Wow, Akan Ada Rumah Sakit Syariah Di Indonesia?
Saya membaca sebuah berita di CNN Indonesia tentang pernyataan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, yang mengharapkan rumah sakit syariah yang ada di Indonesia bisa mengembangkan bisnisnya menjadi wisata medis bagi warga-warga negara Timur Tengah.
"Kita harapkan juga rumah sakit (syariah) ini menjadi wisata medical bagi negara timur tengah dan lain-lain,"
"Syariah itu kan layanannya wisata halal. Restorannya, kemudian tempat salatnya ada, kemudian juga hotelnya, kemudian juga (ada) rumah sakitnya. Kalo sakit ada rumah sakit yang layanannya syariah, sehingga mereka (turis) terlayani "
"Hadirnya rumah sakit syariah membuat masyarakat memiliki pilihan untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan tindakan medis yang sesuai dengan prinsip syariah,"
Sejujurnya saya kok merasa geli sendiri, serius nih bahkan rumah sakit saja harus ada konsep syariahnya? Ukuran syariahnya sebuah rumah sakit itu bagaimana sih? Kalau yang disebut adalah misalnya punya fasilitas sholat, saya rasa kok hampir semua rumah sakit itu pasti ada fasilitas untuk sholat meski itu cuma musholla. Bahkan di beberapa rumah sakit Kristen atau Katolik yang saya pernah datang membezuk, ada yang menyediakan ruang sholat bersebelahan dengan ruang doa.
Kalau untuk adanya makanan yang halal, ini juga buat saya aneh. Memangnya ada rumah sakit yang di restorannya menyediakan menu yang let's say diharamkan? Rasa-rasanya menu-menu rumah sakit itu menu aman semua. Nggak cuma bagi yang sakit, bagi yang menunggu atau misalnya mau makan di restorannya pun umumnya menunya sudah terkurasi. Nggak banyak micin, menu-menu yang umum dimakan orang, dan sebagainya.
Dari pemberitaan itu juga saya baru tahu bahwa 2019 lalu sudah ada 22 rumah sakit yang tersertifikasi syariah. Ketua Umum Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) Masyhudi mengatakan jumlah itu ditargetkan bertambah pada tahun ini menjadi 100 rumah sakit. Wah lumayan banyak juga ternyata.
Cuma ya itu tadi saya masih bingung standar syariah ini seperti apa? Jangan sampai soal sertifikasi syariah ini cuma sesuatu yang dipaksakan ada demi kepentingan pihak-pihak tertentu saja. Dan standar syariah yang dipakai itu mestinya diumumkan jelas ke masyarakat. Jangan sampai nantinya ada elemen masyarakat yang berpikir bahwa di rumah sakit syariah pasien wanita hanya akan ditangani tenaga medis wanita, sedangkan pasien pria hanya ditangani tenaga medis pria misalnya. Padahal mungkin pelaksanaannya tergantung ketersediaan tenaga medis yang ada. Ini kan harus dibuat jelas dulu.
Saya sih tetap lebih sreg semestinya urusan rumah sakit ya biarlah dibuat umum-umum saja tanpa perlu ada embel-embel syariah segala macam. Mengingat rumah sakit itu seyogyanya jadi fasilitas umum yang terbuka untuk siapa saja. Daripada ribet soal klasifikasi syariahnya mending diperbaiki layanan-layanan rumah sakitnya saja. Apalagi di Republik yang latah sekali embel-embel halal dan syariah ini...hmmmm kok rasanya kurang sreg saja kalau Rumah Sakit pun diberi stempel syariah.
Tapi saya bukan tak setuju soal membuka kemungkinan Indonesia menjual layanan medisnya sebagai salah satu penarik wisata seperti halnya Thailand dan Korea Selatan yang menjual kepiawaian dokter-dokternya melakukan bedah estetik misalnya, atau Malaysia dan Singapura yang sering dijadikan jujugan orang Indonesia berobat. Dokter-dokter kita itu sangat mampu saya yakin. Banyak yang hebat. Skill mereka juga banyak yang sudah diakui dunia internasional.
Cuma sekali lagi ya nggak usah dipaksakan untuk menjual wisata medis syariah ke Timur Tengah juga. Saya yakin orang-orang Timur Tengah yang mau berobat ke luar negeri itu sudah nggak mempertimbangkan soal syariah lagi saat hendak berangkat. Mereka akan mencari mutu dan skill tenaga medis. Dan secara geografis, posisi mereka ini ada di tengah. Negara-negara mereka adalah hub bagi penerbangan dari Asia ke Eropa misalnya, jadi buat mereka jarak untuk mencapai negara-negara Eropa untuk kepentingan berobat bisa jadi sama atau lebih dekat daripada ke Indonesia. Di negara Eropa pun mereka mencari makanan halal juga nggak susah, bisa datang ke restaurant Timur Tengah yang imigrannya juga banyak di sana. Dan poin mereka datang adalah kecanggihan teknologi medis, pelayanan, dan skill dokter. Kalau kita mau merebut pasar itu, ya ini yang menurut saya mestinya kita perbaiki. Bukan sekedar jual embel-embel syariah saja.
- Source : seword.com