www.zejournal.mobi
Minggu, 05 Januari 2025

De-Dolarisasi: Kisah mata uang emas Qaddafi belum berakhir

Penulis : Sputnik News | Editor : Samus | Selasa, 05 April 2016 14:38

Pertukaran email yang terungkap antara mantan Menlu Hillary Clinton dan penasihatnya Sid Blumenthal, menunjukkan bahwa Clinton terlibat penuh dalam konspirasi Barat terhadap pemimpin Libya Muammar Qaddafi dan mata uang “Dinar Emas” Pan-Afrika nya, F. William Engdahl meriwayatkan.

Sebuah email yang baru dibuka dari server pribadi ilegal yang digunakan oleh mantan Menlu dan capres dari partai Demokrat, Hillary Clinton, selama perang yang diatur oleh Washington terhadap Muammar Qaddafi mengungkapkan motivasi asli pembentukan AS.

“Dalam email Clinton yang baru diungkapkan dari Sid Blumenthal tertanggal 2 April 2011, Blumenthal mengungkapkan asalah bahwa Qaddafi harus dilenyapkan,” F. William Engdahl menulis dalam artikelnya untuk New Eastern Outlook.

“Menggunakan dalih mengutip ‘sumber atas’ yang tak dikenal, Blumenthal menulis kepada Clinton, ‘Menurut informasi sensitif yang tersedia dari sumber ini, pemerintah Qaddafi memiliki 143 ton emas, dan jumlah yang sama untuk perak... emas ini didapatkan sebelum pemberontakan saat ini dan dimaksudkan untuk membentuk mata uang pan-Afrika berdasarkan Dinar emas Libya,” peneliti tersebut memaparkan.

Qaddafi bukan satu-satunya pemimpin Arab yang berusaha untuk mengalihkan pendapatan minyak ke dalam dana yang dikendalikan negara, daripada mempercayainya kepada para bankir di New York dan London, menyusul perang AS melawan teror di Timur Tengah dan Asia Tengah.

“Pada tahun 2008, prospek kendali berdaulat oleh bertumbuhnya jumlah negara-negara minyak Afrika dan Arab dari pendapatan minyak dan gas negara mereka menyebabkan masalah serius di Wall Street dan City of London. Ini adalah likuiditas besar, dalam jumlah triliunan yang berpotensi tidak lagi mereka kendalikan,” Engdahl meneruskan.

Sementara itu, pada tahun 2009, Qaddafi yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden Uni Afrika, menawarkan negara-negara di benua tersebut untuk menggunakan sebuah mata uang baru, “Dinar Emas” yang independen dari dolar AS.

Menurut peneliti tersebut, gagasan yang disuarakan oleh pemimpin Libya tersebut, menerima pujian yang tinggi dari Zainal Abidin bin Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir.

Qaddafi menyerukan negara-negara Afrika untuk menciptakan sebuah aliansi mata uang yang menetapkan dinar emas sebagai sarana utama pembayaran untuk perdagangan minyak dan sumber daya alam lainnya.

“Seiring dengan dana-dana sovereign wealth OPEC Arab untuk minyak mereka, negara-negara minyak Afrika lainnya, khususnya Angola dan Nigeria, bergerak untuk menciptakan dana kekayaan minyak nasional mereka sendiri pada saat pemboman Libya oleh NATO pada tahun 2011,” Engdahl menulis, menambahkan bahwa dana berdaulat nasional tersebut membuat negara-negara Afrika independen dari pengendalian moneter kolonial.

Impian dari negara-negara Afrika tersebut pada saat yang bersamaan adalah mimpi buruk bagi para elit keuangan Barat.

Dengan terungkapnya hal ini, tidak mengherankan bahwa Wall Street dan City of London menempatkan dukungan mereka terhadap kampanye pimpinan NATO yang ditujukan untuk melawan pemimpin Libya yang “memberontak”.

Engdahl menarik perhatian pada fakta bahwa ada sesuatu yang sangat mencurigakan mengenai gagasan Islamis dukungan AS untuk menciptakan bank sentral bergaya Barat di pegnasingan (serta penrusahaan minyak sendiri) di tengah pertarungan sengit melawan pemerintah Qaddafi.

Peneliti tersebut mengutip Robert Wenzel yang menulis dalam Economic Policy Journal bahwa ia “belum pernah mendengar sebuah bank sentral dibentuk dalam waktu hanya beberapa minggu oleh pemberontakan rakyat.”

“Ini menunjukkan bahwa ini bukan saja sekelompok pemberontak yang berada di sana, dan bahwa ada beberapa pengaruh yang cukup canggih,” Wenzel menekankan.

“Kepentingan canggih” yang disebutkan di atas bisa saja terkait dengan para elit di Wall Street dan City of London yang berusaha untuk meghilangkan gagasan mata uang Pan-Afrika.

“Impian sebuah sistem mata uang emas Arab dan Afrika yang independen dari dolar Qaddafi sayangnya terkubur dengannya,” catat Engdahl.

Kisahnya belum berakhir: sebuah aliansi yang didukung dengan mata uang emas baru muncul di Timur, lagi-lagi mengancam hegemoni dolar AS. Kelompok ini, yang dipimpin oleh Rusia dan China, menimbulkan tantangan yang baru untuk dominasi moneter AS, peneliti tersebut menyatakan.


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar