www.zejournal.mobi
Minggu, 22 Desember 2024

Dua Kepala Babi di Depan Masjid Belum Jadi, Menguji Konservatisme Daegu

Penulis : Ian - Publica News | Editor : Anty | Selasa, 15 November 2022 11:41

Selepas isya, Muaz Razaq (26) terkejut mendapati dua kepala babi di dekat pintu masuk masjid yang baru setengah jadi di Daehyeong-dong, Daegu. Di dinding, ada spanduk kain putih bertuliskan kanji tentang penolakan pembangunan masjid.

Mahasiswa Universitas Nasional Kyungpook (KNU) asal Pakistan itu tertegun-tegun. Selama ini ia bertetangga baik dengan warga di gang kecil tersebut, tanpa masalah.

Ia juga telah mendapatkan izin membangun masjid dua lantai dari pemerintah setempat dua tahun lalu. Tapi dua kepala babi segar yang ditaruh terpisah beberapa meter itu membuatnya tersenyum kecut.

Ini merupakan kali kedua, akhir Oktober lalu ia menemukan hal yang sama.

"Bukan misteri siapa yang menaruh di sana, atau mengapa," kata Razaq, mahasiswa ilmu komputer, kepada Korea Herald, Jumat (11/11) siang.

Sudut kecil Daehyeong-dong di selatan kota terbesar keempat Korsel tersebut adalah salah satu tempat konflik budaya paling sengit di Negeri Ginseng saat ini.

Sekelompok mahasiswa muslim membeli properti di sudut jalan buntu itu dan membangun masjid di atasnya. Semula tanpa penolakan, jalan kecil itu merupakan kawasan kontrakan multikultural.

Lalu tiba-tiba terjadi peristiwa selepas isya, Selasa (8/11) lalu. "Tampaknya ada tetangga Korea memasak daging babi di gang... Beberapa orang sengaja menyetel musik keras-keras saat azan dan mematikannya setelah selesai," Razaq bercerita.

Sejak tahun 2014, mahasiswa muslim di KNU telah menggunakan salah satu rumah di gang ini sebagai tempat ibadah. Pada Desember 2020, pembangunan masjid dimulai dengan persetujuan dari otoritas kabupaten. Tanah tersebut dibeli secara patungan oleh enam mahasiswa asal Pakistan dan Bangladesh, plus donasi 150 jemaah.

Tapi mereka merasa tempat itu kurang memadai. "Itu adalah rumah kecil, banyak mahasiswa harus salat sampai di luar. Kami tidak ingin mengganggu tetangga," ujar Razaq.

Namun setelah pembangunan masjid mencapai 60 persen, muncul protes dari tetangga. Kantor distrik kemudian meminta pembangunan dihentikan sementara pada Februari 2021.

Pada Desember 2021, pengadilan mencabut keputusan kantor distrik yang menunda pembangunan masjid. Putusan untuk meneruskan proyek diperkuat oleh pengadilan tinggi pada September 2022.

Ketika pekerjaan dilanjutkan, warga tetap menghalang-halangi. Jang (62), seorang warga, mengancam akan pindah jika pembangunan masjid berlanjut.

"Suara orang lalu lalang, sepeda motor dan sepeda mengganggu kami," kata warga yang telah 6 tahun mengontrak rumah di gang tersebut.

Seorang wanita yang menjalankan toko binatu juga mengancam akan pindah. "Jalan sempit ini penuh dengan sepeda dan motor yang mereka parkir. Lingkungan kecil ini menjadi makin padat," katanya.

Razaq dan komunitas muslim telah menawarkan solusi dengan menyiapkan lahan parkir yang juga bisa digunakan warga secara gratis. Namun tetap saja ditolak.

Ketegangan di jalan buntu di kota konservatif itu, menurut Korea Herald, tetap terjadi. Pejabat distrik masih mencarikan solusi. 


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar