Suliyono Mau Menikah Dengan Bidadari, Ngapain Menyerang Jamaat Gereja? Apa Mereka Merebut Bidadarinya?
Kemarin pagi saya dikejutkan dengan sebuah video seorang pemuda yang melakukan penyerangan di sebuah Gereja Katolik Santa Lidwina yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Orang ini masuk dengan menggunakan pedang.
Orang ini diketahui masuk dari pintu sebelah barat gereja dan langsung menyerang jemat. Dia menebas Koster Pasturan Gereja, Martinus Permadi Subiantoro yang terluka di bagian punggung. Melihat pemandangan mengerikan tersebut jemaat panik dan lari untuk menyelamatkan diri. Lalu dia masuk ke dalam gereja sembari mengayunkan pedangnya, sehingga jemaat panik dan lari keluar. Dia juga menyerang Romo Prier yang sedang memimpin misa dan satu jemaat bernama Budi Purnomo terluka di bagian kepala.
Akhirnya pihak gereja menelepon Polsek Gamping, dan hadir di tempat Aiptu Munir. Pelaku juga menyerang Aiptu Munir sehingga terluka di tangan. Karena melawan, pelaku akhirnya ditembak dan peluru mengenai perutnya hingga harus di bawa ke Rumah Sakit Akademik UGM.
Setelah heboh, akhirnya terungkap pula identitas pelaku yang diketahui bernama Suliyono. Masih muda, kelahiran 1995. Warga Banyuwangi. Di kartu identitas tertera statusnya mahasiswa tapi hingga kini saya penasaran mahasiswa universitas mana. Masih muda kok sudah tidak waras seperti ini. Ini jelas-jelas sudah dicuci otaknya, hingga siap melakukan tindakan nekat seperti ini.
Bagaiman tidak, selain melukai 4 orang, Suliyono juga merusak barang-barang di gereja. Meja, kursi dan dua patung.
Dan ada satu hal yang mengejutkan namun menarik, yang menjadi inti artikel ini. Seperti diberitakan Detik.com, Suliyono sempat menelepon keluarganya sehari sebelum beraksi. Pengakuan ini datang dari ayahnya. Dikatakan bahwa Suliyono menelepon untuk menanyakan kabar keluarganya. Ayahnya juga sempat meminta Suliyono pulang ke Banyuwangi dan menikah.
Namun, Suliyono menolak. Katanya dia ingin menikah dengan bidadari.
Luar biasa bukan? Ingin menikah dengan bidadari, saya males perpanjang soal ini, karena toh tak ada gunanya. Yang jadi pokok permasalahan adalah kalau memang mau menikah dengan bidadari, kenapa harus menyerang gereja? Kenapa harus menebaskan pedang ke arah umat dan pemuka agama? Dan herannya apa salah patung, hingga dirusak juga? Apakah situ waras? Apakah menikah dengan bidadari baru bisa terwujud dengan menyerang jemaat gereja? Ataukah karena mereka merebut bidadari miliknya hingga merasa cemburu dan akhirnya kalap? Saya bingung sekali dengan motifnya.
Mau menikah dengan bidadari tak ada hubungannya dengan gereja, tak ada kaitannya dengan jemaat di sana. Jadi ini sebenarnya sangat keterlaluan sekali. Kejadian ini benar-benar mencoreng nama Indonesia yang katanya menjunjung tinggi toleransi umat beragama. Padahal beberapa hari lalu ada kasus serupa di mana Biksu Budhis dicurigai melakukan ibadah di rumah hingga harus dipersekusi tanpa klarifikasi. Apa-apaan ini?
Inikah yang dinamakan toleransi? Cuma menang di teori tapi kenyataan di lapangan sungguh beda. Apa yang terjadi ini semakin menambah daftar panjang kasus intoleransi yang semakin lama semakin memprihatinkan. Beberapa waktu lalu juga ada kasus bakti sosial Gereja yang dibubarkan oleh sekelompok orang di Yogya. Dan sekarang ada orang tak waras menyerang gereja. Parah. Yogya sekarang makin tercoreng citranya gara-gara ini. Ada yang berpendapat ini akibat intoleransi yang terus dibiarkan, akhirnya menjadi tak terkendali.
Dan salut buat Mantan Ketum Muhammadiyah Buya Syafii Maarif mendatangi Gereja Lidwina Sleman yang diserang. Dia kecewa berat. Ia meminta agar mengusut siapa pelakunya, apakah bergerak sendiri atau ada kelompok. Dia sendiri heran dengan motif pelaku.
Yang jelas pelaku sudah dicuci otaknya. Dan siapa yang mencuci otaknya hingga nekat berbuat keonaran seperti ini, itulah yang harus diusut tuntas. Tak ada api, pasti takkan ada asap. Ada akibat pasti ada sebabnya. Kabarnya densus 88 ikut menyelidiki penyerangan tersebut. Mari kita dukung usut tuntas. Ini sudah keterlaluan sekali. Saya yakin ini pasti ada upaya untuk memecah belah bangsa ini. Ada yang berspekulasi ini ada kaitan dengan politik, tapi itu nanti dulu deh.
Intoleransi seperti ini tak boleh dibiarkan terus. Selagi masih kecil, berantas hingga ke akar-akarnya. Kalau terus dibiarkan, akibatnya ya sepetrti ini. Sebagai renungan untuk pemerintah dan masyarakat, mau tunggu sampai seperti kejadian di Marawi, Filipina baru sibuk bertindak? Jangan sampai. Penyerangan ini adalah pertanda serius, masih ada waktu untuk mencegah ini semua.
Dan untuk pelaku, kalau memang mau menikah dengan bidadari, silakan. Lakukan sendiri. Jangan jadi orang tak waras dengan menyerang orang tak bersalah. Memangnya mereka merebut bidadarimu? Nggak, kan?
- Source : seword.com