Mayoritas Kita Sedang Bergejala, Tapi Ogah Tes Lagi
Kalau kita melihat kondisi lingkungan sekitar hari ini, 18 Februari 2022, mungkin kita akan mendapati banyak teman, keluarga dan rekan kita sedang batuk pilek flu dan demam. Maka tak heran juga kalau dalam banyak pemberitaan, dikabarkan jumlah kasus positif sejenis omicron meningkat di banyak tempat.
Angka kenaikan positif ini selalu bertepatan dengan pancaroba. Pergantian musim dari kemarau ke hujan atau sebaliknya hujan ke kemarau. Yang bila kita ingat-ingat, kasus orang sakit batuk pilek flu dan demam memang selalu meningkat saat pancaroba.
Tapi kabar baiknya, tahun ini mental masyarakat sudah sangat baik. Sehingga yang kepo dan takutan, atau penasaran kena virus atau ngga, sudah tidak sebanyak dulu di tahun 2020 dan 2021. Sehingga angka kenaikan kasus dan bed rumah sakit tidak lagi penuh seperti sebelumnya.
Kepanikan karena terkena virus, atau positif bergejala flu batuk demam, sudah tak se heboh tahun-tahun sebelumnya.
Tak ada lagi yang panik borong kebutuhan pokok di supermarket. Tak ada aksi borong susu beruang atau obat-obatan. Tak ada yang panik nyetok masker sebanyak-banyaknya.
Kehidupan berjalan normal dan biasa saja meski Luhut sudah mengumumkan PPKM level 3 di banyak tempat. Mayoritas masyarakat tak peduli dengan berita di media. Tempat wisata tetap rame dan secara psikologi nampaknya mustahil dibatasi lagi.
Aktifitas masyarakat dan kerumunan yang terus terjadi di banyak tempat sudah tidak lagi mendapat kecaman. Bahkan untuk konser Nabila Maharani dan Tri Suaka juga minim penolakan. Ribuan orang berkerumun tanpa jaga jarak. Maharani dan kawan-kawan tampil di panggung tanpa masker.
Kondisi ini tentu berbeda dengan tahun sebelumnya. Saya ingat betul ada orang yang foto pasar lagi rame, lalu tenaga kesehatan merespon dengan menulis bajunya “Indonesia Terserah.”
Waktu itu, tenaga kesehatan masih dianggap pahlawan. Sehingga banyak orang ikut mengutuk pasar-pasar tradisional yang rame itu. Dan selalu jadi bulan-bulanan pemberitaan terkait klaster pasar.
Meski kalau mau jujur, pasar tradisional memang tak pernah tutup, tak pernah sepi. Karena memang di sana lah kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Kalaupun sempat ada pasar yang dilockdown, biasanya akan buka lebih cepat dari ketentuan.
Seorang teman sempat bertanya ke saya hari ini. Menurutmu, sejak kapan ada perubahan keyakinan dan mental di kalangan masyarakat?
Saya sebenarnya sudah lama ingin ceritakan ini. Tapi ragu karena malas mendapat komentar negatif dari orang-orang yang beriman pada varian dan menjadikan Luhut seperti Nabi yang suci.
Tapi kali ini saya ingin cerita. Toh geng dokter yang memfitnah saya juga nampaknya sudah tak mempan lagi. Haha
Sebenarnya mental masyarakat Indonesia menguat gara-gara satu ancaman PPKM Natal dan tahun baru.
Karena adanya ancaman PPKM atau lockdown libur akhir tahun, banyak karyawan atau pekerja mengajukan cuti sejak September 2021. Karena mereka mau libur dan mau menggunakan jatah nya. Daripada nanti akhir tahun ga bisa liburan, mending ambil lebih cepat mumpung belum PPKM. Itulah pikiran banyak orang.
Sehingga kalau kita perhatikan di banyak tempat wisata, pada bulan September 2021 sudah rame seperti sedang liburan natal dan tahun baru. Dari yang semula cukup sepi, tiba-tiba rame.
Oktober November dan Desember terus rame. Orang mulai melihat teman temannya liburan, maka mereka juga ikut liburan.
Informasi wisata dan situasi rame ini jadi titik balik. Dari sepi ke rame. Dari takut keluar rumah jadi berani. Dan setelah itu situasinya jadi seperti bola salju yang terus menggelinding bertambah besar.
Sampai akhirnya Desember datang. Mayoritas kita sudah tak peduli lagi. Kalaupun mau PPKM ya silahkan saja, toh sudah liburan.
Tapi di sisi lain, mayoritas orang mulai menganggap PPKM tidak masuk akal. Karena kerumunan dan rame-rame sudah terjadi sejak September 2021 dan tak ada peningkatan kasus.
Sementara itu, muktamar NU yang diselenggarakan pada akhir Desember itu tak bisa ditunda. Kedua kubu antara Gus Yahya dan Kiai Said Aqil tidak mencapai kata sepakat untuk menunda muktamar.
Sehingga dengan banyak pertimbangan sosial ditambah dengan muktamar NU, PPKM natal dan tahun baru pun dibatalkan.
Memang pemerintah menyiapkan nama baru. Sama seperti PSBB ke PPKM. Tapi mayoritas warga sudah terlanjur mendengar kata batal. Sehingga liburan natal dan tahun baru berlangsung meriah. Yang belum liburan jadi liburan, yang sudah liburan pun kembali liburan.
Dan seperti biasa, para ilmuan yang beriman pada varian mengeluarkan prediksi yang menakutkan. Rumah sakit akan colaps lagi kata banyak pengamat.
Tapi dasarnya masyarakat sudah lebih berani, jadi kalau sakit lebih memilih ke klinik. Menghindari puskesmas atau rumah sakit yang mewajibkan tes dulu sebelum dilakukan penanganan.
Maka hasilnya seperti yang kita lihat. Tak ada lonjakan kasus. Biasa saja. Meski sekali lagi, kalau kita lihat sekeliling kita hari ini, rasanya 60% sedang demam flu dan batuk, dalam kata lain sedang bergejala.
- Source : seword.com