Tidur kembali nyenyak: Teknologi baru di lingkungan kerja tak akan mengurangi jumlah karyawan
Banyak karyawan yang takut bahwa kemajuan teknologi dan meningkatnya digitalisasi merupakan ancaman bagi pekerjaan mereka; namun sebaliknya, sebuah studi di Jerman telah meyimpulkan bahwa digitalisasi “tidak menimbulkan” pengangguran dan tidak akan menyebabkan hal demikian di waktu-waktu dekat. Penulis studi tersebut Dr. Enzo Weber mengatakan pada Sputnik Deutschland.
Pasaran miliaran dolar robot dalam bidang industri dan layanan kegunaan akan meledak pada tahun 2020, dengan lebih dari 1,7 juta robot industrial baru akan ditempatkan di berbagai pabrik di seluruh dunia. Penjualan robot industrial sedang berkembang dengan perkiraan kenaikan 14 persen tiap tahunnya dan untuk layanan robot sebesar 12 persen per tahunnya, ,enurut Federasi Robot Internasional.
Tren ini telah menyebabkan kekhawatiran diantara para karyawan bahwa peran mereka dapat digantikan oleh robot. Sebuah survey baru-baru ini terhadap perasaan orang-orang tentang automasi menyatakan bahwa kaum milenial sangat resah akan adanya automasi ini, dengan 33 persen mengungkapkan kekhawatirannya jika mereka akan digantikan oleh mesin dan 43 persen percaya bahwa mereka akan kehilangan nilainya sebagai karyawan. Survey tersebut juga menyatakan bahwa sebesar 79 persen para eksekutif berpikir bahwa robot akan menjadi rekan kerja bagi manusia pada tahun 2020.
Namun, menurut penemuan studi terbaru yang dilakukan para peneliti di Institut Jerman untuk Penelitian Pekerja (IAB), ketakutan ini tak berdasar. Laporan tersebut melihat perubahan yang digitalisasi telah sebabkan di dunia kerja selama lima tahun terakhir, dan memprediksikan beberapa perubahan untuk setengah decade ke depan.
“Keseluruhan tingkat karyawan tidak akan berkurang hanya karena digitalisasi, dan sejauh ini jumlahnya belum berkurang,” penggagas studi “ Changes in the world of Work”, Dr. Enzo Weber mengatakan pada Sputnik Deutschland.
Dia menambahkan bahwa pemerintah memiliki peran penting untuk dimainkan dalam memastikan bahwa seluruh karyawan mampu memenuhi semua tantangan di era digitalisasi. Hal ini memerlukan perencanaan yang baik dan kebijakan dengan pandangan jauh ke depan sehingga orang-orang memiliki kesempatan untuk mendapat pelatihan dikarenakan lapangan kerja yang bermunculan.
“Tujuan keseluruhannya bahwa mereka yang saat ini bekerja bisa mengikuti perubahan di era teknologi digital,” sang pakar ekonomi mengatakan, dia memperingatkan bahwa pemerintah harus mengambil pelajaran dari tahun 1970, ketika pengangguran meningkat karena “kompetensi yang dimiliki orang-orang tidak dapat menjawab tantangan yang dibutuhkan di pasaran kerja.”
Weber tidak setuju jika mesin akan menggantikan manusia dalam waktu dekat. Dia menekankan bahwa ada beberapa lapangan pekerjaan seperti mengajar dan perawatan kesehatan, dimana diperlukannya sentuhan manusia.
“Dunia ini penuh dengan masalah yang tak terselesaikan, dan dunia kerja hanya lah sesuatu yang harus diorganisir secara tepat.” Ujarnya.
Studi AIB dilakukan oleh Pakar Ekonomi dari Dewan Jerman, yang melaporkan laporan tahunannya ke Kanselir Angela Merkel pada minggu lalu. Ketua penasehat panel Christoph Schmidt mengatakan pada Welt am Sonntag bahwa para pakar ingin melonggarkan hukum ketenagakerjaan Jerman agar dapat “bertahan di dunia era digital kita.”
Schmidt, seorang pakar ekonomi di RWI, Leibniz Institute untuk Penelitian Ekonomi, mengatakan pada surat kabar bahwa Jerma harus meniadakan hukum yang mencegah para karyawan bekerja lebih dari delapan jam per hari.
- Source : sputniknews.com