Anies Makan Umpan Najwa, Ditarik ke Permukaan, Alibi Pulau Reklamasi Terbongkar!
Najwa mengajak Anies jalan-jalan yang pertama kali ke Pulau Reklamasi di daerah utara DKI Jakarta. Gubernur baru pertama kali ke daerah reklamasi, khususnya Pulau D, Jakarta. Anies diajak Najwa melihat Jakarta. Anies teriak tolak, namun dia tidak pernah hadir. Kali pertama Anies melihat pulau reklamasi.
Kesan Anies adalah begini…. Benar-benar terprediksi…
“Raksasa, besar sekali, ketika saya sudah melihat aturan yang tidak dijalankan dengan benar lalu melihat di lapangan 312 hektar hamparan tanah di situ. Perasaan saya luar biasa, ini PR yang harus kita tuntaskan, karena ini hal yang harus kita tuntaskan. Tata kelola perizinannya banyak masalah. Saya merasa ini harus dituntaskan untuk kepentingan republik kita,” pengakuan Anies.
Loh jadi Anies tidak jadi membatalkan HGB? Bukannya awalnya ingin stop HGB, sampai ngemis-ngemis ke BPT? Kenapa sekarang malah mengatakan “menuntaskan”. Wah Anies ngeles lagi nih ya. Ngiler toh lihat raksasanya Pulau D reklamasi? Hahaha. Luhut pun meminta anak muda untuk membahas dan duduk baik-baik dalam hal ini. Luhut Pandjaitan pun mengatakan bahwa hal ini harus dibicarakan baik-baik.
Anies malah meneruskan aturan yang ada. Entah aturan-aturan apa yang ada? Saya heran sekali mengenai statement menggantung Anies Baswedan. Dalam keputusan presiden mengenai reklamasi, pemegang mandat adalah gubernur yang membuat badan pelaksana.
Inilah alibi yang digunakan oleh Anies Baswedan. Namun alibi ini begitu lemah, karena Anies justru cenderung membawa pemprov DKI melawan pemerintah pusat yang dikomandoi oleh Joko Widodo.
Lantas dengan demikian, apakah Anies Baswedan akan menantang Presiden Joko Widodo? Hal ini semakin seru, dan membuat Anies Baswedan semakin terjepit. Mengapa? Karena secara hakekat, Joko Widodo adalah kryptonite dari Anies Baswedan. Pak De adalah titik lemah yang begitu ditakuti oleh si gubernur DKI Jakarta.
Sandiaga Uno pun menjawab mengenai hal ini dengan tidak serius. Dan ini menjadi hal yang sangat memalukan. Sandi malah mengatakan bahwa dengan penataan reklamasi, Sandi menganggap akan ada kepastian hukum dan dianggap all clear. Ia malah membawa pengalaman investasi dari dirinya sendiri, untuk memprediksi kepastian para pengembang seperti dirinya, yakni tidak akan rugi.
Anies terlihat sekali menuding gubernur sebelumnya dan para pengembang tidak taat hukum dan tidak taat izin. Bagaimana pengembang yang mengikuti aturan gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama, sekarang malah tidak dianggap menaati peraturan.
Maka jika Sandiaga menjamin kepastian mengenai investor, Anies justru malah membantah hal tersebut.
Anies terlihat begitu emosi dalam menjawab ini. Saya khawatir ada pembisik-pembisik yang ada di belakang Anies, seolah menitip pesan kepada Anies bahwa ia jangan bicara terlalu banyak. Namun bertemu Najwa Shihab, Anies tidak bisa berbicara sedikit.
Wajah Anies pun terlihat begitu berubah ketika membahas reklamasi. Wajahnya terlihat begitu tertekan. Saya khawatir bahwa gubernur ini justru dititipkan pesanan oleh orang-orang belakang layar. Awalnya Anies diberitakan menolak pulau reklamasi.
Namun sekarang ia malah mengatakan “mari kita taat hukum.” Kalimat yang begitu normatif keluar, justru cenderung menihilkan statement yang sempat ia ucapkan jauh-jauh hari sebelumnya.
Apakah ini namanya keberpihakan kepada para pengembang? Lagi-lagi semakin mendengar statement Anies, saya semakin tahu apa motivasi di balik udang tersebut. Eh… Maksud saya “udang macam apa yang ada di balik pulau.” Jika di belakang batu saja bisa ada udang, apalagi di belakang pulau.
Anies malah terlihat begitu tertekan dan seolah-olah menjaga kalimatnya dalam segmen mengenai pulau reklamasi. Karena bicara mengenai pulau reklamasi, hal ini sudah menjadi ciri khas. Namun sekali lagi, inkonsistensi begitu dinyatakan secara gamblang.
Terima kasih Mba Najwa Shihab, sudah membuka seluruh tabir Anies mengenai reklamasi. Ternyata Anies tidak mengatakan “menolak reklamasi” seperti yang pernah dikatakan sebelum-sebelumnya. Melainkan Anies malah menggunakan istilah baru, yakni “akan kami tuntaskan”.
Padahal jika ingin ditranslate dengan kamus kejujuran ala penulis, rasanya lebih tepat bukannya “akan kami tuntaskan”, melainkan “sini, kami yang ambil alih”.
- Source : seword.com