www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Berbagai perayaan Tahun Baru China di Rusia melenyapkan perbedaan budaya

Penulis : Sputnik | Editor : Indie | Senin, 19 Februari 2018 10:50

MOSKOW (Sputnik) Tommy Yang – Tian Qingshen, seorang artis keturunan Thionghoa dari Anshan, provinsi Liaoning di Timur Laut China, menghabiskan malam Tahun Baru Chinanya mewarnani berbagai karakter China yang warna-warni baik untuk dinikmati para pengunjung warga Rusia maupun China yang berkunjung ke festival Tahun Baru China di pusat perbelanjaan GUM yang dekat dengan Kremlin.

Ini merupakan pertama kalinya sang artis keturunan Tionghoa berusia 52 tahun tersebut merayakan acara Tahun Baru China, yang dikenal dengan Chun Jie (Festival Musim Semi), di luar China, jauh dari keluarga dan teman-temannya.

“Ini pertama kalinya saya merayakan acara Chun Jie di luar negeri. Saya telah menghubungi keluarga saya di China segera setelah saya bangun tidur pagi ini. Saya mengirimkan banyak pesan melalui WeChat,” Tian mengatakan pada Sputnik.

Kios dagang yang dihiasi dan diwarnai dengan kaligrafi China oleh Tian memang merupakan bagian dari program perayaan Tahun Baru China yang diusung pusat perbelanjaan GUM, program pertama diantara berbagai pusat perbelanjaan besar di Rusia. Para pengunjung baik dari Rusia ataupun China menikmati serangkaian besar aktivitas yang berhubungan dengan budaya Chinam meliputi pameran lukisan sutra yang disebut “Great Silk Road”, pemutara film China dan berbagai pertunjukan tarian tradisional China. Berbagai kerajinan tangan dan makanan khas China juga tersedia di berbagai kios.

Mendorong Pemahaman Budaya

Dikarenakan hubungan bilateral antara Rusia dan China terus membaik dalam beberapa tahun terakhir, berkat hubungan pribadi yang erat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presideng China Xi Jinping, pertukaran budaya antara kedua negara ini mulai berkembang. Terlepas dari hubungan bersejarah antara kedua negara pada era Soviet yang erat, sikap saling memahami berbagai budaya modern masing-masing, antara Rusia dan China terus dihadapi banyak tantangan.

Pusat perbelanjaan GUM, sebagai sebuah ikon komersil dan budaya, mencoba menjembatani jurang perbedaan pemahaman budaya antara kedua negara ini melalui berbagai acara seperi program Tahun Baru China yang berlangsung dari tanggal 8 sampai 28 Februari, Nino Gaiashvili, kepala proyek program “China Friendly” GUM mengatakan pada Sputnik.

“Terdapat sedikit kesalahpahaman budaya antar kedua negara ini. Tujuan kami adalah tak hanya menyuguhkan acara khusus bagi para pengunjung China, namun juga meningkatkan kesadaran akan adanya budaya China di antara para penduduk asli Rusia. Banyak dari kami (warga Rusia) yang tidak memiliki kesempatan untuk pergi ke China dan melihat seperti apa negaranya atau bagaimana cara hidup masyarakat China. Jadi kenapa kita tidak memboyong para artis asal China dan menciptakan suasana China yang baru di Moskow? Kita dapat menunjukkan pada masyarakat kalau China tak lagi seperti dulu yang kita kenal,” Gaiashvili mengatakan.

Mikhail Osiko, seorang musisi berusia 42 tahun yang tinggal di Moskow, dan pacarnya Maria Mayakova terpesona oleh semua foto yang dipamerkan di luar GUM dan memutuskan untuk menyaksikan program Tahun Baru China yang sedang digelar pusat perbelanjaan tersebut.

“Saya kagum betapa pekerja kerasnya masyarakat China. Memereka memperhatikan setiap rinci detilnya,” Osiko mengatakan pada Sputnik, mengacu pada pameran lukisan sutra yang digelar di pusat perbelanjaan tersebut.

Sebelum mengunjungi acara khusus yang disuguhkan GUM ini, Osiko tak sering mendengar mengenai Tahun Baru China.

“Apakah Tahun Baru China jatuh di hari yang sama setiap tahunnya? Tahun apa ini menurut kalendar China? Tahun berapa saat ini menurut kalendernya?” Osiko menanyakan. Usai mempelajari kalau Tahun Baru China jatuh di hari yang berbeda setiap tahunnya dan kalendar China tidak memiliki angka spesifik untuk tahunnya, sang musisi menggelengkan kepalanya menunjukkan keterkejutannya.

“Banyak warga Rusia yang tak tahu mengenai budaya China. Acara ini merupakan kesempatan yang bagus bagi mereka untuk belajar banyak hal. Banyak pengunjung warga Rusia yang memiliki berbagai pertanyaan mengenai acara kami dan tanggal pasti perayaan Tahun Baru China. Saya rasa hal ini luar biasa,” Maria Konstantinova, yang bekerja sebagai penerjemah bahasa China di GUM, mengatakan pada Sputnik.

Pengalaman Baru

Secara tradisional, Tahun Baru China merupakan sebuah liburan dimana para anggota keluarga berkumpul kembali usai satu tahun disibukkan dengan segala aktivitas dan kemudian merayakannya dengan cara berkumpul bersama untuk menggelar makan malam besar di Malam Tahun Barunya, sambil menyalakan kembang api untuk menakuti para roh jahat yang disebut Nian, agar keluarga tersebut diberikan keberuntungan dan rezeki.

Dewasa ini, acara berkumpulnya kembali anggota keluarga ini sering menimbulkan kekacauan lalu lintas besar-besaran di China selama liburan Tahun Baru setiap tahunnya, dikarenakan jutaan imigran China yang tinggal di berbagai kota besar kembali mengunjungi kampung halaman mereka untuk berkumpul kembali besarama anggota keluarganya. Namun, dikarenakan standar biaya hidup terus meningkat di China di tengah-tengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, sejumlah besar keluarga khususnya yang tinggal di kota-kota besar, memutuskan untuk merayakan liburan ini dengan bertamasya ke luar negeri.

Xu Bin, yang bekerja pada perusahaan negara di Shanghai, membawa anggota keluarganya yang berjumlah lima orang, meliputi istrinya, putra dan orang tuanya bertamasya ke Rusia untuk melihat fenomena Cahaya Utara pada liburannya tahun ini.

“Dikarenakan pengaruh China semakin kuat, ketika kami berpergian ke luar negeri, kami mulai melihat lebih banyak ikon China dan mendengar lebih banyak orang yang berbicara menggunakan bahasa China. Bahkan di pusat perbelanjaan GUM di Rusia, kami dapat mendengar musik khas China dan melihat tulisan China di sekitar kami. Sangat mengesankan merayakan Tahun Baru China di lingkungan seperti ini,” Xu mengatakan pada Sputnik ketika keluarganya mengunjungi GUM pada hari Kamis.

Shen Zhongnan, seorang konsultan mobil dari Nanjing, provinsi Jiangsu, tak bisa berhenti mengambil foto berbagai tulisan China mengenai Tahun Baru China yang dipamerkan di GUM.

“Ada banyak elemen China di sini, seperti Alipay (layanan pembayaran mobile China) dan berbagai kalimat Happy New Year dalam bahasa China. Saya mengambil banyak foto dengan menggunakan smartphone saya,” Shen mengatakan pada Sputnik.

Merubah Persepsi

Rachel Shen, putri sang konsultan mobil, cenderung berprasangka adanya niatan bisnis yang ditawarkan dalam semua layanan berbahasa China itu.

“Saya telah mengunjungi Jepang, Vietnam dan Kamboja. Semua tempat itu juga memiliki banyak elemen China dikarenakan pariwisata merupakan bagian terbesar sektor pendapatan masyarakat setempat. Saya rasa semua hal ini diperuntukkan agar banyak masyarakat China yang datang dan menghabiskan banyak uangnya di sini,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi China yang pesat telah mengubah para pengunjung asal China menjadi deretan atas turis paling boros di berbagai daerah tujuan wisata. Banyak bisnis yang sudah mulai berinovasi dengan berbagai macam ide untuk memenuhi segala kebutuhan turis asal China dan mendorongnya untuk berbelanja lebih banyak.

Namun, Gaiashvili, selaku kepala proyek acara GUM, percaya kalau menawarkan berbagai layanan yang ramah di kantong ke kalangan pengunjung yang lebih luas lebih efektif ketimbang memaksa para pengunjung asal China untuk membeli berbagai produk mewah.

“Di seluruh dunia, mereka (para pebisnis) mencoba untuk menekan semua turis asal China untuk membelanjakan uangnya, yang tentu saja bukan merupakan tujuan kami. Hal semacam ini bukan hal yang kami sukai. Seperti yang dikatakan CEO kami, filosofi perusahaan kami adalah UGM harus dapat dijangkau segala kalangan. Di pusat perbelanjaan kami, kalian dapat membeli sebuah es krim hanya seharga 50 rubles ($0,88) atau membeli sebuah buku seharga 200 rubles ($3,50). Kalian juga bisa membeli sebuah dress seharga 200.000 rubles ($3.500). Kalian dapat membuktikan sendiri kalau kami menyediakan segala kebutuhan bagi semua orang,” ujarnya.

Gaiashvili menambahkan kalau GUM tidak mencoba mendorong penjualannya ke sektor pelancong asal China dengan menawarkan komisi bagi para penyedia jasa layanan pariwisata China di Rusia.

“Mungkin itu juga kenapa berbagai operator pariwisata China mengatakan pada kelompok pelancong yang dibawanya kalau GUM terlalu mahal atau kami hanya mengizinkan para pengunjung asal China untuk berbelanja selama 15 menit di sini. Sangat disayangkan, karena kami tak hanya sekedar pusat perbelanjaan di Rusia. Kami juga merupakan sebuah tempat bersejarah di negara ini,” katanya.

Memperluas Wawasan Budaya

Berkat meningkatnya kekuatan ekonomi China, ketertarikan budaya China mulai meningkat di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun, sebagai sebuah negara yang memiliki sejarah lebih dari 5.000 tahun, budaya tradisional China terus berhasil mengambil hati pihak asing, termasuk warga Rusia yang mulai tertarik pada budaya China.

“Memang benar kalau warga Rusia terus membicarakan mengenai budaya China, mereka akan terus berpikir mengenai segala elemen budaya tradisionalnya seperti bela diri, seni menggunting kertas ata permainan Go. Kami membuka berbagai kelas bagi mereka yang tertarik di pusat budaya kami. Budaya modern China sendiri tak terlalu banyak, sehingga sulit menarik perhatian pemuda pemudi di Rusia,” Li Yan dari Pusat Budaya China di Moskow, yang membantu bekerjasama dengan GUM terkait perayaan Tahun Baru China ini, mengatakan pada Sputnik.

Namun, berkembangnya berbagai perusahaan asing, seperti GUM, telah mulai memahami betapa pentingnya upaya mempromosikan budaya modern China untuk menarik perhatian generasi muda.


Berita Lainnya :

Gaiashvili menjelaskan kalau mereka mencoba untuk lebih mengenalkan budaya China yang lebih modern dan berbagai elemen China yang kekinian dengan cara meminta seorang artis kontemporer asal China Jacky Tsai membantu merancang dekorasi untuk acara perayaan Taun Baru China.

“Sangat penting menjelaskan hal semacam ini. Itu kenapa kami memilih Jacky Tsai, karena dirinya masih muda dan menyukai tantangan. Jika kamu melihat karya seni China, tak ada banyak artis yang mengusung tema pop-art. Dari segelintir artis, hanya dialah yang mengusung tema demikian. Kami menginginkan sesuatu yang menggembirakan,” Gaiashvili mengatakan.

 


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar