Bercelana Pendek dan Pakaian Seronok, Militer Korut Salahkan Para Istri Perwira
Pyongyang - Biro Politik Umum Militer Korea Utara prihatin dengan cara berpakaian para istri tentara muda yang dinilai dekaden, non-sosialis, dan tidak revolusioner.
Baru-baru ini, mereka mengeluarkan laporan soal bagaimana para istri tentara muda di markas militer garis depan mengenakan celana pendek di depan mertua saat musim panas. Mereka juga datang ke acara keluarga di markas dengan pakaian mencolok dan terbuka.
Keprihatinan serupa juga ditujukan kepada perempuan tentara.
"Moralitas para istri dan perempuan anggota keluarga tentara, dan perempuan tentara, perlu dibenahi. Langkah-langkah ini mengikuti petunjuk Kim Jong-un untuk 2023," kata laporan militer, seperti ditulis NK Daily, Minggu (15/1).
Dalam rapat pleno keenam, Komite Pusat Kedelapan Partai Buruh, 2 Januari, pemimpin Korut Kim Jong-un mencanangkan 2023 sebagai tahun untuk memperkuat kecakapan politik, ideologis, dan teknologi militer.
Biro Politik Umum Militer kemudian membuat petunjuk bimbingan perilaku keluarga militer. Intinya adalah kampanye melawan aktivitas non-sosialis.
Bimbingan tersebut didasari keprihatinan moralitas yang longgar di kalangan istri tentara. Bimbingan juga memuat contoh aktivitas dekaden dan non-sosialis sepanjang 2022. Misalnya, ada istri yang mendorong suami untuk tidak punya anak dan memilih pensiun dini.
"Para wanita itu dikritik telah mengganggu kesopanan militer," ujar sumber di Korps II Militer.
Beberapa istri perwira di Korps VIII, Divisi Propaganda, juga menjadi contoh perilaku anti-partai. Mereka bermain dalam pertunjukkan drama dengan pakaian anti-revolusioner.
“Tahun ini, tidak akan ada kesempatan untuk berbuat curang dalam pertunjukan seni keluarga militer. Pejabat di Departemen Propaganda yang menerima suap agar istri mereka mendapatkan peran dalam pertunjukan seni pasti sangat cemas saat ini," sumber tersebut menjelaskan.
Menurut sumber tersebut, Biro Politik Umum juga menyalahkan para istri atas rusaknya disiplin militer yang mendesak suami mereka untuk tidak memiliki anak. Hal ini dianggap sebagai 'kemunduran ideologis'.
"Disiplin keras perlu ditegakkan untuk memastikan para perwira fokus pada latihan tempur. Tetapi beberapa istri meminta suami mereka untuk meninggalkan militer lebih awal,” sumber tersebut menambahkan.
Militer khawatir permintaan pensiun ini dapat merusak disiplin seluruh angkatan bersenjata. "Biro Politik Umum ingin meluruskan perilaku buruk ini," ujar sang sumber.
- Source : www.publica-news.com