Wow, Pemkot Aceh Studi Banding ke Saudi Soal Bioskop dan Konser Musik!
Kesimpulannya kami sepakat untuk melakukan studi banding bersama ulama kita ke Arab Saudi atau negara Islam lainnya untuk mempelajari bagaimana pengaturan soal konser musik dan bioskop di sana. Sebagai perbandingan, baru-baru ini saya membaca berita di Arab Saudi baru digelar festival jazz. Nah, dari hasil studi banding nanti baru kita putuskan bersama ulama, dan kita akan sesuaikan dengan penerapan Syariat Islam dan adat istiadat serta budaya kita di sini. Dan salah satu misi konkret dan sudah mulai berjalan adalah mewujudkan Banda Aceh sebagai kota zikir. Upaya ke arah tersebut sudah kita mulai dari tempat ini dengan membentuk Majelis Zikir dan Pengajian Gemilang. Lokasi zikir yang representatif dan bertaraf internasional juga tengah kita perjuangkan di Banda Aceh.
Sumber kutipan dan foto : https://news.detik.com/berita/3922576/aceh-belum-ada-bioskop-walkot-akan-studi-banding-ke-arab-saudi?utm_source=twitter&utm_medium=oa&utm_content=detikcom&utm_campaign=cmssocmed
Itu adalah pernyataan Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, soal rencana studi banding Pemkot Aceh dan sejumlah ulama untuk melihat bioskop dan perijinan konser di negara Islam terutama Saudi Arabia menyikapi pertanyaan sejumlah masyarakat. Selama ini kalau ada konser yang bisa terselenggara di Aceh maka izin konser baru dikeluarkan setelah mendapat rekomendasi dari dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dan pihak keamanan. Sementara Wakil Walikotanya, Zainal Arifin, mengamini dengan :
Tidak ada tawar-menawar soal Syariat Islam. Penegakannya tidak akan kita kendurkan sedikitpun. Kami juga selalu menggandeng para ulama dalam membangun kota ini. Soal bioskop, konser musik, dan hal-hal lainnya kami akan selalu bersandar pada keputusan ulama. Termasuk soal rencana pendirian Rumah Sakit Siloam. Insya Allah Pemkot Banda Aceh tidak akan memberi izin jika tidak mudaratnya lebih besar dari pada manfaatnya bagi masyarakat.
Mau Studi Banding Atau Jalan-Jalan? Mau Jadi Kota Zikir Atau Mau Bangun Industri Hiburan?
Saya itu kadang bertanya apakah soal strict sekalinya Aceh ini adalah keinginan kelompok tertentu atau mayoritas masyarakatnya memang mau dan ikhlas menjalani kehidupan mereka di sana. Saudi Arabia saja semakin ke sini semakin fleksibel, sedangkan di Aceh segala sesuatunya malah tampak semakin tertutup.
Lucu lagi mereka bercita-cita membangun kota zikir, tapi sekaligus juga ingin melihat soal bioskop dan konser di negara Arab. Padahal di Arab kebebasan baru mulai dijalankan. Ini sebetulnya alasan untuk bisa pelesiran atau bagaimana? Kenapa tidak ke negara tetangga seperti Malaysia atau mungkin melihat di kota lain di Indonesia saja. Dan lagipula saya rasa sebetulnya urusan bioskop dan konser ini bisa dipikirkan melalui Focus Group Discussion atau metode lain tanpa harus jauh-jauh pergi ke Aceh.
Lagipula sebenarnya lebih urgent mengijinkan pembangunan Rumah Sakit daripada ngurusi soal bioskop dna konser di malam hari. Sebagai informasi saja tanah bekas Hermes Mall dibeli oleh Siloam Group senilai 62 milyar. Dan Anda tahu apa komentar Ketua Fraksi PKS DPRK Banda Aceh, Irwansyah, atas hal ini?
Kenapa kita tegas menolak Siloam ini?, karena kita menilai rumah sakit ini tidak cocok dengan daerah Aceh yang menjalankan syariat Islam. Jangan sampai nanti pendirian ini akan melahirkan konflik horizontal dan perlawanan dari elemen ummat. Masih banyak investor lain yang bisa digarap kalau memang serius. Misalnya dari Timur Tengah dan dari pihak lain yg tidak membawa misi kristenisasi dalam prakteknya.
Sumber kutipan : http://anterokini.com/2018/03/15/gubernur-dan-walikota-diminta-tak-beri-izin-rs-siloam-di-banda-aceh/
Anda kebayang kan sekarang betapa keblingernya pejabat di Aceh soal semua-semua harus ke-Timur Tengah-an? Padahal RS itu fasilitas umum yang justru bermanfaat untuk banyak orang. Siloam juga merupakan salah satu jaringan RS yang punya alat canggih. Yang macam begini justru dihalangi masuk. Konyolnya lagi alasannya takut Kristenisasi. Lha memangnya ada penelitian berapa orang yang murtad setelah dirawat di RS itu?
Lha terus kalau ada bioskop apa tidak takut film-filmnya berisi produksi Hollywood yang sering menampilkan budaya yang berbeda dengan yang biasa ada di Aceh? Buat apa jauh-jauh ke Saudi kalau sejak awal pikirannya saja sudah dangkal begitu. Saya itu kadang nggak paham sama cara berpikir orang-orang ini. Kalau dalam 20 tahun ke depan Aceh jadi daerah terbelakang di Indonesia saya juga nggak akan kaget melihat model pejabatnya saat ini.
- Source : seword.com