www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Harga minyak dapat melonjak sampai $ 80 per barrel nya ujar ahli ekonomi Jim O’Neill

Penulis : RT | Editor : Indie | Kamis, 30 November 2017 15:46

Harga minyak mentah dapat kembali ke tingkat yang terakhir terlihat di tahun 2014, menurut prediksi dari ahli ekonomi Jim O’Neill, mantan ketua Goldman Sachs Asset Management.

“Meskipun harga minyak dapat menjadi sekitar $ 60 per barrel di bulan November 2018, perkiraan saya harganya akan meningkat menjadi sekitar $ 80 barrel ,” O’Neill menulis dalam majalah Barron.

Sang ahli ekonomi mengakui prediksinya pada bulan Januari tahun 2016 yang mengatakan bahwa penurunan harga minyak tidak mungkin terus gagal. Saat ini, dia berada diantara mereka, yang mengatakan harga minyak kemungkinan akan meningkat, tidak hanya tetap pada harga saat ini yakni $ 60.

Permintaan minyak global “saat ini kemungkinan terus tumbuh pada tingkat empat persen atau mungkin lebih tinggi dari itu. Kecuali India dan Inggris, delapan dari 10 ekonomi terbesar sedang berkembang di waktu yang bersamaan,” tuis O’Neill.

Salah satu pihak yang berpartisipasi terkait meningkatnya harga minyak kemungkinan Arab Saudi, menurut sang ahli ekonomi.

“Pemerintah Saudi telah menetapkan perubahan radikal, baik secara domestik dan dalam kebijakan luar negerinya, dan alasan mereka melakukan hal tersebut masih belum sepenuhnya jelas,” tulis O’Beill.

Arab Saudi yang mendominasi OPEC dan Rusia bersiap untuk memperpanjang pemotongan pasokan minyak sampai akhir 2018 minggu ini. Sementara, pemotongan pasokan saat ini akan berakhir pada bulan Maret.

Dengan harga minyak yang di atas $ 60 per barrelnya, para produsen minyak Rusia telah menanyakan perlunya memperpanjang potongan yang ada saat ini sebesar 1,8 juta barrel per hari karena adanya rasa takut akan adanya pemotongan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan lonjakan dalam produksi minyak AS.


Berita Lainnya :

Rusia membutuhkan harga minyak yang jauh lebih rendah untuk menyeimbangkan anggarannya dibandingkan dengan Arab Saudi, sementara Riyadh membutuhkan harga minyak yang tinggi untuk IPO energy utama Aramco. Tapi kebanyakan ahli memperkirakan Moskow yang akan memegang kendali.

“Kenyataannya perpanjangannya hanya berlangsung selama tiga bulan dengan adanya ulasan di bulan Juni,” ujar Olivier Jakob dari konsultan Petromatrix, seperti dikutip dari Reuters.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar