Imbas Virus Corona, Negara Di Asia Selatan Diprediksi Hadapi Krisis Ekonomi Terburuk
Pandemi Covid-19 kemungkinan besar akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia Selatan hingga ke tingkat terendahnya dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini disampaikan World Bank dalam laporan terbarunya.
Penyebaran virus corona yang terbilang pesat dan imbasnya terhadap ekonomi global tentu menyulitkan sejumlah pihak untuk membuat prediksi akurat, ujar World Bank dalam laporan South Asia Economic Focus terbarunya.
Perlambatan (ekonomi) ini diprediksikan akan terjadi di tiap wilayah di delapan negara, dengan persentase pertumbuhan berada dikisaran 1,8 sampai 2,8 persen pada tahun ini, angka yang kecil jika dibandingkan dengan persentase sebelumnya yang mencapai 6,3 persen.
“Asia Selatan akan menghadapi dampak ekonomi yang signifikan. Sektor pariwisata akan kering, rantai pasokan terganggu, permintaan pakaian anjlok belum lagi sentimen konsumen serta investor yang ikut memburuk,” ungkap laporannya.
Meskipun banyak perkiraan yang menyebut India sebagai negara dengan dampak pandemi virus corona teringan, dampak negatif pandemi ini diprediksi masih akan mengalahkan tanda-tanda rebound (titik balik) yang nampak di akhir tahun 2019.
Negara lainnya di Asia Selatan seperti Nepal, Bhutan dan Banglades juga diprediksi akan mengalami kemerosotan tajam pertumbuhan ekonomi sebagai imbas pandemi virus corona.
Dan di antara negara Asia Selatan lainnya, Maladewa diperkirakan menjadi negara yang mengalami pukulan ekonomi terparah dengan kontraksi ekonomi hingga 13 persen di tahun ini.
Pakistan, Afghanistan serta Sri Lanka juga berpotensi jatuh ke dalam resesi akibat pandemi virus corona.
Sementara itu, dalam skenario terburuknya bisa dikatakan seluruh wilayah di Asia Selatan nantinya akan mengalami kontraksi PDB.
Ironisnya, krisis ekonomi akibat pandemi virus corona kemungkinan besar akan kian memperbesar ketimpangan yang selama ini telah ada di Asia Selatan. Bagaimana tidak, resiko kelangkaan pangan yang dihadapi negara miskin di Asia Selatan akan menjadi jauh lebih tinggi.
Meskipun sejauh ini belum ada tanda-tanda kelangkaan pangan, World Bank memperingatkan kebijakan lockdown yang terus diperpanjang bisa menghancurkan situasi saat ini.
“Setelah nantinya berhasil menanggulangi ancaman Covid-19, negara-negara di Asia Selatan harus menjaga jumlah hutangnya melalui kebijakan fiskal dan sejumlah inisiatif pengurangan hutang,” ujar Hans Timmer, ketua ekonom World Bank untuk wilayah Asia Selatan.
- Source : www.rt.com