Dalam 10 Tahun Ke Depan Asia Harus Punya Anggaran USD 800 Miliar Untuk Atasi Krisis Pangan
Populasi di Asia dapat tumbuh hingga 250 juta orang dalam satu dekade ke depan. Di saat konsumen selalu menuntut makanan yang lebih sehat dan berkelanjutn, faktanya studi terbaru menunjukkan bahwa SDA benua Asia tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan populasinya.
“Asia saat ini bergantung pada impor dari Amerika, Eropa dan Afrika,” sepenggal bunyi laporan dari PwC, Rabobank dan perusahaan investasi Temasek.
“Jika tidak segera disiapkan anggarannya, kami yakin industri pangan (Asia) akan kesulitan memenuhi permintaan konsumen, dan buntutnya kualitas pangan untuk populasi Asia kian menurun,” jelas laporan tersebut.
Catch up on the latest state of Asia's #AgriFood industry with these four key takeaways from The #AsiaFoodChallenge: Harvesting the Future, a joint report we released recently with @PwC_Singapore and @Rabobank: https://t.co/VhPzyxkmdG
— Temasek (@Temasek) November 25, 2019
Di tahun 2030 mendatang, jumlah anggaran keperluan pangan diperkirakan menjadi dua kali lipat dari jumlahnya saat ini USD 4 triliun.
“Secara umum, negara-negara di Amerika Latin, Afrika Timur, dan Asia Selatan merupakan negara eksportir pangan, sementara kebanyakan negara di Asia dan Afrika sisanya menjadi negara importer pangan,” laporan dari Key Statistics and Trends in International Trade menambahkan.
Lebih lanjut, laporannya menekankan bahwa perubahan iklim dan pertumbuhan populasi ikut andil dalam menambah masalah pangan dan volatilitas harga di benua Asia.
Belum lagi persentase lahan subur di Asia diprediksikan akan menurun sebanyak lima persen pada tahun 2030.
Menurut Richard Skinner dari PwC, faktor-faktor inilah yang menjadi dasar para ahli dalam memprediksikan kondisi di masa mendatang.
Kepada kantor berita CNBC, Skinner mengatakan: “Jika kita tidak segera menyelesaikan masalah ini, dalam 10 tahun ke depan kondisinya akan semakin buruk.”
Lebih lanjut, Skinner menegaskan kalau saat ini industri pangan Asia perlu menyediakan anggaran sebesar USD 800 miliar untuk menjadi bekal di dekade berikutnya, sambil menjelaskan kalau memang teknologi dan inovasi diperlukan dalam menyelesaikan krisis pangan di Asia.
- Source : www.rt.com