Transportasi Taksi Terbang Segera Hadir Di Melbourne! Catat Tarifnya
Transportasi berbasis aplikasi Uber berencana untuk melakukan uji coba taksi terbang di Melbourne pada tahun depan. Melbourne dipilih Uber menjadi kota ketiga yang akan menyediakan layanan taksi terbaru ini.
Mengalahkan Brazil, Prancis, India dan Jepang, Melbourne yang merupakan salah satu kota terpada di Australia akan bergabung dengan Dallas dan Los Angel sebagai kota yang menyediakan layanan Uber Air.
Uji coba terbang rencananya akan dilakukan pada tahun depan, sementara sejumlah promosi baru akan dilakukan tahun 2023 mendatang.
“Kami ingin membuat layanan ini sesederhana mungkin bagi masyarakat, hanya tinggal tekan dan terbang,” ujar Eric Allison, kepala Uber Elevate global.
Nantinya, rute perjalanan udara taksi terbang uber akan mencakup 19 kilometer mulai dari Central Business District (CBD) hingga Bandara Melbourne dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Rute udara ini bisa dibilang lebih singkat dibanding rute (taksi) darat yang biasanya menghabiskan waktu 25 menit hingga satu jam.
Menurut kabar yang beredar, tarif taksi terbang Uber kurang dari USD 90 atau setara dengan tarif perjalanan darat menggunakan taksi mewah Uber.
Layanan taksi udara ini akan lebih dulu diluncurkan dari layanan kereta bandara Melbourne. Sebagai informasi, layanan kereta bandara Melbourne-CBD baru akan beroperasi di tahun 2031.
Menurut pihak Uber Air, taksi terbang ini akan ‘lepas landas’ dan ‘landing’ secara vertikal di berbagai ‘skyport’ yang nantinya disediakan. Uber Air mengklaim, skyport buatannya mampu hingga 1.000 pendaratan setiap jamnya.
Untuk merealisasikan proyek taksi terbangnya ini, Uber bekerja sama dengan lima pabrik pembuatan pesawat, salah satu di antaranya adalah Boeing.
Ikut menanggapi proyek taksi terbang Uber, sejumlah analis yakin dalam merealisasikan proyek ini Uber akan mengalami sejumlah hambatan seperti urusan regulasi, sertifikasi keamanan, persetujuan rute udara serta izin pembangunan infrastruktur penunjang lainnya.
“Saya sebenarnya sangat menyayangkan ketika Uber sudah siap namun pemerintah yang belum siap menerima teknologi semacam ini. Dan pada akhirnya, mereka menolak bekerja sama lantaran tak melihat keuntungan yang bisa diambil dari teknologi ini,” ujar Jake Whitehead, peneliti dari University of Queensland pada kantor berita ABC.
- Source : www.rt.com