Kasus Haringga Harusnya Jadi Alarm Budaya Kekerasan di Generasi Muda
Pagi ini saya melihat sebuah foto surat kabar yang memuat berita tentang Haringga di mata Ibunya.
Bayangkan, Anda punya anak. Usianya masih relatif muda, baru 20-an awal. Pergi keluar, tapi ternyata dia nggak pernah kembali. Bahkan jejak terakhir kisah tentang dia justru muncul dari video-video pendek yang sekarang beredar di banyak media sosial.
Saya dari semalam rasanya sudah berulangkali mereport dan mendelete setiap ada yang mengirim video itu. Kok nggak mikir gitu lho membagikan video anak manusia yang sedang meregang nyawa? Kebanggaan dan kesenangan apa sih yang diraih orang-orang ini? Dan yang buat saya tak kalah mengerikan adalah banyak orang di sekitar Haringga yang sedang dikeroyok. Lha bukannya malah menolong kebanyakan cuma melihat dan ada yang malah memvideokan? Ini orang-orang otak dan hatinya apa lagi migrasi ke Planet Mars dan nggak nempel di tubuhnya ya?
Kalau saya adalah penegak hukum, rasanya ingin menangkap satu per satu orang yang ada di video itu dan membiarkan. Logikanya begini lho, ini keramaian. Banyak orang. Kalau saksinya cuma sebiji saya masih maklum, mungkin dia takut kalau jadi sasaran pengeroyokan berikutnya. Lha ini lho ada banyak orang. Daripada cuma nonton dan memvideokan, kenapa kalian nggak melerai atau lakukan sesuatulah. Segera tarik korban dan bawa ke RS atau bagaimanalah.
Saya kehilangan kata-kata. Dekonstruksi sosial apa yang terjadi di bangsa yang konon kabarnya ramah dan gemar menolong ini? Saya cuma melihat video sekilas saja, karena terlanjur masuk di WA dan terputar tanpa tahu sebelumnya itu apa, baru beberapa detik sudah ngeri dan saya matikan. Nggak tega. Apa mungkin sih bangsa yang penolong membiarkan saudaranya mengalami tragedi seperti ini?
Ini bukan kasus yang pertama terjadi. Jangan lagi denial dengan mengatakan, ini hanya ulah oknum suporter. Akui saja memang ada yang salah dalam menata suporter kita. Ada yang harus dibenahi. Ada penyakit di antara suporter yang mana bisa membahayakan. Padahal ini olahraga lho, suatu bidang yang seharusnya menekankan fairplay dan semangat berkompetisi yang sehat lahir dan batin.
Hal menyedihkan lain adalah pelakunya ini masih berusia remaja. Masih sangat muda. Mau jadi apa bangsa kita kalau generasi mudanya seperti ini?
Dan saya menemukan juga komentar yang malah mengatakan, "ya salahnya sudah dihimbau jangan nonton kenapa masih datang?"
Hello, otak dan hatinya yang lagi migrasi tolong disuruh pulang dulu. Ini sama saja dengan selalu menyalahkan perempuan ketika ada kasus pemerkosaan. Padahal yang harusnya dipersalahkan adalah pelaku. Ngapain kalian tetap nekat berbuat seperti itu? Apa sih kebanggaan yang kalian dapat setelah mengeroyok anak orang sampai mati? Persoalannya juga biasanya hanya seputar fanatisme dan hal-hal sepele lain, tapi mereka nggak sungkan menghilangkan nyawa orang. Inikah gambaran masyarakat kita yang konon katanya religius itu?
Dan kita sebagai bagian dari tatanan sosial sepertinya juga harus mawas diri dan introspeksi. Sekitar satu setengah tahun lalu ada anak kecil yang keliling kampung secara berkelompok dengan semangat 45 berteriak untuk membunuh seorang tokoh politik. Anak kecil. Padahal bocah-bocah ini saya yakin juga nggak paham politik itu apa. Artinya ada yang meracuni.
Kemarin, kita lihat segerombolan anak muda hanya karena beda dukungan klub, hanya karena melihat pendukung rivalnya datang, kemudian bisa menghabisi nyawanya di depan banyak orang secara beramai-ramai. Nggak ada malu. Nggak ada rasa bersalah. Nggak ada pemikiran, "aduh nanti kalau anak itu kenapa-kenapa bagaimana ya?". Nggak ada.
Dari anak kecil hingga remaja kita sudah lihat contoh kelakuan mereka yang sangat tidak berperikemanusiaan. Ada potensi untuk gampang melakukan kekerasan.
Artinya, ada PR besar bagi bangsa ini untuk membenahi moral dan karakter masyarakatnya. Moral dan karakter itu jangan selalu diasosiasikan dengan urusan selangkangan saja, ini lho anarkisme seperti ini urgent juga untuk ditangani.
Kita semua berarap bahwa ini kejadian yang terakhir. Cukup sampai Haringga saja, jangan ada korban lain berjatuhan. Saya penasaran apa yang akan dilakukan PSSI dan pihak-pihak terkait. Kita butuh olahraga maju, kita juga butuh manusia kita beradab. Jangan hanya koar-koar religius sementara tanganmu mudah melukai sesama.
- Source : seword.com