Membuka Bioskop Supaya Warga Tidak Stress Sehingga Imun Naik? Mmmmmm...
Saya nggak munafik. Saya kangen nonton bioskop. Sangat kangen. Masuk ke dalam bioskop itu selalu menyenangkan. Aroma popcorn yang samar-samar tercium buat saya sangat bikin nagih. Saya suka section jualan makanannya, saya suka duduk menunggu di kursinya yang sangat terbatas itu, bahkan toiletnya juga saya suka. Toilet bioskop itu semacam sudah standart pasti bersih banget. Jadi kalau saya jalan-jalan ke mall atau pusat perbelanjaan, kemudian kebelet, saya pasti cari bioskopnya di mana. Ini terutama untuk mall-mall lawas yang toiletnya nggak direnovasi, pengunjungnya agak jorok, lagi ramai-ramainya, dan sebagainya. Karena ya senyaman itu toilet bioskop.
Bioskop adalah tempat yang harus banget didatangi buat pacaran atau kalau lagi punya gebetan. Dulu rasanya kalau bingung mau ke mana dan ngapain sama pacar atau gebetan ya tempat yang paling gampang dijadikan tujuan adalah bioskop. Setelahnya bisa dilanjutkan dengan makan bareng. Jujur, di masa pandemi ini kalau mau jalan sama gebetan jadinya bingung mau ke mana. Mall juga bosan dan was-was, ke bioskop nggak bisa, ujung-ujungnya ya makan.
Berbulan-bulan nggak bisa ke bioskop ini bahkan saya jadi rindu lho dengan 'annoying'-nya Mas-Mas atau Mbak-Mbak yang biasanya menawrkan popcorn, minuman, dan jajanan lain sampai ke dalam teater. "Popcornnya kakak.....", begitu mereka biasa menjajakan barangnya sambil berkeliling. Biasanya saya ketawa-ketawa saja meskipun mereka ini ribut banget.
Terus hari ini saya baca berita. Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers di YouTube BNPB mengatakan keputusan membuka kembali bioskop ini sudah dikaji oleh tim pakar Satgas COVID.
"Kami dari pakar Tim Satgas COVID-19 telah membuat beberapa kajian selama beberapa minggu terakhir terhadap kemungkinan pembukaan bioskop dan sinema dengan mempertimbangkan berbagai hal yang penting, terutama dari aspek kesehatan, dari aspek sosial, dan ekonomi,"
"Perlu kami sampaikan, bahwa bioskop dan sinema memiliki karakteristik penting dan kontribusi penting, terutama dalam memberikan hiburan kepada masyarakat, karena imunitas masyarakat bisa meningkat karena bahagia, atau suasana mental fisik dari penonton dan masyarakatnya juga ditingkatkan,"
"Kami perlu sampaikan dari konteks Satgas, dalam pembukaan sebuah aktivitas sosial ataupun ekonomi perlu melalui suatu proses yang cukup panjang. Pertama harus melakukan pra kondisi, di mana dalam pra kondisi ini dipastikan tentang kesiapan dari fasilitas itu sendiri. Dari kesiapan fasilitas pendukungnya, dan juga dalam penyelenggaraan termasuk masyarakat itu sendiri,"
"Kedua juga harus melihat aspek timing, kapan itu dibuka tentunya tidak semua sama waktunya untuk memastikan bahwa setiap yang dilakukan betul-betul dengan perhitungan yang sangat matang. Berikutnya, harus melakukan prioritas melihat prioritasnya, baik sektor maupun adalah fasilitas yang mana dibuka, tentunya semuanya dilakukan proses simulasi, dan penyiapan yang matang dan selalu berkoordinasi,"
Di berita yang lain, saya baca pun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan kalau bioskop di Jakarta akan dibuka dalam waktu dekat. Anies kini tengah menyusun regulasi terkait teknis dan aturan dalam berkegiatan di bioskop.
Alasan bioskop dibuka buat menghilangkan stress masyarakat ini buat saya agak ngadi-ngadi. Betul kita butuh refreshing, betul kalau stress itu bisa membuat imun turun. Tapi kalau refreshingnya misal harus nonton di bioskop kok rasanya gimana gitu. Toh nonton itu sekarang caranya banyak. Download netflix, bayar langganan, pilih film atau serial yang mau dilihat, udah deh tinggal nonton. Aplikasi movie on demand ini juga banyak pilihannya.
Sebenarnya kenapa sih nggak mau jujur aja bahwa ini tujuannya untuk kepentingan ekonomi. Bagaimana caranya ekonomi terus berjalan. Saya rasa lebih mudah diterima daripada sok iye alasan biar nggak stress.
Ekonomi memang harus terus berputar. Ini nggak sekedar soal nasib Mbak-Mas yang kerja di bioskop saja. Saya yakin rantai perputaran uangnya cukup besar.
Pada akhirnya jatuhnya sama seperti dibukanya mall. Pertimbangan utamanya ekonomi. Tapi harus diperhatikan bahwa resiko bioskop ini saya rasa jauh lebih besar daripada mall. Ingat, ada belasan sampai puluhan orang akan duduk bersama di dalam ruangan ber-AC selama beberapa jam. Kita nggak tahu apakah mereka benar-benar sehat atau tidak. Kita nggak tahu apakah selama film diputar ada yang bandel menurunkan masker atau tidak. Resikonya mungkin sama seperti dibukanya kelas atau kantor. Kalau ada yang positif maka akan menimbulkan cluster baru.
Jika bioskop dipaksa untuk tetap buka, saya rasa sangat penting untuk menjamin sistem yang cukup akurat untuk tracing penonton just in case ada kasus positif. Mungkin cara Plaza Indonesia yang meminta pengunjung melakukan scan barcode dan mengisi data diri tiap kali masuk mall bisa ditiru. Ini adalah mall yang bagi saya lebih secure ketimbang mall-mall lain. Meskipun saya nggak tahu apakah sistem tracing kita secara umum benar-benar akan mengecek ke mana sajakah pasien Covid-19 itu pergi selama belum diketahui sakitnya.
- Source : seword.com