www.zejournal.mobi
Senin, 23 Desember 2024

COVID-19 Indonesia Ngamuk, Kematian Dua Kali Lipat

Penulis : Aziza Larasati | Editor : Anty | Jumat, 09 Juli 2021 15:45

Kematian di Indonesia akibat COVID-19 meningkat tajam pada Rabu (7/7), dengan kematian harian yang dilaporkan hampir dua kali lipat dari dua hari lalu, seiring varian Delta menyebar cepat membanjiri sistem perawatan kesehatan negara ini yang sebagian besar belum divaksinasi.

Pakar kesehatan masyarakat selama berminggu-minggu memperingatkan bahwa Indonesia (negara dengan populasi terpadat keempat di dunia) dapat menghadapi lonjakan seperti yang menyebabkan sistem rumah sakit India runtuh pada April dan Mei, Wall Street Journal melaporkan.

Sekitar 5% dari 270 juta penduduk Indonesia telah divaksinasi lengkap, dan infeksi telah meningkat selama berhari-hari. Negara ini melaporkan rekor 1.040 kematian akibat COVID-19 pada Rabu (7/7), naik dari 558 kematian dua hari lalu.

Rumah sakit di berbagai wilayah nusantara telah kehabisan tempat tidur dan ventilator. Kekhawatiran kelangkaan oksigen telah menyebabkan pihak berwenang mengimpor pasokan dari luar negeri. Ratusan petugas kesehatan yang disuntik penuh dengan vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. China (yang merupakan bagian terbesar dari pasokan vaksin Indonesia saat ini) terinfeksi COVID-19, sehingga mengurangi tenaga medis yang tersedia untuk menangani arus pasien, asosiasi dokter mengatakan.

Sejumlah warga berziarah di pemakaman khusus Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, 30 September 2020. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya memperluas lahan untuk pemakaman jenazah orang yang meninggal dunia terkait wabah virus di TPU Pondok Ranggon karena jumlah korban yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 terus bertambah setiap hari. (Foto: Kompas.com/Kristianto Purnomo)

“Sekarang kita berada dalam situasi yang sangat parah,” ujar Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University di Australia, kepada Wall Street Journal, menambahkan bahwa kasus kemungkinan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang.

Dokter dan sukarelawan mengatakan, banyak orang sekarat di rumah mereka tanpa dites COVID-19, dan bahwa kasus dan kematian yang dilaporkan tidak secara akurat mencerminkan skala krisis di Indonesia.

Negara ini melaporkan 34.000 infeksi baru pada Rabu (7/7), penghitungan satu hari tertinggi. Pihak berwenang mengatakan varian Delta beredar luas dan dominan di beberapa wilayah Indonesia.

Varian ini diperkirakan dua kali lebih menular dari virus versi asli dan hadir di 85 negara. Hal ini mendorong kematian di banyak bagian negara berkembang di mana pasokan vaksin rendah, termasuk Uganda, Afrika Selatan, dan Bangladesh.

Muhammadiyah COVID-19 Command Center (sebuah kelompok sukarelawan yang membantu keluarga mengangkut orang sakit dari rumah ke rumah sakit, dan orang yang meninggal dari rumah sakit ke pemakaman) mengatakan, pihaknya menangani lebih banyak permintaan daripada titik mana pun sejak pandemi dimulai.

“Terkadang kami harus menolak karena relawan kami terbatas,” tutur Wahyu Gunawan Wibisono, ketua divisi kelompok yang beroperasi di kota Yogyakarta di pulau Jawa.

Dalam upaya untuk mengurangi penyebaran, pemerintah pekan lalu mengumumkan pembatasan baru di daerah-daerah yang terkena dampak parah di Jawa dan Bali (PPKM darurat Jawa-Bali). Sebagian besar pekerja kantoran diharuskan bekerja dari rumah, dan pusat perbelanjaan serta tempat ibadah harus tetap tutup. Jalan-jalan di Yogyakarta yang semula ramai sekarang sebagian besar sunyi, kecuali suara sirene ambulans, menurut Wahyu.

Kematian melonjak tidak hanya di wilayah metropolitan, tetapi juga di tempat-tempat yang jauh dari kota-kota besar.

Dr Bobi Prabowo (yang mengepalai ruang gawat darurat sebuah rumah sakit di Tulungagung, sebuah kota kecil di provinsi Jawa Timur) mengatakan, unit perawatan intensif penuh, dengan aliran pasien terus-menerus diarahkan ke sana dari klinik kesehatan setempat. Rumah sakit melihat kematian mingguan dua kali lebih banyak dari sebelumnya, katanya.

Tenaga medis kelelahan, dan ada juga yang jatuh sakit akibat COVID-19. Dua dokter dan empat perawat saat ini diisolasi setelah terinfeksi, katanya. Semuanya sudah divaksinasi lengkap dengan vaksin Sinovac.

“Karena mereka terinfeksi, tenaga kerja kami terbatas, kemampuan kami terbatas,” tukasnya, dikutip Wall Street Journal.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar