www.zejournal.mobi
Kamis, 26 Desember 2024

Corona: 1 Persen Virus, 99 Persen Propaganda

Penulis : Alifurrahman | Editor : Anty | Senin, 21 September 2020 08:41

Beberapa hari yang lalu, Erick Tohir menyebut kasus Corona di Indonesia bisa mencapai 500 ribu lebih jika kita tidak disiplin. Lalu IDI bilang kalau Indonesia terancam jadi episentrum covid-19 dunia jika tidak ada perubahan. Angka kematian dokter diklaim semakin cepat.

Di Jakarta, katanya rumah sakit penuh. Darurat dan perlu PSBB ketat. Padahal itu terjadi karena aturan Gubernur yang melarang isolasi mandiri dan mengharuskan semua orang yang sakit untuk datang ke rumah sakit. Ya penuh lah.

Lalu sejak beberapa hari yang lalu, razia masker kembali marak dilakukan di berbagai daerah. Tidak hanya Jakarta. Orang yang pakai kendaraan pribadi, nyetir sendiri, kalau tak pakai masker, akan diberhentikan dan ditilang. Orang yang makan di dalam mobil, juga ditilang.

Padahal WHO saja tak mengharuskan pemakaian masker di dalam mobil pribadi. Iyalah, di dalam mobil sendiri mau menulari siapa? Kalau di dalam mobil harus pakai masker, berarti di dalam rumah juga harus pakai masker? Kenapa ngga sekalian Polisi dan satpol PP razia ke rumah-rumah.

Kemudian para pakar dan orang-orang elite kembali membuat prediksi-prediksinya. Padahal prediksi mereka di bulan Maret lalu, semuanya meleset.

Prediksi soal 3 juta kasus dalam beberapa hari, tidak terjadi. Teori penyebaran exponensial, juga hoax belaka. Tidak ada penambahan kasus secepat yang digembar-gemborkan media.

Tapi sebentar…

Ini kenapa kita jadi kembali ke awal? Coba kita perhatikan. Para pakar kembali membuat prediksi menakutkan. PSBB kembali diperketat, check point kembali diberdayakan, razia masker dilakukan besar-besaran. Bukankah ini pola dan situasi yang sama pada bulan April lalu? lalu apa tujuannya?

Setelah 6 bulan berlalu, terlalu jelas data dan fakta di depan mata kita. Dan tidak masuk akal kalau kita harus kembali ditakut-takuti, kembali PSBB dan seterusnya. Mari kita bedah datanya.

Sampai hari ini, ada 236 ribu kasus positif covid di Indonesia, 170 ribu orang sembuh, dan 9 ribu orang meninggal dunia.

Kasus positif covid ini akan terus bertambah dan tidak akan pernah berkurang. Kenapa? Karena memang sengaja terus ditambah. Jadi meskipun sudah 170 ribu orang sembuh, mereka yang sudah sembuh itu tetap tercatat sebagai kasus positif covid.

Masyarakat terus ditakut-takuti dengan pertambahan kasus positif. Tanpa mau melihat 170 ribu orang yang sudah sembuh, padahal katanya virus ini belum ada obatnya. 170 ribu orang sembuh, artinya mayoritas, tidak sesuai dengan klaim para pakar yang menyebut virus ini mematikan dan berbahaya.

Yang lebih aneh lagi, mayoritas orang yang terpapar adalah tanpa gejala. Ini gila. Virus yang katanya berbahaya dan mematikan, kok malah tidak ada gejalanya? Jadi misal kita dalam kondisi sehat dan segar bugar, bisa tiba-tiba dicap sakit dan membawa virus mematikan.

Lalu para pakar bilang kalau orang tanpa gejala, yang sehat-sehat saja tapi badannya mengandung virus, katanya bisa menyebarkan ke orang lain. Ini gimana cara berpikirnya ya? Kalau orang yang tidak flu, tidak batuk, tanpa gejala, lalu bagaimana cara menularkannya?

Jadi, sudahlah. Masyarakat kita ini bukan masyarakat bodoh. Kita bisa sama-sama melihat kondisi dan kenyataan di lapangan. Sudahilah drama dan propaganda ini. Mari kita selesaikan dengan cara yang benar.

Cukup sudah propaganda pertambahan kasus covid. Fokus saja pada metode penyembuhan dan mengurangi kematian. Karena faktanya kita tidak bisa menghentikan penyebaran. PSBB dan kampanye stayhome itu hanya membuat ekonomi masyarakat ambruk, tapi tidak mencegah penyebaran virus.


Berita Lainnya :

Setelah 6 bulan berlalu, setelah ekonomi masyarakat ambruk, faktanya hanya 9 ribu orang yang meninggal dunia. Tidak sebanding dengan 170 ribu orang yang sudah sembuh.

9 ribu orang itu memang banyak, tapi warga kita ada 260 juta orang. Jadi omong kosong kalau kita dibatasi, ke mana-mana harus rapid tes dan sebagainya, sementara yang meninggal karena covid hanya 9 ribu orang.

Itupun, dari 9 ribu orang itu, ada yang meninggal karena tenggelam, karena tabrakan dan hampir semuanya mengidap penyakit bawaan kronis seperti paru-paru, kanker, jantung, asma, darah tinggi, liver dan seterusnya.

6 bulan sudah kita dipaksa sabar. Diminta diam di rumah. Cukup sudah. Saya percaya corona itu ada. Memang ada. Tapi jelas itu tak seburuk yang digembar-gemborkan media. Untuk itu, mari selesaikan propaganda ini. Kembalikan hak-hak masyarakat sebagai manusia merdeka, yang bebas beraktifias tanpa batasan rapid tes dan aturan-aturan razia tak masuk akal. 


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar