Mengerikannya Kasus Mutilasi yang Berawal dari Tinder
Salah satu kasus yang menjadi highlight pekan ini adalah adanya pembunuhan dengan mutilasi di Jakarta. Awalnya ada laporan kehilangan anggota keluarga atas nama RHW ke Polda Metro Jaya pada tanggal 12 September 2020. Menurut keluarganya, RHW menghilang sejak tanggal sembilan. Dari laporan itu kemudian dikembangkan.
Rabu tanggal 16 September, Kepolisian menemukan mayat laki-laki termutilasi di lantai 16 Tower Ebony, Apartemen Kalibata City. Hasil autopsi mengarah bahwa korban adalah RHW yang dicari-cari keluarganya tersebut.
Kasus ini bisa dibilang cukup sadis. Ceritanya, RHW bertemu tersangka Laeli Atik Supriyanti lewat Tinder. Dua orang ini kemudian janjian untuk kencan di apartemen Pasar Baru Mansion Jakarta Pusat. Ternyata di sana tak hanya ada Laeli saja, tapi juga Djumadil Al Fajri, pasangan Laeli. Dua orang ini sudah punya niat untuk 'merampok' RHW yang memang punya pekerjaan cukup mapan.
Dari rekonstruksi perkara, bisa disimpulkan cara mereka membunuh RHW sangat sadis. Awalnya RHW 'diperas' karena sudah mengencani Laeli, jelas ini sudah diskenariokan oleh mereka. Fajri sempat menikam dada RHW, memukul pelipis sebelah kiri, sampai menusukkan gunting ke kepala korban. Bahkan ketika sudah babak belur dan RHW mencoba kabur, Fajri masih menikam punggungnya, kemudian dibekap, dan menusuk korban 8 kali. Sementara Laeli terus menanyakan PIN HP korban yang saya bayangkan saat itu sudah babak belur.
Setelah membunuh, pelaku memutilasi tubuh korban memakai golok dan gergaji menjadi 11 bagian. Perbuatan keji pelaku tak berhenti sampai di situ. Oleh kedua sejoli ini, potongan tubuh Rinaldy dimasukan ke dua koper dan kantong kresek serta satu ransel. Mereka mempelajari teknik mutilasi secara otodidak lewat media sosial. Rencananya mereka akan mengubur jasad korban di belakang rumah kontrakan di Cimanggis, Depok. Sebelum dibawa ke Cimanggis, mayat korban dibawa dulu ke Apartemen Kalibata City.
Mereka mendapatkan uang Rp 97 Juta yang diambil kedua pelaku dari rekening ATM korban, di antaranya dibelikan 11 emas batangan Antam dengan total seberat 26 gram, Yamaha N-Max, dua laptop Asus abu-abu, juga perhiasan berupa 2 cincin Emas Bulgri, satu emas carties, dan satu Ipod.
Ternyata setahun lalu pasangan ini pernah viral karena ternyata Fajri sudah punya istri. Sang istri membeberkan kelakuan pasangan tersebut yang dianggap merusak rumah tangga dan membawa salah satu anak mereka.
Mencengangkannya lagi, tersangka Laeli itu usianya masih relatif muda. Tercatat dia masuk di Universitas Indonesia Fakultas MIPA jurusan Geografi angkatan 2012. Kumparan bahkan menulis Ia pernah menjadi Ketua Pemira UI pada 2014. Beberapa kawannya pun mengatakan sejak sekolah Ia anak yang pintar.
Melihat profil latar belakang Laeli sungguh rasanya saya merasa eman-eman banget. Bayangkan, alumni UI, pintar, aktif organisasi. Semacam sudah punya bekal untuk masa depan yang lebih baik. Bahkan sebelum ada ribut-ribut affairnya dengan Fajri itu, Ia tercatat bekerja di salah satu perusahaan farmasi besar. Masa depannya bisa dibilang on track dan cerah. Entah ada angin apa yang membuat dia menggadaikan itu semua, memilih terlibat hubungan rumit dengan Fajri sampai dipecat dari pekerjaannya, dan akhirnya sekarang menjadi pembunuh. Fajri pun dulunya dikabarkan juga punya pekerjaan yang cukup bagus.
Banyak modus kejahatan baru memang saya rasa perlu diwaspadai. Bukan berarti main Tinder 100 persen tidak aman, tapi penjahat jaman sekarang makin banyak caranya mencari korban. Mungkin untuk mereka yang main dating application harus benar-benar melakukan profiling ke matchnya sampai benar-benar yakin untuk ke tahap yang lebih intim. Bahkan kalau bisa ya ketemunya di tempat umum yang ramai sajalah sampai betul-betul memastikan bahwa orang yang dia temui bukan kriminal berdarah dingin.
Saya rasa pasangan ini layak dihukum mati karena sangat sadis cara mereka membunuh korban. Pelajaran bagi kita semua bahwa hidup itu memang pilihan. Sebisa mungkin janganlah membuat pilihan yang justru membuat hidup kita rumit dan jatuh ke keterpurukan yang sampai membuat kita jadi jahat dan sadis ke orang lain.
Good job untuk tim Polda Metro Jaya yang sudah cepat melakukan investigasi kasus ini. Kita terus kawal agar korban dan keluarganya mendapatkan keadilan hukum.
- Source : seword.com