www.zejournal.mobi
Minggu, 22 Desember 2024

Australia Izinkan Mati Sukarela dengan Pendampingan

Penulis : Ian - Publica News | Editor : Anty | Jumat, 06 Januari 2023 11:23

Adelaide - Pasangan Brett dan Liz Habermann menangis sekali lagi ketika Menteri Kesehatan Chris Picton mengumumkan pendaftaran relawan pendamping kematian atau Voluntary Assisted Dying (VAD). Suami-istri asal Wuddina, Australia Selatan (SA), itu selama empat tahun berkampanye menyokong lahirnya undang-undang eutanasia, mengakhiri hidup 'secara bermartabat'.

Rabu (4/1) ini, UU VAD mulai berlaku di Negara Bagian SA, meskipun beleid tersebut telah disahkan pada September 2021.

"Akhirnya hari ini tiba," kata Liz Habermann kepada ABC News, Rabu (4/1).

Mulai hari ini, pasien yang tak kuat sa menderita sudah bisa mendaftar untuk memilih mati. Dewan Peninjau Sekarat dengan Batuan Sukarela telah membuka pendaftaran relawan yang akan membantu eutanasia hingga akhir Januari. Mereka inilah yang nantinya akan mendampingi dan menilai kelayakan seseorang yang mendaftar untuk mati.

Sudah ada 42 dokter mendaftar, mereka bakal menjalani pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam menilai kelayakan seorang pasien yang memilih mengakhiri hidupnya. Pelatihan meliputi informasi tentang kriteria kelayakan pasien dan mengidentifikasi faktor risiko penyalahgunaan atau pemaksaan.

"Selama beberapa hari ke depan, kami akan melakukan lebih banyak komunikasi publik sehingga dokter dan masyarakat mengetahui bagaimana sistem ini akan bekerja," ujar Menteri Kesehatan SA Chris Picton, seperti ditulis laman new.com.au.

Siapakah pasien yang berhak menjalani eutanasia? Menurut Jaksa Agung Kyam Maher, hanya pasien berusia di atas 18 tahun yang menderita penyakit mematikan.

Seorang pasien yang ingin 'mati bermartabat' wajib mengajukan permintaan tertulis kepada Dewan Peninjau Sekarat dengan Bantuan Sukarela. Pasien juga harus menyertakan saksi yang ditunjuk. Tim VAD yang akan menilai apakah aplikasi kematiannya layak dan tidak melanggar UU.

Setelah aplikasi disetujui, pasien akan menjalani 11 tahap untuk sampai pada eutanasia dengan didampingi tim khusus yang terdiri atas dokter, apoteker, navigator perawatan, dan praktisi medis lainnya.

Tahapan tersebut, antara lain, pemeriksaan kelayakan mati oleh dua tim dokter berbeda, konsultan kematian, dan membuat surat permintaan terakhir. Setelah semua lengkap, pasien tersebut baru boleh mengakses 'obat kematian'. Lalu mendapat sertifikasi mati.

Australia Selatan merupakan negara bagian keempat yang menerapkan eutanasia, menyusul Victoria, Australia Barat, dan Tasmania. Di dunia, setidaknya ada delapan negara yang punya UU eutanasia, antara lain, Belanda, Prancis, Belgia, Kolumbia, dan Amerika Serikat.

Bagi pasangan Brett dan Liz Habermann, momen ini merupakan momen paling emisional kedua setelah kematian anaknya Rhys. Sang anak memilih mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi selama 18 bulan menderita kanker tulang stadium akhir.

Pada Natal 2017, Rhys minta izin untuk mati secara bermartabat di sebuah motel. Ia tidak ingin orang tuanya berurusan dengan polisi, jika ia mati di rumah. Tapi Brett dan Liz melarang, keduanya memilih mendampingi putra tunggalnya yang berusia 18 tahun tersebut.

"Itu adalah malam paling emosional," Liz mengenang, ketika Rhys akhirnya menenggak 'obat kematian' --yang tak disebutkan jenisnya-- di tempat tidurnya.

Keesokan hari, polisi mendatangi rumah keluarga Habermann. Setelah penyelidikan setahun lebih, polisi menutup kasus ini karena tidak ditemukan unsur pidana pembunuhan.

Sejak itulah Brett dan Liz mengkampanyekan undang-undang eutanasia di Australia Selatan. Empat tahun kemudian, UU Voluntary Assited Dying diberlakukan setelah disahkan setahun lalu.

"Undang-undang ini memberi orang pilihan. Ini masih akan sulit, tetapi fakta bahwa orang punya pilihan sekarang --mereka tidak harus memilih untuk mati dengan cara yang mengerikan yang menyebabkan trauma besar," kata Liz Habermann. 


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar