www.zejournal.mobi
Senin, 06 Januari 2025

Beda 2014 dan 2019 Dalam Proses Pemilihan Menteri

Penulis : Alifurrahman | Editor : Indie | Sabtu, 19 Oktober 2019 13:52

Hidup ini sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya. Begitu kata Mas Pramoedya. Saya melihat kalimat ini sangat relevan dengan apa yang terjadi beberapa hari terakhir. Ada yang mengartikan Prabowo meminta ijin ke semua partai koalisi agar diterima bergabung, tapi si dungu menafsirkan bahwa Prabowo dapat mengendalikan banyak pihak. Pertemuan yang nampak sederhana, jadi hebat karena ditafsirkan oleh si dungu.

Lalu soal susunan kabinet. Kemarin akun sosial media Presiden menayangkan gambar gangang telpon tergantung. Di gambar tersebut ada tulisan “Sabar! Sebentar lagi…” Dalam captionnya, Presiden mengaku sudah membaca bocoran-bocoran nama menteri yang beredar luas di sosial media. Presiden juga menyinggung bahwa tidak sulit untuk menemukan calon menterinya.

Sebenarnya, ini postingan sederhana saja. Tim sosial media Presiden menangkap momen bahwa ada banyak pertanyaan dan penasaran, maka mereka merumuskan untuk menjawab lewat satu postingan. Tentu saja dengan arahan serta persetujuan Presiden. Sehingga terkonfirmasi bahwa susunan kabinet sudah selesai dan berasal dari beragam latar belakang. Ada akademisi, birokrat, politisi, santri, TNI dan Polisi.

Tapi kemudian, tafsiran yang kita baca di media mainstream jadi begitu luar biasa. Bahkan ada pakar semiotika dari Unpad menafsirkan bahwa warna putih dalam gagang telpon melambangkan moncong putih. Seolah ada tekanan dari PDIP sebagai partai pengusung dan terbuka meminta jatah paling banyak.

Ngabalin juga tak mau ketinggalan. Rasanya belakangan beliau paling lincah sekali di media-media, memberikan pernyataan mewakili istana. Ngabalin mengartikan bahwa Presiden akan telpon dan memastikan nama yang telah beliau cantumkan.

Padahal sebenarnya itu hanya gambar ilustrasi yang dipilih dan kebetulan menarik. Tak ada urusan dengan warna putih atau lain-lainnya. Tim sosial media Presiden hanya ingin merespon segala deg deg yang dirasakan oleh banyak orang belakangan ini.

Oleh karena itu, saya tak mau ikut-ikut menafsirkan. Hahaha Saya tertarik dengan beragam perbedaan dalam penunjukan menteri di 2014 dan 2019.

Di 2014, kita tahu Presiden sempat mengirimkan nama-nama calon menterinya ke KPK. Dari KPK, dicoret-coretlah banyak nama, sehingga terpilihlah beberapa menteri yang belakangan kita tahu satu persatu dipecat. Termasuk salah satunya klan Baswedan.

Kali ini tak ada diskusi dengan KPK. Sehingga nama-nama menteri sangat rahasia. Tak ada yang tahu. Bahkan ada wartawan media Tempe yang selama ini selalu rajin mendapat bocoran dari KPK, kini mengeluh. Yang terjadi sekarang, tak ada yang tahu siapa menteri pilihan Jokowi? Sehingga kalaupun ada bocoran dan berita, respondennya yang kepengen jadi menteri. Tapi itupun pernyataan dari stafnya, tidak langsung dari sang calon. Wartawan spesialis bocoran jelas bingung, mau ngapain? Ya kan kerjaan mereka selama ini memburu bocoran.

Di 2014, nama-nama menteri lebih mudah ditebak karena KPK mencoret-coret banyak nama. Sehingga Presiden dipaksa memilih nama-nama yang sangat terbatas. Atau menemukan nama baru di luar yang sudah diserahkan ke KPK.

Sementara sekarang, selain sangat sulit ditebak, karena yang tahu nampaknya hanya Presiden dan Pratikno, juga jadi sangat dinamis karena faktor Prabowo yang sudah berkeliling meminta ijin untuk bisa diterima di koalisi pemerintah. Hal ini tidak terjadi di tahun 2014 lalu.


Berita Lainnya :

Jadi mungkin yang sama hanya soal dinamika dan perubahannya. Karena kita bisa belajar dari kasus pengumuman Cawapres. Dari pagi sampai sore, nama Mahfud MD sudah terkonfirmasi sebagai Cawapres. Sudah ukur baju, sudah lengkapi persyaratan. Tapi saat pengumuman, ternyata Kiai Maruf Amin. Mohon maaf bukan ingin mengorek luka lama, tapi inilah politik. Jarak satu detik antara keputusan dan pengumuman itu bisa sangat-sangat panjang. Masih mungkin berubah. Apalagi sekarang, masih tersisa puluhan bahkan ratusan jam. Karena Presiden nampaknya akan memilih hari Rabu sebagai hari pelantikan. Jadi pengumuman paling bisa dilakukan selasa sore atau malam. Bagi orang Jawa, pemilihan hari juga penting. Tidak bisa sembarangan.

Apapun itu, sebagai rakyat yang ingin kemajuan dan perbaikian, saya pikir harapan kita sama. Kita ingin menteri-menteri yang terpilih dapat bekerja maksimal, memberikan yang terbaik untuk negeri ini.


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar