Wapres Rasa Ketum MUI, Presiden Hampir Lupa Menyapa Beliau
Tulisan ini lebih menyoroti peran KH. Ma'ruf Amin dalam bidang pemerintahan. Penulis tentunya menghormati beliau dalam kapasitas sebegai ulama. Apalagi beliau pernah menjabat sebagai Rois Am PBNU, mengutip penulis Seword lainnya, ini adalah bukti shahih betapa beliau bukan ulama sembarangan.
Namun lagi-lagi terkait dengan kiprah politiknya di pemerintahan. Sebagai pendukung Presiden jelas kita berharap ada dukungan dan kontribusi wakilnya secara signifikan. Sayangnya apa yang diharapkan publik belum terwujud.
Maka ketika insiden Presiden Jokowi kelupaan sejenak soal kehadirna beliau ini jelas mengundang senyum tersendiri. Ya wajar Presiden Jokowi juga manusia. Tapi ketika dalam meeting itu terlewatkan apalagi oleh sang Presiden membuat penulis dna pembaca pasti akan coba mengaitkan secara liar dengan preannya yang sangat terlihat senyap semenjak terpilih.
Barusan kemarin terjadi peristiwa yang unik ini dan mungkin baru pertama kali dalam sejarah Presiden Jokowi membuat sambutan. Ada kelupaan yang sebenarnya signifikan yaitu sang wakilnya sendiri.
Jadi Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak lupa menyapa nama Wakil Presiden Maruf Amin saat sambutan Kick Off Meeting Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam Penanganan Pandemi Covid-19 di Istana Negara, Selasa (8/9).
Awalnya, Kepala Negara menyapa Ketua BPK Agung Firman, Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono. Namun, tiba-tiba Presiden Jokowi lupa menyapa Wakil Presiden Maruf Amin. Kemudian, Jokowi langsung menyampaikan maaf dan langsung menyapa Maruf Amin.
"Yang saya hormati Ketua, Wakil Ketua pimpinan dan anggota BPK RI, yang saya hormati mohon maaf pak Wapres hampir kelupaan. Yang saya hormati bapak Wakil Presiden Republik Indonesia," ujarnya.
Pak Presiden untugngnya langsung menyadari dan meralatnya dengan cepat.
“Hampir kelupaan,” itu adalah kalimat jujur dan spontan disampaikan Presiden Jokowi. Hampir, ini menarik sekali diksi yang diungkapkan Presiden. Karena Wapres kita ini memang sosoknya dalam pemerintahan itu terlihat ‘hampir kelupaan” dalam realitanya.
Dari sisi publik, jujur netizen memang hampir lupa Pak Jokowi punya wapres. Netizen juga memandang demikian, ‘hampir kelupaaan’ kita punya wapres. Ternyata Pak Jokowi punya wapres toh?
Pertanyaan ini sangat signifikan diajukan. Mengapa?
Jelas banget peran KH. Ma'ruf Amin sebagai wapres di pemerintahan belum begitu terlihat. Presiden Jokowi terlihat ‘solo’ terus. Maksudnya bukan karena dia orang Solo alias dari kota Solo. Tapi nyatanya beliau terus bekerja sendirian.
Ujungnya seperti bekerja sendiri. Jabatan sebagai wakil presiden yang sangat vitla dan strategis terlihat hanya formalitas doang.
Mengapa demikian? Presiden butuh sosok yang bisa mengimbangi dan mendampingi beliau di tengah pandemi yang dampaknya sangat masif ini. Presiden memmbutuhkan sosok yang bisa mendampingi beliau paling tidak untuk menghandle tugas demi tugas yang seharusnya bisa dilakukannya demi negeri kita yang besar dan berpenduduk jumbo ini.
Justru yang mencuat malah kerempongannya soal percepatan sertifikasi halal vaksin COVID-19. Terlihat seolah terkait dengan pandemi tapi ya gitu, kembali lagi hanya soal urusan cap halal ala MUI. Sudah paten permanen bukan cap halal MUI itu hampir menguasai produk-produk yang dijual di dalam negeri.
Makanya ketika muncul tulisan menarik di laman ini menenai ‘Wapres Rasa MUI” ya begitulah, fakta menunjukkan demikian. Kiporahnya takl jauh-jauh dari cap halal MUI memang. Bnukankah itu yang jadi ‘main job’ dan mendatangkan keuntungan yang fantastis bagi lembaga yang dipimpin beliau hingga kini?
Setelah urusan cap halal vaksin sempat mencuat sesaat maka tenggelamlah kembali nama sang Wapres. Senyap dan tak muncul tapi akhirnya mencuat lagi gegara ‘hampir kelupaan’ oleh Presiden Jokowi.
Ya begitulah realita memiliki Wapres yang akhirnya menyandang jabatan tetapi lebih kepada simbol belaka. Presiden pun pasti turut memakluminya. Hanya saja netizen yang gregetan karena jadinya Presiden yang ketumpukan kerjaan dan program bejibun sendirian. Kendati ada menteri ya seharusnya Wapres kan punya jobdesk yang jelas sangat vital dan strategis.
Bahkan ketika diberikan mandat oleh Presidne Jokowi waktu belum lama terpilih yaitu untuk menangkal radikalisme, sempat ada pertemuan perdana tapi setelah itu hilang dan tenggelam lagi. Mungkin Wapres sudha memberikan amanat perdana dan mumpuni dan nggak perlu memantau jalannya program itu. Amin? Amin.
Nyatanya beliau pun di media kalah populer dengan anak buahnya di MUI. Anak buahnya di MUI sendiri terlihat agresif beraksi d lapangan dan di media mengalahkan sang Ketum MUI itu sendiri. Bahkan dengan arogannya anak buah sang Wapres di MUI malah dengan sengaja menantang program sertifikasi ulama dari Kemenag.
Kembali kalau kita dna Presiden Jokowi hampir kelupaan wapres maka sebaliknya Wapres sendiri benar-benar kelupaan dengan tugas utamanya sebagai Wapresnya Jokowi.
Entahkarena kelamaan memimpin MUI maka beliau lebioh familiar dengan tupoksinya senbagai Ketum MUI. Maka beliau pun komentar dan kiprahnya tak jauh-jauh dari lembaga yang kini mnejelma menjadi sebuah kerajaan kecil di NKRI ini.
HM, masih ada waktu dan kesempatan mengingatkan beliau. Itu pun kalau beliau mau. Seharusnya beliau melepaskan jabatan itu tapi rasanya susah dan sulit serta tak mungkin. Buktinya beliau sudah identik dengan lembaga yang dipimpinnya. Ya sudah terima saja dah.
- Source : seword.com