Trump: China Akan Hancur Saat Saya Memenangkan Perang Dagang
Presiden AS Donald Trump telah memprediksikan kehancuran ekonomi China ketika perang dagang antara kedua negara berakhir. Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah China untuk segera mencapai kesepakatan.
“Coba pikir apa yang akan terjadi pada China ketika saya memenangkan perang (dagang). Kesepakatannya jelas akan semakin sulit dicapai!”
Tulis sang presiden AS dalam akun Twitter pribadinya hari Selasa.
Lebih lanjut, ia menuliskan meski negosiasi antara China dan AS masih terus berlanjut, kemungkinan besar China tidak akan kuat bertahan lebih lama lagi.
“Rantai pasokan China akan hancur dan bisnis, lapangan pekerjaan serta uang akan hilang,” tulisnya, sehari setelah AS memberlakukan kebijakan sanksi baru pada China.
....And then, think what happens to China when I win. Deal would get MUCH TOUGHER! In the meantime, China’s Supply Chain will crumble and businesses, jobs and money will be gone!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 3, 2019
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, pada akhir pekan kemarin, AS kembali menaikkan tarif sebesar 15 persen terhadap barang impor China senilai USD 300 miliar.
Sejauh ini AS telah membuat daftar setebal 200 halaman berisi barang impor China yang terkena imbas kenaikan tarif seperti pakaian, aksesoris, alas kaki, tekstil, produk bayi (pampers dan empeng) serta panel TV, kopi, whiskey, produk dairy, daging, keju dan buku.
Jika kedua negara tetap tidak bisa mencapai kesepakatan dagang, AS akan kembali menetapkan kenaikan tarif impor baru pada tanggal 15 Desember mendatang.
Tidak tinggal diam, China membalas dengan ikut menaikkan tarif impor dari yang tadinya 5 persen menjadi 10 persen terhadap barang AS senilai USD 75 miliar. Sekarang, kacang kedelai AS akan dikenakan tarif ekstra 5 persen, sedangkan daging sapi dan babi masing-masing akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen.
Sementara pada hari Senin, China diketahui mengajukan keluhan pada World Trade Organization terkait kebijakan tarif baru AS yang diklaim melanggar kesepakatan yang pada awal tahun telah dicapai kedua pemimpin negara di Osaka.
