Pasar Saham Global Anjlok Ditengah Kekhawatiran Penyebaran Virus Corona
Kekhawatiran akan penyebaran virus mematikan corona yang terbilang cepat, yang telah menginfeksi sekitar 3.000 orang dan menewaskan lebih dari 80 orang, ikut mengguncang seluruh pasar keuangan di seluruh dunia.
Pada hari Senin, saham AS jatuh dari opening bell di Wall Street, dengan indeks pasar saham Dow Jones Industrial Average merosot lebih dari 400 poin. Hal serupa juga terjadi pada indeks S&P 500 yang turun 1,5 persen, sementara Nasdaq-100 turun 2,1 persen.
Sementara itu, indeks Stoxx Europe 600 merosot 2,2 persen di seluruh sesi trading dan tengah menuju penurunan terburuknya sejak Oktober 2019.
Indeks lainnya, FTX asal Inggris, DAX asal Jerman dan CAC asal Prancis mengalami penurunan lebih dari 2 persen.
Dan disaat sebagian besar pasar saham di Asia tutup karena liburan Tahun Baru Imlek, bursa yang diperdagangkan hari Senin dilaporkan berada di zona merah.
Indeks pasar Nikkei, Jepang turun lebih dari dua persen, sedangkan Mumbai Sensex, India menyelesaikan trading dengan jumlah satu persen lebih rendah.
Di sisi lain, mata uang China Yuan merosot ke level terendah dalam tiga minggu ini. Dolar Australia, yang kerap terpapar kinerja ekonomi China, turun 0,5 persen ke level terendah sejak tanggal 2 Desember.
Setali tiga uang, dolar Selandia Baru juga turun sebesar 0,5 persen. Mata uang Jepang, Yen, yang selalu dianggap sebagai yang teraman, sempat meroket hingga 108,73 yen per dolar, sebelum akhirnya merosot mengikuti jejak mata uang lainnya.
Sebagai informasi, sampai hari Senin jumlah korban jiwa virus corona telah mencapai 81 orang, sementara jumlah mereka yang terkonfirmasi terinfeksi telah mencapai 3.000 orang.
China sendiri memutuskan perpanjangan liburan Tahun Baru China hingga tanggal 2 Februari mendatang untuk menghambat penyebaran virus ini. Selain itu, otoritas China juga menangguhkan berbagai penjualan paket liburan, yang dampaknya ikut dirasakan bisnis pariwisata di seluruh dunia yang kerap mengandalkan pemasukan dari wisatawan China.
- Source : www.rt.com