Ahmad Ishomudin, Pembela Minoritas yang Cocok Jadi Menteri Agama
Orang yang akrab disapa Gus Ishom ini merupakan mantan anggota MUI. Dia dipecat lantaran menjadi saksi yang meringankan Ahok di persidangan. Saat ini ia menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). NU sebagai ormas islam terbesar tak diragukan lagi komitmennya terhadap pancasila dan NKRI. NU juga yang sering membela hak minoritas dan menjadi tameng untuk melawan kelompok ekstrimis (manipulator agama).
Sosok KH Ahmad Ishomudin yang kalem, muda, ganteng dan cerdas tak membuatnya lepas dari sasaran fitnah. Ia pernah dibilang syiah dan sebagainya. Salah satu orang yang memfitnahnya merupakan ustadz kondang, Abdul Shomad.
Dalam sebuah video, UAS menuduh KH Ahmad Ishomuddin, salah satu Rais Syuriah PBNU, sebagai sosok yang belum haji, belum sunat, dan gelar doktornya palsu. Video ini tersebar di berbagai kalangan dan menjadi olok-olokan yang tidak pantas.
Menanggapi video viral UAS ini, Kiai Ishom menanggapinya dengan bijak, tidak ada marah sedikitpun. Bahkan, Kiai Ishom justru mengajak masyarakat tetap santai. Kini karma berbalik dan rumah tangga UAS sendiri hancur akibat orang ketiga.
Kembali lagi, Gus Ishom lebih baik ketimbang Menag Fahrur Razi dalam menyikapi radikalisme dan intoleransi. Menag saat ini sudah seharusnya diganti karena meloloskan perpanjangan FPI, membiarkan intoleransi terjadi hingga berniat memulangkan anggota ISIS eks WNI.
Jokowi mungkin tak sadar kalau pangkal masalah radikalisme tak bisa diberantas dengan memasukkan Prabowo ke koalisi. Karena berjamurnya manipulator agama sejak jaman Ahok kala itu. Ahok yang sebenarnya mengungkap kebenaran bahwa agama bisa dijadikan alat politik lalu dibungkam dan difitnah menista agama.
Apakah MUI yang kini ketuanya jadi wakil presiden mau membersihkan nama Ahok dari segala tuduhan? Karena masa itulah awal keretakan anak bangsa terjadi. Saya sendiri banyak kehilangan teman, sahabat hingga hampir putus hubungan saudara lantaran tak mau mengakui bahwa Ahok menista agama.
Padahal Gus Ishom dalam kesaksiannya di persidangan menjelaskan kalau MUI memang tak pernah tabayyun dulu pada Ahok sebelum mengeluarkan fatwa penistaan agama. Apalagi gencarnya tuduhan jelang pilkada DKI yang kental nuansa politik. Dan karena itulah Gus Ishom sendiri menjadi korban banyak dimusuhi banyak orang. Tapi dengan kebesaran hatinya meski berseberangan dengan Kyai Ma'ruf Amin, ia tetap mengantarkan Kyai Ma'ruf dan Jokowi untuk mendaftar sebagai capres dan cawapres.
Kalau Jokowi bisa rekonsiliasi dengan Prabowo, Ma'ruf Amin dan Gerindra. Harusnya ia bisa menempatkan Kyai Ishomudin sebagai Menteri agama yang semakin menegaskan bahwa memang ada kekeliruan dalam kasus hukum Ahok. Saya yakin ketegasan Gus Ishom akan menghanguskan radikalisme dan intoleransi yang kian menjamur dari hari ke hari.
Berikut profil Kyai Ishomudin:
Nama: Ahmad Ishomuddin
Tanggal Lahir: Bandar Lampung, 11 Juni
Domisili: Jakarta
Status: Menikah
Keluarga: Shally Widyasavitri Ishomuddin (Istri)
Ahmad Royyan Ishomuddin (Anak)
Pekerjaan: Rais Syuriyah PBNU
Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung
Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI (Dipecat)
Cuplikan pernyataan Ishomudin terkait pembelaannya pada Ahok seperti dilansir tribunnews.com.
"QS al-Maidah ayat 51 memilki konteks sendiri. Ayat tersebut dilihat dari sabab an-nuzul-nya terkait larangan bagi orang beriman agar tidak berteman setia dengan orang Yahudi dan Nasrani karena mereka memusuhi Nabi, para sahabatnya, dan mengingkari ajarannya.
Ayat tersebut pada masa itu tidak ada kaitannya dengan pemilihan pemimpin, apalagi pemilihan gubernur. Adapun kini terkait pilihan politik ada kebebasan memilih, dan jika berbeda hendaklah saling menghormati dan tidak perlu memaksakan pendapat dan tidak usah saling menghujat. Kata "awliya" yang disebut dua kali dalam ayat tersebut jelas terkategori musytarak, memiliki banyak arti/makna, sehingga tidak monotafsir, tetapi multitafsir. Pernyataan saya tersebut saya kemukakan setelah meriset dengan cermat sekitar 30 kitab tafsir, dari yang paling klasik hingga yang paling kontemporer.
Saya sangat mendambakan dan mencintai keadilan. Oleh sebab itu, setiap ada berita penting menyangkut siapa saja, baik muslim maupun non muslim, lebih-lebih jika menyangkut masa depan dan menentukan baik-buruk nasibnya maka jangan tergesa-gesa di percaya.
Untuk menilai secara adil dan menghindarkan kezaliman menimpa siapa pun maka berita itu harus diteliti benar tidaknya dengan hati-hati, wajib dilakukan tabayun (klarifikasi) kepada pelakunya atau ditanyakan kepada warga di tempat kejadian perkara."
Sayangnya meski kesaksian Gus Ishom sangat kuat tapi akhirnya hukum harus mengalah dan membiarkan Ahok dipenjara. Mungkin hitung-hitungan secara politik agar tak terjadi kegaduhan hingga berujung makar. Tapi, dibalik itu semua negara kita akan selalu dihantui intoleransi dan manipulator agama sebagai imbas rasa terdzolimi dan ketakutan terhadap agama minoritas. Semoga kalau Gus Ishom diangkat sebagai Menteri Agama bisa secara jernih ikut memikirkan nasib bangsa. Karena percuma saja pembangunan dikebut kalau bibit-bibit jihadis tumbuh subur dan siap meneror sewaktu-waktu.
Referensi:
- Source : seword.com