Usai mengunjungi kota Douma, media Barat mulai mempertanyakan laporan dugaan ‘serangan gas kimia’ yang dilakukan Bashar Assad
Usai mewawancarai warga setempat yang merupakan saksi mata, media mainstream mulai meragukan laporan dugaan serangan gas di Douma yang digembar-gemborkan pihak Barat.
Sebelumnya, paramedis juga telah menyatakan bahwa serangan ini tak pernah terjadi.
Agence France-Presse (AFP), kantor berita terbesar ketiga di dunia, bersama dengan the Independent dan sebuah surat kabar online Inggris, telah menerbitkan artikel yang mempertanyakan kebenaran serangan gas klorin atau senjata kimia lainnya di Ghouta Timur tanggal 7 April lalu.
Dalam sebuah video berbahasa Prancis, jurnalis AFP berbicara dengan Marwan Jaber, seorang mahasiswa kedokteran yang sedang memeriksa pasien yang diduga terkena dampak serangan tersebut.
@AFP translates the words of a doctor in Douma who confirms that on that fateful day nobody came into the hospital with symptoms of a chemical attack. This directly contradicts the words of the French President.https://t.co/vbfP58yZUp pic.twitter.com/rL1sepuc24
— Ollie Richardson (@O_Rich_) April 17, 2018
Menurut Jaber “Beberapa korban menderita asma dan infeksi saluran pernapasan. Namun sekarang mereka telah mendapatkan perawatan rutin bahkan beberapa diantaranya telah diizinkan pulang.”
“Seluruh korban tak menunjukkan tanda-tanda terpapar bahan kimia beracun. Namun ada sejumlah orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam ketika kami sedang sibuk. Beberapa memercikkan air pada para korban, sedangkan sisanya memfilmkan adegan tersebut,” tambah Jaber.
Ucapan Jaber tersebut sejalan dengan klaim yang dikatakan seorang dokter di Douma yang telah mengatakan hal serupa pada jurnalis Inggris, Robert Fisk.
Menurut Rahaibani, baku tembak yang terjadi terus menerus telah menciptakan awan debu. Awan ini kemudian masuk ke ruang bawah tanah tempat masyarakat setempat tinggal dan berlindung.
“Masyarakat mulai berdatangan ke klinik karena menderita hipoksia dan kekurangan oksigen. Kemudian seseorang yang berada di dekat pintu, yang diduga anggota ‘White Helmet’ berteriak ‘Gas!’,” dirinya mulai menceritakan.
Sang dokter melanjutkan “Mulai dari situ kepanikan terjadi. Orang-orang mulai saling melemparkan air. Dan video yang telah beredar memang difilmkan di sini. Videonya asli. Namun, seperti yang sudah saya katakan, masyarakat datang ke sini karena menderita hipoksia, bukan keracunan gas.”
Dalam artikelnya di media the Independent, Fisk menuliskan seluruh warga setempat yang diwawancarainya mengatakan kalau mereka tak pernah mempercayai cerita serangan gas yang disebarkan pihak Barat.
Menurut mereka serangan tersebut tak pernah dilakukan Presiden Assad, melainkan hanya cerita buatan yang disebarkan para anggota kelompok Islamis di Ghouta sebelum kota itu dibebaskan pasukan Suriah pada bulan April.
Sementara itu, sebuah siaran media Jerman n-tv mengatakan kebenaran terjadinya serangan tersebut masih belum jelas dan diragukan.
Warga setempat yang diwawancarai dalam siaran tersebut mengatakan jika mereka sama sekali tak mencium bau bahan kimia apapun.
Seorang warga mengatakan pada kru tv tersebut bahwa dirinya ingat pernah mencium “bau yang aneh” namun usai meminum segelas air, dirinya tak merasa ada keanehan apapun.
Berbeda dengan seorang pria yang tak ingin disorot wajahnya, bersikeras mengatakan kalau dirinya “mencium bau gas klorin.”
Selain warga setempat, seorang dokter juga ikut diwawancarai dalam siaran tersebut, sama seperti dokter-dokter sebelumnya dia mengatakan “Hari Sabtu, seminggu yang lalu, kami memang menangani banyak pasien yang menderita masalah pernapasan. Tapi tak satupun menunjukkan gejala terpapar klorin atau gas beracun lainnya.”
The German broadcaster @ntvde interviewed a doctor working in the hospital in Duma:"There were no patients with symptoms of a chemical gas attack!" pic.twitter.com/wctxv50Gl6
— Stan (@StanM3) April 17, 2018
Seluruh cerita ini diterbitkan oleh kantor berita yang berbeda, termasuk hasil wawancara dari dua pria yang ada pada cuplikan video “serangan gas” yang disebarluaskan baik media maupun pemerintah Barat.
Ketika diwawancarai militer Rusia, kedua pria tersebut juga mengatakan hal serupa mengenai cerita perekaman video tersebut.
“Beberapa orang asing mulai masuk, berteriak mengatakan ada serangan gas, membuat kami panik hingga saling menyemprotkan air, dan tanpa kami sadari mereka merekam kejadian tersebut.”
Selain pada pihak media ataupun militer, para dokter dan paramedis juga telah mengonfirmasi pernyatannya bahwa memang tak ada pasien yang datang dengan gejala paparan gas beracun kala itu.
Jelas sudah berbagai laporan yang disebarkan media Prancis dan Inggris bertentangan dengan kenyataan yang ada.
Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, sebelum meluncurkan serangan balasan ke Suriah, menegaskan kembali jika dirinya memiliki bukti yang menunjukkan Presiden Suriah Bashar Assad telah menggunakan klorin untuk menyerang warga sipil.
Sedangkan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, bersikeras bahwa sejumlah informasi dari badan intelijen yang didapatnya mengindikasikan pemerintah Suriah lah yang bertanggung jawab atas serangan itu.
- Source : www.rt.com