Korut menembakkan dua rudal ke Laut Jepang, menghentikan kerjasama dengan Korsel
Korea Utara telah menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah timur ke lautan, menurut pihak militer Korea Selatan. Peluncuran tersebut dilakuakn di tengah pelatihan perang bersama AS-Korsel terbesar yang pernah ada, yang dianggap oleh pihak Korea Utara melanggar kedaulatannya.
Rudal-rudal ini ditembakkan sekitar pukul 05:20 waktu setempat dari bagian utara provinsi Hwanghae. Roket-roket ini dilaporkan melesat sekitar 500 kilometer sebelum mendarat di Laut Timur (Laut Jepang), arah timur laut dari kota Wonsan di Korea Selatan, lapor kantor berita Yonhap.
“Pihak militer mengamati dengan dekat pada situasi ini dan siap untuk menanggapi setiap provokasi Korea Utara,” kata Kepala Staf Gabungan Korsel dalams sebuah pernyataan.
Jepang mengajukan sebauh protes terhadap Korea Utara setelah peluncuraan di kedutaan negara tersebut di China, kata kantor berita Kyodo. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe juga mengadakan sebuah pertemuan keamanan nasional darurat setelah peluncuran tersebut.
Selama sebuah pertemuan dengan para ilmuwan nuklir pada hari Selasa, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menegaskan ancamannya untuk menggunakan serangan nuklir pencegahan dalam hal agresi dari AS. Kim menyatakan bahwa Pyongyang telah berhasil menciptakan sebuah hulu ledak miniatur yang dapat dipasang ke sebuah rudal balistik.
Sikap agresif Pyongyang baru-baru ini tampaknya menjadi sebuah respon terhadap pelatihan militer gabungan AS-Korsel. Lebih dari 300.000 pasukan Korea Selatan dan sekitar 15.000 pasukan AS terlibat dalam apa yang disebut dengann pelatihan Key Resolve and Foal Eagle dan ditetapkan akan berlangsung sampai tanggal 30 April. Pelathan tersebut, yang melibatkan untuk operasi amfibi dan misi perang, bertujuan untuk melatih respon terbaik bagi kemungkinan agresi dari Korea Utara.
Menjelang langkah-langkah ini, Korut memperingatkan bahwa pihaknya akan meluncurkan sebuah “serangan nuklir pencegahan dan ofensif” terhadap sekutu dalam kasus provokasi.
Pelatihan gabungan Korsel-AS ini juga dikecam oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, yang mengatakan bahwa pelatihan ini hanya meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
“Tentunya, Korea Utara sebagai sebuah negara, yang secara langsung disebutkan dalam objek kegiatan militer tersebut dapat memiliki kekhawatiran yang rasional atas keamanan,” bunyi pernyataan kementerian tersebut, yang diterbitkan pada hari Senin. “Rusia telah berulang kali secara terbuka menyatakan penentangannya terhadap tekanan militer dan politik terhadap Pyongyang,” tambahnya.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah tumbuh sejak pengumuman Pyongyang bahwa pihaknya telah berhasil melakukan uji coba nuklir pada tanggal 6 Januari kemarin. Korut kemudian menembakkan sebuah rudal jarak jauh yang diduga membawa sebuah satelit pengamatan bumi ke orbit pada tanggal 7 Februari.
Sebagai tanggapan, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi baru pada Rabu lalu yang mengutuk provokasi Korea Utara dan memberlakukan sanksi-sanksi keras ke negara tersebut. Langkah-langkah ini termasuk meningkatkan pemeriksaan pada kargo-kargo dan larangan mengekspor produk ke Korea Utara yang bisa langsung berkontribusi terhadap kemampuan operasional negara tersebut,
Pyongyang menghentikan semua kerjasama dengan Seoul, “melikuidasi” Kaesong
Berjam-jam setelah peluncuran tersebut, Korea Utara mengumumkan bahwa pihaknya membatalkan semua perjanjian kerjasama dengna Korea Selatan, dan akan “melikuidasi” semua aset yang dimiliki oleh perusahaan Korea Selatan di wilayahnya, Reuters melaporkan.
Pernyataan tersebut terutama mengacu pada zona industri Kaesong yang terletak di perbatasan antara kedua negara ini, yang selama bertahun-tahun berfungsi sebagai simbol kerjasama. Seoul menghentikan partisipasinya dalam proyek tersebut sebagai pembalasan atas uji coba nuklir dan peluncuran sebuah roket terbaru Pyongyang.
- Source : www.rt.com