www.zejournal.mobi
Rabu, 20 November 2024

Nasib Budak Sutra India: Kerja Paksa untuk Lunasi Utang

Penulis : Aziza Larasati | Editor : Anty | Senin, 15 Maret 2021 11:51

Negara bagian Karnataka, yang terletak di barat daya India, terkenal dengan sutranya. Pohon murbei tumbuh subur, memberi makan ulat sutra dan industri tekstil berusia berabad-abad. Meski ulat sutra makmur di sini, tapi tidak bagi banyak pekerja di industri ini.

Di India, rata-rata pekerja sutra dibayar kurang dari US$3 (sekitar Rp43 ribu) sehari, kompensasi kecil untuk industri yang diperkirakan bernilai lebih dari US$14 miliar secara global. Sebagian dari angkatan kerja terjebak dalam kerja terikat, suatu bentuk perbudakan zaman modern di mana orang-orang bekerja dalam kondisi yang seringkali mengerikan, demi melunasi utang, lapor CNN.

Tenaga kerja terikat menjadi ilegal di India pada 1976, tetapi tidak pernah hilang. Sebuah laporan 2018 memperkirakan, sekitar 8 juta orang di India adalah pekerja tidak dibayar atau terikat utang, meskipun beberapa juru kampanye percaya angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Berapa tepatnya yang terlibat dalam industri sutra tidak diketahui.

Pada Januari 2020, Proyek Kebebasan CNN mengunjungi Sidlaghatta, pusat sutra sekitar 65 kilometer timur laut Bangalore, Karnataka, dan bertemu Hadia dan Naseeba. Ibu dan anak perempuan ini dipaksa oleh “tuan” mereka untuk bekerja 11 jam sehari, di mana mereka hanya memperoleh 200 rupee (sekitar Rp40 ribu) untuk membayar kembali pinjaman 100.000 rupee (sekitar Rp19,8 juta) yang telah berlipat ganda sejak itu.

Naseeba telah bekerja selama tiga tahun di sebuah pabrik sutra, ibunya sembilan tahun, merebus kepompong ulat sutra, dan melepaskan benang-benang pembuat sutra. Uapnya busuk dan tangan mereka berdarah, ujarnya.

“(Tuan) datang dan dia berkata kepada ibu saya, jika kamu tidak mau mengembalikan uangnya maka akan ada orang kaya dan kamu harus pergi dan tidur dengan pria itu,” ucap Naseeba kepada CNN.

“Saya takut pada pemiliknya, karena dia telah memberi kami (sebuah) rumah untuk ditinggali,” tambahnya. “Ke mana kami harus pergi? Kami tidak bisa pergi ke mana-mana. Kami tidak tahu apa yang akan dia lakukan terhadap kami setelah (melihat) video ini.”

Hadia dan Naseeba menyembunyikan wajah mereka di depan kamera, dan setuju untuk diidentifikasi oleh CNN hanya setelah mereka menerima sertifikat pembebasan.

Naseeba dan Hadia setelah mendapatkan kebebasan. (Foto: CNN)

Di India, pekerja terikat dapat mendekati pihak berwenang untuk meminta sertifikat pembebasan. Jika penyelidikan menemukan kasus mereka asli, mereka diberi sertifikat, yang membuktikan bahwa utang mereka dibatalkan, dan memberi mereka hak untuk mendapatkan bantuan pemerintah.

Prosesnya bisa memakan waktu lama (terkadang memakan waktu bertahun-tahun) dan dapat mengharuskan pekerja terikat untuk melapor ke pihak berwenang dengan menghadapi tekanan sosial dan intimidasi.

“Sangat sulit untuk meyakinkan buruh terikat (untuk pergi ke pihak berwenang), karena mereka merasa terikat kepada tuan atau tuan tanah yang telah membantu mereka pada saat mereka membutuhkan,” tutur Kiran Kamal Prasad, pendiri Jeevika, sebuah organisasi yang bekerja untuk memberantas tenaga kerja terikat, kepada CNN.

Pihak berwenang seringkali berasal dari komunitas yang sama dengan penguasa buruh terikat, atau kasta dominan yang sama dengan tuan tanah, jelas Prasad.

“Seringkali, pihak berwenang tidak melaksanakan UU (Sistem Kerja Berikat),” tambahnya. “Dibutuhkan upaya yang luar biasa dari kami untuk membuat para pejabat melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.”

KEHIDUPAN SETELAH KERJA PAKSA

Jeevika memiliki sekutu di antara orang-orang seperti Shiva Kumar, seorang pejabat senior pemerintah daerah di Sidlaghatta.

“Saya tumbuh sebagai anak seorang pekerja terikat,” katanya kepada CNN. “Para (pekerja terikat) di desa berpikir bahwa ini adalah (takdir) mereka. Jika mereka mengajukan pengaduan, kami akan mengajukan kasus pidana terhadap tuan tanah.”

Bagi Prasad, kebebasan hanyalah langkah awal bagi para korban kerja paksa. “Kami ingin membangun agen pekerja terikat untuk (membantu) mereka mengamankan keadilan bagi diri mereka sendiri,” katanya.

Berbagai program bermunculan di desa-desa, di mana komunitas mantan budak berkumpul untuk memasukkan tabungan mereka ke dalam dana kolektif. Mereka dapat menarik dana jika mereka membutuhkannya, tanpa harus beralih ke mantan majikan mereka (atau majikan lainnya) untuk mendapatkan pinjaman.


Berita Lainnya :

Jeevika telah membantu menjamin kebebasan hampir 7.000 pekerja terikat di India dalam enam tahun terakhir, dan tahun lalu ia menambahkan Hadia dan Naseeba ke jumlah itu. Ibu dan putrinya mengajukan dokumen dan pada Mei 2020, mereka menerima sertifikat pembebasan mereka.

Mereka dikawal oleh pejabat pemerintah dari pabrik sutra tempat mereka bekerja keras selama bertahun-tahun, dan akhirnya merasa cukup bebas untuk menunjukkan kepada CNN (dan dunia) wajah mereka sekali lagi.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar