Gagal Tuntaskan Jiwasraya, Erick Terancam Didepak Dari Kabinet
Kemarahan Jokowi akan kinerja bobrok bawahannya sudah di ubun-ubun. Tak hanya membubarkan lembaga-lembaga negara termasuk Gugus Covid, Jokowi juga berjanji mereshuffle menterinya. Tak ada yang tahu pasti nama menteri yang akan diganti seperti masuknya nama wapres dimenit terakhir, tapi kita bisa menebak siapa yang kinerjanya dianggap buruk. Tak terkecuali dalam skandal yang memiliki kerugian terbesar senilai hampir 17 T, yakni Jiwasraya.
Laporan BPS yang dirilis kemarin soal pertumbuhan negatif negara ini di angka 5.3 persen mengindikasikan kinerja jelek kabinet Indonesia maju. Kalau dalam kuartal ketiga pada bulan Oktober masih minus, alias 2 kali berturut-turut, Indonesia pasti masuk jurang resesi. Tapi, anehnya seakan Jokowi sendiri yang merasa miris. Ke mana para bawahannya?
Padahal dari awal pemerintah sesumbar kita bisa melewati krisis akibat pandemi, Indonesia bisa lolos dari resesi. Tapi nyatanya pandemi ini malah seakan dibiarkan berlarut-larut oleh pemangku kepentingan. Jauh di atas itu semua, kondisi ekonomi yang terdampak parah terancam tak bisa diselamatkan.
Saya apresiasi pada Erick Thohir yang dari awal konsisten tak mau membuat kebijakan work from home untuk pegawai BUMN. Memang di awal pandemi ada sedikit giliran WFH terutama untuk usia tua dan zona merah, tapi kini semua sudah normal. BUMN menjadi percontohan pemulihan cepat dari pendemi.
Tapi kebijakannya yang bagus di BUMN, termasuk alih fungsi RS untuk pasien corona akan berakhir sia-sia jika tak bisa menyelesaikan Jiwasraya. Bagaimana tidak, Jiwasraya yang menelan kerugian terbesar rencananya akan dimintakan modal dari negara. Tak tanggung-tanggung jumlahnya menyentuh angka 15 T.
Seperti dilansir kumparan.com, Panitia Kerja (Panja) Jiwasraya di DPR membuka peluang menyetujui opsi suntikan dana dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan di asuransi pelat merah itu.
Berdasarkan draf yang diterima, ada berbagai opsi untuk menyelesaikan persoalan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Salah satunya opsi melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 15 triliun.
Berita akhir Februari lalu nampaknya jadi kenyataan karena awal Agustus dari republika diberitakan kalau DPR yang diwakili Wakil Ketua Komisi IV menyetujui uang negara untuk menyuntik Jiwasraya atas permintaan Erick Thohir. Sri Mulyani nampaknya juga hanya bisa pasrah mengeluarkan anggaran negara karena hanya itu batas kewenangannya meski beberapa kali rekan bisnis Erick Thohir yang memiliki TV One juga kerap disebut dalam persidangan.
Kembali lagi pada Erick Thohir, apa ia akan membiarkan negara menombok di Jiwasraya padahal rekan bisnisnya ikut menggarong 4 triliunan, atau ikut menyeret Bakrie dan menyita asetnya. Kalau Erick melempem di ujung, artinya ia sengaja membiarkan negara ini krisis meski tahu kroninya yang harusnya bertanggung jawab malah melenggang bebas.
Untuk itu, Erick sangat layak dipecat bila tak bisa menyelesaikan kasus ini. Kalau waktu itu Hexana tak mengumumkan gagal bayar, pastinya Jiwasraya masih berjalan dan tak perlu merugi hingga 16.8 triliun. Kalau saat itu Rini Soemarno tak bertindak bak pahlawan dengan membawa kasus Jiwasraya ke Kejaksaan dan menyeret nama Heru dan Bentjok, pasti saham Jiwasraya hari ini tidak ada yang dibekukan. Kini kita sadar kalau saham Jiwasraya justru naik gila-gilaan saat persidangan berlangsung. Jiwasraya yang harusnya untung dari redeem akhirnya buntung dan gigit jari.
Apakah Erick tak menyadari semua itu? Tentu sebagai pebisnis handal dia pastinya paham permainan Hexana dan Rini. Termasuk keterlibatan rekan bisnisnya, Grup Bakrie yang membuat Jiwasraya sekarat. Pertanyaannya kalau sudah tahu akar masalahnya, kenapa Erick masih tutup mata dan membiarkan negara menomboki semua kerugian?
Apa Erick juga bagian dari penjahat Jiwasraya atau paling tidak menutupi penjahat utamanya? Kalau sudah begitu baiknya ia melepas posisi menteri BUMN karena ia terikat dengan begitu banyak kepentingan. Erick harus sadar diri sebelum ditendang dari kabinet.
Saya awalnya juga kecewa karena seperti Jokowi, kita termasuk orang yang menaruh harapan tinggi di tangan Erick. Kita ingin ia jadi penerus RI 1. Setidaknya jauh lebih baik ketimbang Anies atau Prabowo. Tapi untungnya Tuhan membuka kedok Erick sebenarnya. Menteri yang memiliki jargon akhlak ini akhirnya membuka akhlak bobroknya di skandal Jiwasraya.
Referensi:
- Source : seword.com