Rusia Ungkap Cara AS Menghukum Suatu Negara Melalui Kekuatan Dolar Yang Dimilikinya
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut dolar AS sebagai sebuah alat yang kerap digunakan AS ketika pihaknya ingin memberikan ‘hukuman’ terhadap negara lainnya.
“AS segera menghentikan seluruh operasi perbankan yang menggunakan dolar ketika mereka ingin menghukum suatu negara. Selain itu, AS juga akan mengenakan hukuman serupa pada negara manapun yang memiliki hubungan dengan negara yang sedang dihukum negaranya,” ujar Lavrov dalam sebuah wawancara dengan televisi Rusia.
Lavrov menambahkan bahwa selama berpuluh-puluh tahun, seluruh negara di dunia sebenarnya berharap Amerika Serikat dapat melaksanakan tugasnya dengan bijak selaku pihak yang mengeluarkan mata uang cadangan utama dunia.
Pernyataan Lavrov sendiri muncul setelah Menteri-Presiden Wilayah Flander, Belgia, Geert Bourgeois, mengecam AS karena telah memanfaatkan dolar sebagai senjata untuk menghukum negara manapun yang ada di dunia.
Dalam kesempatan itu pula, Geert Bourgeois menjanjikan bahwa Bank Investasi Eropa akan mendukung investasi Iran di tengah-tengah upaya Belgia mendorong undang-undang pemblokiran Uni Eropa yang akan mengurangi dampak sanksi AS untuk berbisnis.
Pada pertengahan Agustus lalu, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menekankan bahwa dolar yang selama ini dianggap sebagai mata uang internasional telah berubah menjadi sebuah alat transaksi yang beresiko.
Melihat fenomena ini, Anton Siluanov mengatakan dirinya tidak menutup kemungkinan bahwa banyak negara di dunia yang beralih menggunakan mata uang negaranya sendiri dibandingkan dolar dalam pasar minyak dunia.
Seperti yang telah diketahui, isu yang selama ini beredar terkait dolar turut dipengaruhi oleh pertikaian besar antara AS dan Turki soal keuangan.
Pertikaian ini sendiri dimulai oleh Presiden Donald Trump yang mengumumkan AS akan melipatgandakan tarif impor baja dan aluminium Turki.
Sebagai informasi, nilai tukar mata uang Turki lira saat ini mencapai nilai terendahnya. Nilai tukar lira terhadap dolar bahkan melorot hingga lebih dari 16 persen.
Menanggapi kondisi ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan lantas mengumumkan bahwa pihaknya siap berhenti menggunakan dolar dalam berdagang dengan seluruh mitranya.
Kondisinya mulai membaik ketika Turki, Iran, China dan Rusia mulai bertransaksi menggunakan mata uang negaranya masing-masing.
Sementara itu, Iran saat ini mulai beralih menggunakan emas sebagai alat pembayaran alternatif yang dinilainya lebih layak ketimbang dolar.
- Source : sputniknews.com