LSM Geram, Media Tak Mau Tahu Soal Total Korban Jiwa Di Yaman
Menurut penghitungan yang dilakukan LSM, jumlah korban yang meninggal dalam konflik Yaman melampaui angka 60.000 jiwa pada pekan lalu. Ironisnya, selama ini berita yang disebar media massa hanya menyantumkan total korban jiwa dari sumber lama yang angkanya jauh berbeda dengan jumlah korban terkini, ujar seorang peneliti pada kantor berita RT.
Menurut laporan terbaru Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), sejak bulan Januari 2016 ada lebih dari 60.000 nyawa melayang dalam kerusuhan di Yaman. Mirisnya, hampir setengah kematian dari jumlah tersebut terjadi pada tahun ini.
“Dari yang kami perhatikan, media terlalu malas mencari tahu total jumlah korban jiwa terkini dari konflik di Yaman. Contohnya saja mereka masih menggunakan acuan total jumlah korban jiwa yang dikeluarkan PBB tahun 2016 silam. Dan sangat disayangkan, masih banyak surat kabar dan kantor media yang menggunakan jumlah tersebut sebagai acuannya,” ujar Andrea Carboni, salah satu peneliti yang merasa krisis di Yaman kerap disepelekan media massa.
Jumlah korban jiwa ini nampaknya akan terus meningkat ditengah-tengah memanasnya pertempuran di kota pelabuhan Hodeidah, terlepas dari desakan PBB yang meminta dilakukannya aksi gencatan senjata.
Sebelumnya, PBB pemerintah Abd-Rabbu Mansour yang didukung Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houthi sepakat untuk melakukan gencatan senjata sampai setidaknya hari Selasa ini. Sayangnya, kedua belah pihak menolak melanjutkan aksi ini lantaran koalisi Arab Saudi kembali meluncurkan serangan udara baru ke kota Hodeidah pada hari Minggu kemarin.
“Kami sudah mengetahui ada sejumlah wilayah di Yaman yang terkena wabah kelaparan, bahkan hingga kini ada 85.000 warga Yaman diperkirakan tewas akibat malnutrisi,” Carboni menjelaskan.
Sudah tiga tahun lebih konflik yang menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang di Yaman. Ironisnya, baik kelompok Houthi dan koalisi pimpinan Saudi tak kunjung berhenti saling menyalahkan atas jatuhnya korban jiwa.
Saat ini, jutaan orang meliputi anak-anak terancam kelapan sementara lebih dari separuh populasi di Yaman bertahan hidup dengan bergantung dari bantuan yang diberikan komunitas internasional. Pengetatan di wilayah laut dan blokade di udara Yaman membuat pasokan utama seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar semakin langka.
Tak berhenti sampai di situ, penderitaan rakyat Yaman harus ditambah dengan merebaknya berbagai penyakit seperti campak, difteri dan kolera lantaran kurangnya layanan kesehatan dan pasokan air serta ketiadaan infrastruktur vital yang telah hancur akibat dibom pasukan Saudi.
Sejumlah LSM yang ikut membantu menangani konflik ini mengatakan serangan udara Saudi bertanggung jawab atas membludaknya korban jiwa di Yaman. Pasalnya, mereka kerap kali menyerang tempat-tempat yang dikerumuni banyak orang seperti pasar, acara pemakaman hingga pernikahan dengan dalih salah sasaran.
- Source : www.rt.com