahman usai rapat MKD di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (19/10/2015).
Yang dimaksud sebagai kurang arif tak lain dan tak bukan adalah jawaban "yes, highly" dari sang pemimpin rombongan, Novanto. Sedangkan agenda di luar jadwal, Surahman mengakui memang berkunjungnya elite DPR ke Trump Tower memang tak terjadwal dalam agenda Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR.
"Jadwal yang disiapkan BKSAP memang tidak, karena agenda sebenarnya adalah parliamentary event, dialog dengan ketua parlemen sedunia," kata Surahman.
Sebagaimana diketahui, kunjungan mereka ke AS adalah untuk menghadiri forum Parlemen Sedunia (IPU). Namun untuk kegiatan bertemu Trump, MKD memaklumi hal itu sebagai "rekreasi lah".
"Nah setelah selesai (acara parlemen sedunia), dalam acara resmi kan biasa ada kelelahan dan saya sendiri kadang juga merasakan. Yah, rekreasi lah sejauh hal itu memang masih wajar," kata Surahman memaklumi.
Dia beranggapan, bertemunya Novanto dan Fadli dengan Trump hanyalah sebagai relasi saja. Tak ada kaitannya dengan niatan Trump untuk menjadi calon presiden Amerika Serikat. Namun karena kondisi saat itu tak memungkinkan Novanto dan Trump segera meninggalkan Trump Tower, maka Novanto dan Fadli dipersilakan tuan rumah mengikuti konferensi pers Trump.
"Pak Setnov dan Pak Fadli tentu sah-sah saja, ada relasi kan. Dan ini kebetulan belum kandidat, melainkan hanya ingin menjadi bakal calon presiden Amerika Serikat," ujar Ketua Dewan Syariah PKS ini.
Penjelasan yang didapat MKD lewat penyelidikan terhadap Fadli pada Kamis (15/10) di ruang BKSAP DPR, didapati bahwa rombongan DPR pada saat di Trump Tower susah keluar setelah bertemu Trump.
"Dan disimpulkan, sejauh itu masih dalam kegiatan wajar, tidak keluar dari kepentingan masyarakat," kata Surahman.
Soal anggaran yang digunakan rombongan DPR untuk berkegiatan di luar jadwal, yang disebut Surahman sebagai rekreasi itu, dinilai masih legal. Uang yang digunakan berasal dari anggaran Kesejkenan dan kocek pribadi.
"Paling berapa sih, dari situ (Trump Tower) ke hotel. Walapun ada wisata sedikit, biasanya sudah meng-cover. Kan anggaran itu tidak rigid, namun agak longgar. Toh walaupun tidak pakai anggaran, masing-masing kita yakni memakai uang saku sendiri," kata Surahman.
Bahkan Novanto, disebut Surahman, sudah bersumpah bahwa dia menggunakan uang yang legal dalam konteks itu.
"Bahkan Pak Setnov bersumpah, Wallahi tidak menggunakan dana yang tidak sesuai aturan," kata Surahman.
- Source : news.detik.com