Viral! Seorang Pasien Bongkar Praktik Mafia Corona di Salah Satu RS Umum?
Miris sekali melihat oknum mafia yang bermain untung di tengah corona. Bukannya membantu negara agar terbebas dari pandemi tapi malah memanfaatkan situasi demi keuntungan bisnis.
Sebelum viral pengakuan pasien yang diperas di RS Sidoarjo, ada cerita mengejutkan di Surabaya. Salah satu pekerja RS inisial S mengatakan RSnya tak banyak dikunjungi pasien, padahal Surabaya sudah zona hitam. Para pekerja medis di sana juga tak ada yang memakai masker apalagi APD.
Inilah makanya saat itu Risma geram. Dia sampai akan melakukan unjuk rasa di depan RS karena banyak menolak warga Surabaya. Menurut Risma, warganya yang positif selalu diminta isolasi mandiri. Padahal kalau penanganan di rumah rentan menulari ke keluarga dan area lingkungannya.
Apa ini karena RS di sana tak mau rugi merawat pasien corona atau takut tenaga medisnya tertular? Aneh sekali karena belakangan oknum dokter menyebut Pemkot Surabaya tak becus dan sebagainya.
Sama halnya dengan status pasien PDP yang kini viral. Seorang pria pengguna facebook dengan nama Naizz Unaizz membagikan pengalamannya saat diperas RS umum di Sidoarjo kepada E100. Kanal ini milik radio swasta Suara Surabaya.
Berikut tulisannya:
Izin share .. Pada tgl 24.05.2020 saya masuk IGD RS Delta Surya, Sidoarjo karena badan saya lemas dan panas saya agak tinggi.. Saya di Rapid test pada saat itu dan kemudian hasil nya reaktif dan saya d sarankan opname dan masuk ke dalam ruangan Isolasi dengan status PDP .. Karena melihat kondisi saya yg seperti itu pada saat itu istri saya mengiyakan untuk saya masuk ke opname di ruang isolasi .. Setelah opname dapat 4 hari saya di Swap di RS Siti Hajar , sidoarjo .. Dan di sampaikan oleh suster hasil Swap saya tgl 5.6.2020 akan keluar hasil nya .. Di Swap ini saya bayar 2 juta .. Karena menunggu hasil swap yg lama sampai tgl 5.6.2020 saya dan istri putuskan untuk Isolasi mandiri d rumah karena melihat biaya rumah sakit yang terus membengkak selama saya isolasi di RS . Singkat cerita .. Pada tgl 5.6.2020 istri saya call ke rumah sakit dan sampaikan apakah boleh hanya saya yg ambil hasil swab suami saya atau suami saya harus ikut ke RS ? . Pihak RS menjawab bapak harus ikut dan kontrol untuk hari ini . Oke kita ikutin arahan dari RS karena kita ikuti bagaimana protokol kesehatan sesuai arahan dari RS . saya tanya pada waktu itu ke dokter yg periksa saya (dr.Adyan/spesialis paru-paru) . Istri saya bertanya bagaimana dok hasil tes Swab suami saya ? . Dr.Adyan sampaikan saya tidak tahu untuk itu .. Ibu langsung tanya ke ruang isolasi , tanya ke Dr. Wahyu . Istri saya coba minta no.hp dokter wahyu untuk di hubungi tetapi Dr.Adyan tidak berani kasih . Akhir kami tinggal kan no.hp istri saya untuk di kabari bagaimana hasil swab nya .. Jam 13.05 istri saya d call dari pihak rumah sakit kalau hasil swab nya belum keluar dan nanti ibu akan di hubungi Dr.wahyu .. Oke pada hari itu kita tunggu dan tidak ada call balik untuk infokan hasil swab saya . Setiap hari istri saya call untuk menanyakan ini , dan jawaban yg d terima tetap sama.. Singkat Cerita waktu itu tgl 10.6.2020 istri saya call dan d jawab dengan enteng nya oleh suster ruang isolasi kalau istri saya di suruh follow up sendiri ke RS Siti Hajar . Sontak istri saya menjawab " kok saya yg di suruh follow up kan saya bayar nya di RS. Delta Surya , saya bayarnya mahal mbak , giliran bayar d suruh cepat2 giliran saya minta hak saya rumit sekali , saya butuh itu agar suami saya bisa kerja mbak butuh buat kantornya " .. Si Suster R.isolasi RS Delta Surya itu bilang kita sudah follow up setiap hari bu tp tidak ada jawaban .. Jawaban ini yg selalu di terima istri saya ..
Di sini saya mau tanya...
1.Apakah Benar Isu ada Proyek Di RS untuk pasien penanganan menggunakan protokol covid itu benar ada nya hingga menyekik keluarga pasien dan menguntungkan pihak Rumah Sakit?
2.Apakah selama itu hasil swab keluar setelah test?
3.Apakah RS.Delta Surya penanganan nya dan pelayanan nya tidak sebaik penagihan biaya rawat ke keluarga pasien ?
Mohon petunjuk dari teman2 .. Bagaimana saya harus melangkah ? Seolah2 saya dan keluarga saya di permainkan oleh pihak RS Delta Surya , Sidoarjo . Padahal saya selama saya di opname saya bayar tidak murah ..
Saya Juga butuh bekerja untuk menafkahi anak istri saya . Dan saya Tidak bisa bekerja hanya karena saya harus menunggu hasil swab saya dari RS Delta Surya , Sidoarjo yg tidak ada kejelasan sampai hari ini tgl 14.06.2020 ..
Mudah2an di sini ada pihak dari RS.Delta Surya , Sidoarjo yg ikut baca ..
Terimakasih
Saya sudah meminta ijin yang bersangkutan untuk menuliskan dalam artikel. Semoga kasus yang menimpanya segera bisa diselesaikan. Baik dari pihak Rumah Sakit, pemerintah daerah maupun pasien yang mengaku tertipu.
Mengenai judul artikel tentang mafia corona, di sini saya tekankan untuk oknum tertentu yang memanfaatkan pendemi ini untuk bisnis. Saya tidak menuduh para dokter atau Rumah Sakit yang menangai pasien. Karena bisa saja kejanggalan dalam tes swab disebabkan pihak lain. Tapi, tidak membantah fakta bahwa ada pihak pasien yang berstatus PDP telah dikorbankan dalam hal ini.
Padahal yang bersangkutan telah memenuhi syarat administrasi keuangan. Meskipun statusnya PDP, dia telah mengeluarkan banyak biaya untuk opname dan tes swab. Tapi kenyataannya bukan perawatan yang ia terima malah digantung pihak RS akan kejelasan status penyakit. Ini sungguh miris sekali.
Bagaimana negara kita bisa keluar dari pandemi corona jika ada oknum-oknum nakal yang memanfaatkan untuk kepentingan bisnis? Sudah mengganjal metode terapi plasma sebagai vaksin pasif, ada yang menolak pasien, hingga bermain dengan tes PCR.
Mudah-mudahan semua pihak khususnya yang terkait dengan penanganan corona segera sadar dan tak memanfaatkan situasi ini untuk bisnis. Harga kemanusian jauh lebih besar dan nantinya kalian akan dikenang sebagai pahlawan corona. Jangan sampai karena urusan dunia lalu nilai kemanusiaan tergadaikan begitu saja.
- Source : seword.com