Tak Banyak Diketahui, Beginilah Sejarah Film Porno
Mari rehat sejenak dari kesibukan memantau perpolitikan Indonesia yang selalu riuh. Seusai hiruk pikuk pemilu dan pilpres, kini berlanjut tebak-tebakan buah manggis soal susunan kabinet Jokowi di periode kedua. Cukup. Kami lelah, jenderal.
Bangsa ini sudah bukan hanya terbelah dua atau tiga, tapi juga tercabik-cabik menjurus morat marit yang asimetris. Kita semua membutuhkan konten pemersatu bangsa. Penyatu umat. Intermezzo sejenak. Oase singkat untuk berhenti sebelum kembali beraksi. Eh, aksi apa??
Film porno, film erotis, film biru, yang akrab dengan sebutan esek-esek bisa jadi adalah solusinya. Diakui atau tidak, film berlabel konsumsi dewasa alias 17++ ini terbukti menyatukan kita semua. Ya, kita. Kamu, aku, saudara iparmu, tetanggamu yang jarang kau sapa, hingga Pak RT-mu yang kau hapal wajahnya tapi selalu lupa namanya.
Saat kasus demi kasus yang menyangkut film porno ini heboh, ledakannya langsung bertaraf nasional. Beberapa yang saya ingat video Bandung Lautan Asmara, video diduga Ariel dan lawan-lawan mainnya, ada juga video skandal anggota DPR dengan Maria Eva, juga video threesome diduga Ario DJ keponakan capres yang keok kemaren.
Di sini saya hanya fokus pada video, bukan sekedar foto syur seperti yang dicurigai sedang elus paha mulus itu ya. Kembali, diakui atau tidak, masyarakat semua penasaran. Semua lapisan dan strata sosial, tanpa pandang gender, usia, agama, suku, maupun gelar. Penasaran. Kepo maksimal. Sambil bertanya, "Bagi linknya dong, gan…"
Ok, jadi kita sudah setuju kan bahwa film porno adalah salah satu sarana pemersatu bangsa? Yesss. Sudah cukup intronya, sekarang saya ingin menceritakan sejarah film porno pertama di dunia. Tahukah kamu meskipun Jepang terkenal dengan industri Japanese Adult Video-nya (JAV), tapi pionir industri itu bermula dari Prancis?
Louis Eugène Pirou pria kelahiran 1841 asal Prancis ini adalah orang pertama yang membuat film erotis di dunia pada tahun 1896, dibantu dengan Albert Kirchner seorang pembuat film sekaligus fotografer. Film porno dengan nama dagang Lear ini pertama kali diproduksi tak lama setelah proyektor gambar bergerak ditemukan tahun 1895.
Film yang dibintangi oleh Louise Willy ini berjudul “Le Coucher de la Mariée” (Bedtime for the Bride) dirilis di tahun 1896. Film ini tidak terlalu vulgar seperti film porno yang banyak beredar saat ini, lebih tepatnya sebagai adegan erotis. Hanya berdurasi tujuh menit dan tanpa ada suara, tapi film ini sukses mengundang perhatian khalayak ramai saat itu.
Film Le Coucher de la Mariée ini mungkin sangat membosankan dan sangat singkat, hanya menceritakan tentang pasangan pengantin baru. Dengan durasi 7 menit, tapi karena kondisi roll film yang sudah berumur ratusan tahun, maka film ini hanya bisa diputar kurang dari dua menit. Berhenti saat Louise membuka baju, tidak sampai pada menari telanjang. Film itu kini masih bisa ditonton di Arsip Film Prancis.
Tetapi walaupun film Le Coucher de la Mariée sangat singkat dan akhirnya disensor, namun banyak disukai dan menjadi cikal bakal film dewasa yang menjamur dalam industri film modern. Sejarah mencatat Louise Willy sebagai manusia pertama yang bertelanjang di depan kamera, bahkan mungkin bisa dikatakan dia juga adalah artis film porno pertama di dunia.
Berikutnya produksi film porno amatir dimulai dengan cara besar-besaran pada tahun 1930an, dengan negara utama pembuat film erotis adalah Perancis dan Amerika Serikat dengan menampilkan adegan semi seksual seperti film Laughing Sinners (1931), The Devil is Driving (1932) & Merrily We Go To Hell (1932).
Seiring makin lazimnya unsur pornografi di dalam film, maka di tahun 1969 Denmark menjadi negara pertama yang menghapuskan penyensoran film, yang akhirnya memicu ledakan investasi dan komersialisasi dalam industri pornografi saat itu. Meski demikian, pornografi dilarang di beberapa negara, sehingga akhirnya dijual secara diam-diam dan terkadang hanya ditunjukkan pada anggota klub bioskop.
Melihat pergerakan Denmark, di Amerika para penggiat industri film porno semakin berani, dengan munculnya film Mona the Virgin Nymph, sebuah film berdurasi 59 menit yang dibuat pada tahun 1970 dengan suguhan adegan sex hampir 50% dari alur film.
Tahun 1971, The Boys in the Sand dianggap sebagai film pertama yang menggambarkan adegan porno homoseksual. Film ini juga merupakan film porno pertama yang mencantumkan nama-nama pemain dan krunya di layar (meskipun umumnya menggunakan nama samaran).
Semakin berkembangnya industri film porno di Amerika, membuat bintang porno memiliki tradisi menggunakan nama panggung diawali Linda Lovelace, yang terkenal karena film berjudul Deep Throat di tahun 1972, film ini sukses besar dan menghasilkan ratusan juta dolar di seluruh dunia.
Kesuksesan Linda Lovelace diikuti oleh aktris-aktris seperti Marilyn Chambers (Behind the Green Door), Gloria Leonard (The Opening of Misty Beethoven), Georgina Spelvin (The Devil in Miss Jones) dan Bambi Woods (Debbie Does Dallas).
Pada tahun 1980 sampai tahun 1990'an adalah "The Golden Age of Porn", ketika banyak aktor dan aktris porno seperti John Holmes, Ginger Lynn Allen, Traci Lords, Veronica Hart, Nina Hartley, Seka dan Amber Lynn yang mulai terkenal.
Mulainya zaman DVD pada 1990-an, muncul nama-nama seperti Jenna Jameson, Juni Ashton, Ashlyn Gere, Asia Carrera, Tera Patrick, Briana Banks, Stacy Valentine & Jill Kelly. Mereka meramaikan jagad industri porno saat itu. Atau mungkin juga sempat menghiasi masa kecil kalian? :P
Oh iya, untuk istilah penyebutan Blue Film setidaknya ada 3 versi muasalnya;
- Di tahun 1920-an, gulungan film hitam dan putih biasanya digunakan di rumah produksi Hollywood. Namun, jika disimpan lebih lama, gulungan ini berubah jadi berwarna kebiru-biruan dan dianggap tidak lagi berguna serta dibuang. Pembuat film dewasa biasamya membeli gulungan roll film kebiruan ini dengan harga yang sangat murah. Akibatnya, seluruh film dewasa saat itu tampak kebiru-biruan dan karenanya diberi nama Blue Film. Sekarang, praktiknya berhenti tapi namanya terus berlanjut.
- Teori lain menunjukkan para pemilik toko zaman dulu menjual kaset VCR dewasa dan membungkusnya dengan bungkus berwarna biru. Inilah yang membuat mereka menyebutnya Blue Film.
- Kembali pada masa revolusi Prancis, para pornografer dan PSK bekerja di istana kerajaan untuk sementara waktu dengan berdasarkan kontrak. Perjanjian itu ditulis dengan kertas biru.
Kemungkinan nama Blue Film berasal dari sana.
Begitulah sejarah singkat film porno di dunia. Pastinya berbeda jauh sekali dengan teknologi yang kita kenal sekarang, ya kan? Bagaimana pun, rasanya kita perlu berterima kasih kepada Louis Eugène Pirou, Albert Kirchner dan Louise Willy.
Untuk apa? Ya minimal karena sudah menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Wkwkk…
Inspirasi dan Referensi:
https://twitter.com/mazzini_giusepe/status/1160780351070846980
- Source : seword.com