Analis Ungkap Alasan AS Tak Berani Jatuhkan Sanksi Ekonomi Pada Arab Saudi
Nampaknya, ancaman sanksi AS terhadap Arab Saudi hanya akan menjadi sebuah ancaman semata, ujar para analis pada kantor berita RT. Seperti yang diketahui, kerajaan Arab Saudi merupakan pembeli senjata Amerika nomor satu sekaligus pemegang obligasi terbesar di AS. Oleh karena itu, gagasan mengenai ancaman pengenaan sanksi AS pada Arab Saudi menjadi mustahil.
Presiden AS Donlad Trump telah berjanji akan menjatuhkan hukuman berat, jika Arab Saudi terbukti memberikan perintah untuk membunuh jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi.
Sedangkan otoritas Turki mengklaim pihaknya memiliki bukti bahwa sang jurnalis sempat disiksa hingga akhirnya dibunuh oleh konsulat Arab Saudi yang ada di Istanbul.
“Arab Saudi bukan sekedar negara raksasa minyak, namun juga 1. Salsh satu pembeli senjata terbesar AS 2. Salah satu pemegang investasi terbesar AS 3. Mitra Timur Tengah yang strategis untuk bisa mengalahkan Iran,” seorang konsultan keuangan di Teletrade, Mikhail Grachev, mengatakan pada kantor berita RT.
Analis lainnya yang juga menghubungi RT, sepakat akan analisa ini.
“Arab Saudi merupakan pembeli senjata Amerika terbesar. Di samping itu, Arab Saudi juga merupakan investor aktif untuk AS sejak tahun 2004,” Mikhail Mashchenko, seorang analis di jaringan sosial untuk para investor eToro mengatakan.
Pengenaan sanksi AS pada Arab Saudi dapat menyebabkan lonjakan harga minyak menjadi USD 300 per barelnya. Tentu saja, hal semacam ini sangat tidak disukai Donald Trump, ujar sang analis.
Arab Saudi juga bisa menjual obligasi AS miliknya dan bergabung dengan negara lain seperti Rusia, China dan Jepang yang mulai aktif mengurangi ketergantungan negaranya pada dolar, Maschchenko menambahkan.
Kedua analis sepakat kemungkinannya hanya satu, Amerika Serikat hanya akan mengenakan sanksi minimum terhadap Arab Saudi yang tidak beresiko mencederai hubungan di antara keduanya.
Sementara jika AS nekat menjatuhkan sanksi ekonomi pada Arab Saudi sebagaimana yang dilakukan pada negara lainnya, dipastikan harga minyak akan meroket, ekonomi global akan terguncang yang dampaknya juga akan dirasakan AS, ujar Ivan Kapustiansku, Analis Utama di Forex Optimum.
“Tindakan semacam ini dapat memicu krisis minyak seperti yang pernah terjadi di tahun 1973 silam. Sementara untuk ekonomi global, lonjakan harga minyak hanya akan menyisakan bencana, khususnya untuk importer neto, di mana harga bbm di pasar domestik menjadi tidak dapat dikendalikan,” ujarnya.
- Source : www.rt.com