Asal Usul Usulan Presiden 3 Periode
KLB Demokrat dikait-kaitkan dengan upaya atau skenario Presiden 3 periode. Karena kebetulan yang dijadikan ketua umum adalah Moeldoko, kepala KSP, lingkaran istana.
Dengan begitu pihak oposisi seperti Amien Rais dan PKS sudah bersuara, bahwa ada upaya-upaya ini. Dan ini bahaya bagi demokrasi. Itu juga yang dikatakan oleh AHY.
AHY bilang mari selamatkan demokrasi. Ibas dengan pantun ada siang ada malam, juga ujungnya selamatkan demokrasi. Entah di mana pantunnya, pokoknya begitu.
Kalau lihat kelakuan AHY dan Ibas, saya jadi teringat dengan FPI. Yang dikit-dikit bela ulama, bela Islam. padahal yang bermasalah secara hukum itu masalah pribadi. Masalah Rizieq dengan Firza misalnya, mana ada hubungannya dengan aksi bela Islam? demokrat pun sama, ini hanya masalah hukum dan konflik internal, tapi seolah-olah yang bermasalah adalah demokrasi, yang sedang terkena musibah adalah Indonesia. Padahal suara Demokrat hanya 7 persen, minoritas sekali.
Ya begitulah Demokrat dengan FPI, ada mirip-miripnya. Mungkin karena itu juga AHY numbuhin jenggotnya, biar makin serasi.
Bahasan soal potensi atau peluang Jokowi 3 periode ini juga diamini oleh sebagian relawan Jokowi sendiri. Dari sini muncul kesimpulan, seolah-olah memang benar ada upaya atau skenario seperti itu.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Jika kita ingat dulu, Ruhut Sitompul yang masih loyal pada SBY, pada 2010 lalu juga sudah mengkampanyekan soal perpanjangan periode kepemimpinan Presiden. Karena waktu itu SBY terpilih dengan 60.5 persen suara. Sangat fantastis.
Sekalipun ada banyak kecurangan, dan Demokrat terlihat juga naik fantastis dari 7 persen di 2004 menjadi 26 persen di 2009. Lebih 300 persen. Sungguh sebuah fenomena politik yang sulit dipercaya.
Keyakinan bahwa memang ada kecurangan itu muncul setelah 2014 Demokrat anjlok ke 10 persen. Dan 2019 turun lagi ke 7 persen. Kembali ke asal. Penurunan drastis ini menunjukkan memang ada yang salah di Pemilu 2009 lalu.
Tapi tetap saja, sejarah akan mencatat bahwa SBY terpilih dengan 60.5 persen suara. Mau itu curang dan sebagainya, ya tetap saja catatan sejarahnya seperti itu. sama seperti pertandingan sepak bola, mau ada kartu merah, diving atau keputusan tidak berimbang dari wasit, tetap saja sejarah hanya akan mengingat jumlah golnya, skor akhir menang kalahnya.
Ruhut Sitompul tak sendiri, dia kemudian disambut komentar partai-partai lain, baik pro dan kontra. Pada intinya sama, menyemarakkan potensi 3 periode.
Pada 2019 lalu, ketika saya jadi tim kampanye Presiden Jokowi, juga sempat ada bahasan soal target suara. Beberapa relawan ingin agar Jokowi terpilih lebih dari 60 persen. Mengingat lawannya adalah Prabowo, yang sebenarnya mudah sekali dikalahkan. Kita semua sudah ada peta politiknya.
Cuma waktu itu partai tidak terlalu fokus pada Jokowi. Termasuk yang paling sering dikritik adalah PDIP. Karena terlihat hanya fokus pada perolehan suara partai. Bahkan Nasdem malah tidak mau membayarkan biaya saksi untuk Pilpres.
Semua berangkat dari keyakinan bahwa Jokowi pasti menang. Dan selain itu, dari pihak PDIP saya dengar juga ada kekhawatiran. Jangan sampai Jokowi menang terlalu besar, tapi juga jangan sampai terlalu kecil sehingga bisa dipermasalahkan ke MK.
PDIP sendiri sudah mencium aspirasi relawan yang ingin Jokowi memimpin 3 periode. Sementara PDIP tidak mau itu terjadi karena sudah cukup dengan 2 periode, agar demokrasi kita terjaga. Maka jangan heran kalau pada Pemilu 2019 lalu, partai yang paling sering diserang oleh relawan Jokowi adalah PDIP. Karena bagaimanapun Jokowi ini kader PDIP. Bila PDIP tidak mendukung usulan 3 periode ini, maka akan berat perjuangan para (beberapa) relawan itu.
Nah, dengan hasil 55 persen suara di Pilpres 2019 saya pikir relawan sudah berhenti membahas potensi 3 periode. Karena masih di bawah SBY yang 60 persen.
Namun suara usulan 3 periode itu semakin santer terdengar. Bahkan meski Jokowi sendiri sudah membantah dan menganggap mereka hanya cari muka atau ingin menyerang dirinya.
Ya beginilah politik, kanan dan kiri bisa mengubah timur dan barat. Tergantung kita menghadap. Seperti kata SBY, AHY dan Ibas, ada siang ada malam. Begitulah kura-kura.
- Source : seword.com