www.zejournal.mobi
Minggu, 22 Desember 2024

Mahfud MD Tak Ingin Nyapres Karena Trauma Politik 2019

Penulis : Publica News | Editor : Anty | Kamis, 21 April 2022 15:54

Menko Polhukam Mahfud MD masih trauma politik 2019 sehingga ia memastikan tak akan mau jadi calon presiden (capres) di Pemilu 2024.

"Sekarang ndak lah, cape. Banyak generasi yang siap sekarang, sudah maju. Saya sudah 22 tahun, ndak. 22 tahun nih beredar di Jakarta. Rumah saya kan di Yogya. Saya 22 tahun di Jakarta terus dalam jabatan-jabatan publik," kata Mahfud MD saat jadi narasumber dalam Adu Perspektifdi Jakarta, Kamis (21/4).

Guru Besar UII Yogyakarta itu mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan 2019. Saat itu, ia mempunyai jaringan-jaringan LSM hingga di perguruan tinggi.

Ia pun mengakui merasakan trauma dalam Pilpres 2019. "Iya, salah satunya Karena, kalau kita bekerja habis-habisan seakan-akan sudah iya, tiba-tiba dibelokkan, jatuh. Wah ini berarti Tuhan ndak mau. Oleh sebab itu, orang mati-matian juga kalau Tuhan tidak merestui, ndak bisa," ia menegaskan.

Diketahui pada detik-detik akhir Jokowi memutuskan bakal calon wakil presiden dalam Pilpres 2019, mendadak ada perubahan dari Mahfud MD kepada Ketua Umum MUI sekaligus Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin.

Mahfud MD juga menyinggung mengenai Pemilu 2024. Ia mengkhawatirkan 2 hal yaitu polarisasi ideologi dan korupsi. Dalam hal ideologi, ia mengaku risau siapa yang bisa menyelesaikan kasus seperti pengeroyokan terhadap Ade Armando pada 11 April 2022 lalu.

"Soalnya kan Ini masalah ideologis, polarisasi yang tajam. Ini perlu orang kuat yang bisa menyatukan, bisa diterima dua-duanya (kelompok), punya wawasan dua-duanya, untuk bisa menyatukan," katanya.

Ia menambahkan, polarisasi ideologis yang begitu tajam disebabkan masalah cara meletakkan agama dengan negara. Kerisauan kedua terkait kasus korupsi.

"Itu perlu orang kuat. Kan ini korupsinya sudah tidak terkendali dan mau menyalahkan di mana. Wong di setiap sektor, pengadilan begitu, parlemennya begitu, birokrasi pemerintahan begitu, pengusahanya begitu, semua bekerja dengan cara-cara itu," katanya.

Kedua kerisauan itu, katanya, sangat membahayakan bangsa dan negara. (feh)


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar