www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

1001 Jurus Iran Tekuk Militer AS di Timur Tengah

Penulis : Fadhila Eka Ratnasari | Editor : Anty | Selasa, 16 Maret 2021 12:55

Kenneth Adelman, mantan asisten Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfeld dan tokoh penting dalam komunitas kebijakan luar negeri AS, terkenal meramalkan pada 2002, perang untuk menggulingkan pemimpin Irak Saddam Hussein akan menjadi tugas yang sangat mudah. Fakta yang terjadi justru sebaliknya.

Mantan Presiden AS Donald Trump tampaknya tidak belajar apa pun dari keangkuhan dan optimisme Adelman. Meskipun dia membatalkan serangan udara yang direncanakan ke Iran pada menit terakhir, Trump kemudian memperingatkan para pemimpin Iran, masih sangat banyak opsi militer yang tersedia. Trump menambahkan, jika Amerika Serikat menggunakan kekuatan melawan Iran, AS tidak akan mengerahkan personel angkatan darat tetapi akan mengobarkan konflik sepenuhnya dengan kekuatan angkatan laut dan udara Amerika yang luas. Trump tidak meragukan hasilnya sama sekali. Trump menegaskan, perang seperti itu “tidak akan berlangsung lama” dan akan berarti “pemusnahan” Iran.

Namun, menurut analisis Ted Galen Carpenter di The National Interest, sejarah dipenuhi dengan contoh-contoh perang yang secara keliru dipercaya oleh para pemimpin politik dan masyarakat umum akan berlangsung cepat dan mudah. Ketika mantan Presiden AS Abraham Lincoln memilih untuk menghadapi pemisahan negara-negara bagian Selatan dengan kekuatan, permintaan pasukan awalnya hanyalah untuk perang 90 hari. Orang-orang di Washington, D.C., sangat yakin pasukan Union akan menghancurkan pemberontak di pertempuran Manassas yang akan datang sehingga ratusan orang pergi dengan kereta untuk melihat medan perang. Mereka memperlakukannya seperti atraksi jalanan, dalam beberapa kasus lengkap dengan penonton yang membawa keranjang piknik. Empat tahun kemudian, lebih dari lima ratus ribu tentara Amerika tewas.

Para pemimpin dan populasi di ibu kota negara-negara utama Eropa pada 1914 dengan optimis menganggap perang baru akan berakhir dalam hitungan bulan, tentunya dengan pihak mereka memenangkan kemenangan gemilang. Sekali lagi, situasinya tidak seperti yang direncanakan. Konflik yang diproyeksikan akan berlangsung cepat dan relatif tidak berdarah menjadi pembantaian berkepanjangan dan mengerikan yang menewaskan jutaan nyawa muda, menggulingkan sistem politik yang mapan di Jerman, Austria-Hongaria, dan Rusia, serta melahirkan wabah fasisme dan komunisme.

Ted Galen Carpenter berujar di The National Interest, benang merah dari berbagai perang yang penuh tipuan tersebut adalah asumsi fase awal sebuah konflik akan sangat menentukan. Itu adalah kesalahan Adelman. Pertempuran militer AS dengan pasukan Saddam hampir saja berlangsung sangat mudah. Tentara manula Irak bukanlah tandingan pasukan invasi pimpinan AS. Ketika Saddam jatuh dari kekuasaan, Presiden AS saat itu George W. Bush terbang ke kapal induk AS yang memasang spanduk besar (kemudian terkenal) “Misi Tercapai”.

Namun, kemenangan awal militer terbukti hanyalah awal dari masalah besar bagi Amerika Serikat. Dalam beberapa bulan, pemberontakan muncul melawan pasukan pendudukan AS. Ketidakstabilan politik yang berbatasan dengan perang saudara melanda Irak pun membuka jalan bagi kebangkitan ISIS. Pada hitungan terakhir, lebih dari 4.400 tentara Amerika tewas dalam misi Irak, sementara AS tercatat telah menghabiskan lebih dari satu triliun dolar. Sama sekali bukan tugas yang mudah, bukan?

Itulah yang membuat sikap angkuh Trump tentang perang dengan Iran begitu mengkhawatirkan. Dia secara implisit mengasumsikan Amerika Serikat memiliki kendali atas proses pembalasan dan eskalasi. Para pejabat AS membuat asumsi keliru yang sama di Irak, demikian pula beberapa dekade sebelumnya di Vietnam. Namun bahkan musuh yang lebih rendah dalam hal kemampuan militer konvensional mungkin memiliki banyak pilihan untuk melakukan perang asimetris. Strategi itu bisa menjadi perang gesekan yang menimbulkan kerusakan serius pada AS yang unggul secara militer.

Iran mungkin sangat efektif jika mengadopsi arah itu. Hanya dalam pengertian militer yang sempit, kemampuan Iran jauh dari dapat disepelekan. Pensiunan Laksamana Angkatan Laut AS James Stavridis mencatat, Iran memiliki “kemampuan perang asimetris yang sangat kuat” di beberapa area. “Serangan siber, taktik serbuan perahu kecil, kapal selam diesel, pasukan khusus, dan rudal jelajah permukaan-ke-permukaan adalah aset tingkat tinggi,” tegas Stavridis. “Mereka juga sangat berpengalaman dalam mengerahkan semua itu di lingkungan Timur Tengah yang penuh tantangan.”


Berita Lainnya :

Selain memanfaatkan kemampuan militer langsungnya, menurut analisis Ted Galen Carpenter di The National Interest, Iran mungkin akan meminta jaringan sekutu politik dan militer Syiah di Timur Tengah untuk menciptakan kekacauan bagi AS. Iran mempertahankan hubungan yang sangat dekat dengan Hizbullah di Lebanon dan beberapa milisi Islam Syiah di Irak. Pasukan sisa AS yang dikerahkan di negara terakhir bisa sangat rentan terhadap serangan dan serangan mematikan. Peran potensial dari mayoritas Syiah yang marah dan tertindas di Bahrain tidak boleh diabaikan atau diremehkan. Jika ketidakpuasan mereka yang membara pada rezim yang dikuasai Islam Sunni yang didukung AS meledak menjadi konflik langsung, pemerintahan Trump dapat merasa semakin sulit untuk terus menanamkan Armada Kelima AS di Bahrain.

Pergi berperang melawan Iran bukanlah masalah kecil. Trump tidak bertanggung jawab untuk bertindak dengan cara yang sembrono. Menyerang Iran dapat memicu mimpi buruk yang berkepanjangan dan mahal dalam harta dan darah. Representatif Tulsi Gabbard (D-HI), calon presiden dari Partai Demokrat dalam Pilpres AS 2020, meramalkan perang melawan Iran akan membuat Perang Irak terlihat seperti hal yang terlalu mudah. Iran tentu memiliki banyak cara untuk membalas agresi AS dan meningkatkan konfrontasi bilateral. Ted Galen Carpenter menyimpulkan di The National Interest, para pemimpin AS sebaiknya bersikap bijaksana untuk tidak melangkah lebih jauh ke jalan yang berbahaya itu.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar