Rizieq yang Langgar, Kapolda yang Dicopot, Kapolri Masuk Angin?
Pelanggaran protokol berat yang dikerjakan oleh Rizieq dan ekor-ekornya dalam menerabas masuk ke objek vital negara, berkerumun di daerah Puncak dan Maulid dicombo dengan nikahan anaknya, tidak mungkin terjadi jika ada ketegasan dari pihak pengamanan. Artinya ada pembiaran di sini.
Inilah yang menjadi narasi yang membentuk perspektif kita sekarang. Akan tetapi ketika kita mulai berpikir lebih jauh, maka kita akan menemukan banyak kejanggalan. Nalar saya mentok ketika tahu fakta bahwa pelanggaran Rizieq, berbuah pencopotan Kapolda. Dan Rizieq masih bebas.
Kapolri main mata? Atau bagaimana? Mari kita lihat secara runut time line-nya.
Saat Rizieq ke Indonesia, penyambutan semua sudah disiapkan, kerumunan di Bandara sudah ada yang organisir. Omong kosong hanya bermodalkan kecintaan. Bahkan banyak politisi mengagung-agungkan Rizieq dan mengatakan orang ini lebih berkarisma dibandingkan Jokowi.
Memang kedatangan Rizieq ini sudah disetting. Tidak perlu curiga dan ragu untuk mengatakan Rizieq ini dipulangkan. Ada deal-dealan politik yang dikerjakan. Tidak perlu takut untuk mengatakan Rizieq ini dideportasi. Tapi yang harus kita pahami adalah fakta bahwa dia ini diberikan ruang di negara ini.
Pertanyaannya, oleh siapa? Kita melihat dari mutasi Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jawa Barat, sungguh ada yang aneh dan tidak masuk nalar. Kenapa yang salah Rizieq, Kapolda yang dicopot?
Kemudian narasi yang muncul adalah narasi tentang hebatnya Kapolda baru yang katanya mau tegas sama pelanggar protokol kesehatan. Aduh, ngomongnya ketinggian bro. Coba ditangkap dulu Rizieq. Si pelanggar itu. Ngomong tindak tegas tapi kok malah gak ditangkap?
Padahal TNI sudah membuka karpet merah untuk Polri dalam penangkapan Rizieq. Poster-poster Rizieq sudah dicopot, disobek-sobek, dihancurkan dan diturunkan oleh TNI. TNI tidak punya wewenang untuk menangkap Rizieq, karena yang dilanggar adalah masuk ranah kepolisian.
Seharusnya polisi bisa langsung datang menciduk Rizieq, tapi kenapa malah drama-drama kekuasaan Rizieq yang dimunculkan, seolah-olah dia bisa bebas saja menolak untuk dijemput oleh Polisi, kemudian menolak swab test yang seharusnya dikerjakan, karena ada puluhan orang di acara gak jelas itu, positif.
Ini adalah sebuah tindakan yang justru merendahkan harga diri polisi. Saya sih nggak respek waktu Kapolri mencopot Kapolda. Dua nggak cukup. Seharusnya yang dicopot adalah kebebasan Rizieq. Lucu banget ya Kapolri kita.
Yang lebih lucu lagi, Kapolri hanya mengimbau, mengimbau dan mengimbau untuk tidak ada kerumunan. Lucu banget sih. Sebentar lagi pensiun, seharusnya dia bikin hari-hari akhirnya di Polri bagus. Kok malah mengakhiri pensiunnya dengan imbauan? Gimana toh.
Saya melihat Kapolda yang baru juga hanya ngomong akan tindak tegas. Di dalam kata-kata orang tua, sebaiknya jangan kebanyakan bermimpi. Jangan kebanyakan “akan”. Imbangilah sesuatu yang “akan”, dengan sesuatu yang “sudah”. Polri saat ini harus belajar dari TNI.
Panglima Daerah Militer Jakarta Raya alias Pangdam Jaya ini memberikan contoh bagaimana kata-kata itu dikeluarkan setelah ada kerja. Kalau mau berjanji, berjanji saat kampanye. Jangan saat sudah kerja. Kalau sudah kerja, ya harus kerjakan dan buktikan.
Saya mencurigai ada gerakan-gerakan yang memang dengan sengaja membiarkan Rizieq tetap ada di Petamburan, dijaga oleh laskar-laskarnya secara fisik. Tapi saya khawatir, ada “laskar” tak terlihat yang melindungi. Tak terlihat bukan malaikat. Tapi tak langsung diliput media.
Kapolri harus bisa menjawab kenapa sampai sekarang, Rizieq si pelanggar protokol kesehatan masif dan brutal itu, bisa tidak ditangkap? Apakah Kapolri mengamini kalimat JK yang mengatakan bahwa kerumunan itu tidak bikin chaos, kerusuhan, dan hanya melanggar protokol sehingga tidak diciduk?
Butuh jawaban nih. Rakyat butuh jawaban, agar kredibilitas Polri tetap baik dan terjaga. Menjelang pensiun, Kapolri jangan nanti lepas tangan dan serahkan urusan Rizieq ke kapolri baru. Dan Kapolda baru yang diganti juga harus berikan jawaban dan tindakan. Jangan hanya ketegasan gak jelas.
Dari sini, coba cek saja profil Kapolda baru. Dari mana? Mereka sudah ada rekam jejak apa? Rekam jejak urusan kasus chat Rizieq? Itu kabarnya sudah di SP3. Jadi nggak ada tuh agung-agungkan Kapolda baru, selama belum ada rekam jejak. Peranan JK ada di manakah?
- Source : seword.com