www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Cara Mengusir Trend Boneka Arwah

Penulis : Adin | Editor : Anty | Selasa, 04 Januari 2022 11:35

Dunia memang penuh keunikan. Baik keunikan karena alam, juga keunikan yang terjadi karena perilaku manusia itu sendiri. Seperti ada orang yang terobsesi menjadi berbi, maka dia melakukan operasi puluhan kali agar mirip boneka berbi.

Ada juga kondis atau sesuatu yang malah menjadi tren. Seperti memiliki hidup mancung seperti artis korea. Maka ramai-ramai orang melakukan operasi plastik demi mempunyai hidup yang mirip dengan artis korea.

Trend merupakan kondisi alami yang terjadi di dunia ini. Tetapi jangan sampai tren yang aneh-aneh yang bisa merusak kesehatan baik kesehatan tubuh maupun jiwa. Apalagi sampai mengganggu keyakinan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME).

Sekarang ini sedang tren sesuatu yang mengundang kontroversi. Trend ini menurut saya baru ada di Indonesia. Tapi mungkin juga sudah ada sejak dulu tapi tidak diketahui publik.

Spirit doll atau 'boneka arwah' belakangan menjadi tren di kalangan artis. Mulai dari Ivan Gunawan, Celine Evangelista hingga Sarwendah 'mengadopsi' boneka itu selayaknya bayi hidup atau anak asuh mereka.

Misalnya Ivan Gunawan, ia bahkan menamai boneka arwahnya Miracle Putra Gunawan atau kerap disapa Baby Eqel. Berulang kali dirinya menegaskan jika boneka arwah itu benar-benar hidup. Dikutip dari sejumlah sumber, boneka ini konon dipercaya diisi roh yang sudah meninggal. Kisaran harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Sekilas trend ini seperti bahan candaan belaka. Tetapi mereka para artis terlihat serius menganggap boneka tersebut berisi arwah, bahkan secara berlebihan menganggap mereka sungguh-sungguh hidup.

Kondisi ini menurut saya sungguh memprihatinkan. Seseorang sudah sampai kepada tahap kesepian akut, di mana seseorang mencapai kebutuhan untuk berkeluarga atau mengasuh anak-anak namun tidak bisa dijalankan atau tak mau repot menerima konsekuensi tanggung jawab.

Mengasuh benda mati tentu lebih mudah daripada mengasuh anak manusia yang memiliki akal, perasaan, dan kebutuhan lain sehingga memiliki tanggung jawab yang besar. Membesarkan anak tidak mudah, tidak seperti memelihara benda mati. Bahkan mempunyai anak sangat berbeda dengan mempunyai binatang peliharaan.

Teman saya sudah lama tidak mempunyai anak. Pada suatu titik dia memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi perempuan. Dia bilang gampang mempunyai anak tinggal dititipkan ke tetangga jika mereka sama-sama sibuk bekerja. Dia menganggap sudah cukup sebatas memenuhi kebutuhan bayi maka semuanya selesai.

Ternyata ketika telah mengadopsi anak, terasa sangat berbeda. Teman saya sering curhat kurang tidur karena harus bergantian dengan istrinya mengurus bayi. Jika bayi tidur dia mengerjakan pekerjaan yang belum selesai, juga mengerjakan pekerjaan rumah yang belum sempat diselesaikan.

Ketika semua pekerjaan telah selesai, dia mau istirahat, eh ternyata bayinya malah bangun dan lama tidak mau tidur. Teman saya pun jadi bergadang menunggi bayi tersebut sehingga kekurangan waktu tidur.

Adopsi spirit doll atau boneka arwah menjadi tren di kalangan selebriti. Fenomena ini merupakan cerminan masyarakat yang kesepian. Meskipun tinggal di kota yang hiruk pikuk, masyarakat kota yang memelihara boneka dan memperlakukannya seperti manusia, mencerminkan masyarakat yang kesepian (kesepian dalam keramaian). Gejala ini juga menunjukkan warga yang kian individualis. Peran media sosial menyumbang besar dalam pembentukan individualitas dan kesepian ini.

Selama ini orang-orang sibuk di dunia maya, namun interaksinya di dunia nyata justru kering. Hal ini ditambah dengan pembatas fisik yang sukar dikontrol tetangga. Meningkatnya interaksi di dunia maya inilah yang membuat orang memilih binatang peliharaan atau boneka. Manusia, kehilangan kemanusiaannya.

Hal ini yang mendorong warga kota akrab dengan binatang peliharaan, boneka dan manekin yang dijadikan kekasih. Maraknya layanan dari rumah ke rumah atau kamar ke kamar seperti hantaran makanan oleh penyedia jasa transportasi online, turut juga menyumbang kesepian. Manusia-manusia teknologi kehilangan kemanusiaannya.

Menurut saya, tidak seharusnya memperlakukan boneka layaknya anak karena boneka adalah benda mati. Khusus untuk umat Islam tidak terjebak hal mistis dan menuhankan selain Allah SWT. Baiknya uang yang dimiliki disumbangkan kepada anak yatim dan duafa dari pada memelihara boneka yang mistis itu.

Agar orang tidak kehilangan rasa kemanusiaannya, berinteraksi dengan masyarakat sekitar sangatlah penting. Jangan sampai sibuk sendiri, asyik sendiri dan semua keperluan dipenuhi dengan teknologi.

Lebih baik perbanyak silaturahmi tradisional yaitu bertemu langsung dengan orang. Khususnya orang-orang terdekat yang dicintai atau sahabat yang bisa diajak seru-seruan. Bercanda atau bersenda gurau bisa meningkatkan rasa kemanusiaan dan kebahagiaan. Sehingga rasa kesepian akan terusir jauh dengan otomatis.


Berita Lainnya :


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar