www.zejournal.mobi
Sabtu, 28 Desember 2024

Wartawan Barat pertama yang mengunjungi ISIS, mengatakan AS ingin ‘memecah belah’ Suriah

Penulis : RT | Editor : Samus | Kamis, 03 Maret 2016 15:59

Jurgen Todenhofer, yang pada tahun 2014 menjadi wartawan Barat pertama yang diizinkan untuk masuk ke dalam ISIS, mengatakan kepada RT bahwa gencatan senjata baru ini bekerja dengan baik, namun menyatakan keprihatinan bahwa para politisi AS telah menetapkan untuk memcah belah Suriah menjadi sebuah zona peperangan.

“Ada sebuah langkah sekarang ini dari pihak pemberontak untuk memisahkan diri mereka sendiri dari para teroris, dan ini memberikan sebuah kesempatan untuk menyerang al-Nusra dan kelompok-kelompok al-Qaeda lainnya, tanpa menyerang para pemberontak,” wartawan yang berumur 75 tahun mengatakan kepada RT melalui wawancara Skype, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan beberapa sumber dalam negeri tersebut, sejak berlakunya perjanjian AS dan Rusia.

“Setiap harinya gencatan ini berlaku, ini adalah hari-hari yang indah bagi rakyat Suriah. Mereka senang, dan saya menjadi lebih optimis, karena sekarang telah ada hubungan antara para pemberontak dan pemerintah.”

Moskow mengatakan telah ada lebih dari 30 pelanggaran gencatan senjata dalam tiga hari terakhir, namun para pengamat dari semua pihak mencatat bahwa permusuhan di wilayah ini telah menurun, dan telah ada terobosan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke pemukiman-pemukiman yang dikepung, di mana orang-orang telah berada di ambang kelaparan.

Seorang wakil dari Bundestag selama 28 tahun, sebelum menjadi seorang jurnalis dan seorang pakar, Todenhofer mengatakan ia berharap gencatan senjata ini adalah sebuah langkah pertama dalam membentuk sebuah koalisi baru di dalam Suriah, untnuk mengusir ISIS.

“Jika para pemberontak mulai bertempur dengan pasukan pemerintah melawan ISIS, maka kita akan memiliki sebuah kesempatan untuk mengalahakn ISIS, dan memiliki perdamaian di Suriah. Ini adalah sebuah impian, impian yang realistis,” terang wartawan tersebut, sementara mengakui bahwa perbedaan pendapat antara Presiden Basha Assad dan pihak oposisi telah memicu perang selama lima tahun ini pada awalnya.

Todenhofer telah menjadi seorang kritikus yang sering mengkritik intervensi militer Barat, dan percaya bahwa sekarang tergantung pada para pendukung pemberontak di Timur Tengah, dan yang paling penting agar Washington berhenti untuk mengipasi api yang mematikan ini.

“AS memecah belah Irak, Libya dan mereka sekarang sedang memecah Suriah menjadi empat atau lima bagian. Negara yang terpecah belah adalah negara-negara yang lemah, dan saya memiliki kesan bahwa politisi-politisi AS menyukai negara-negara lemah di Timur Tengah.”

Telah menyaksikan operasi ISIS selama 10 hari di Raqqa, Todenhofer percaya bahwa organisasi ini cukup terorganisir dengan baik untuk tetap bertahan tanpa batasan waktu jika tidak ditempatkan di bawah tekanan. Ia juga mengatakan serangan-serangan baru-baru ini di Eropa, seperti yang terjadi di paris tahun lalu hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

“Bagi ISIS jauh lebih mudah untuk menggunakan kekuatan yang mereka mmiliki di negara-negara Uni Eropa, AS atau Rusia. Mereka memiliki banyak penggemar di negara-negara ini. Mereka tidak perlu mengambil resiko untuk melintasi perbatasan – mereka dapat melakukannya, namun mereka tidak perlu. Mereka mengkoordinasikan pasukan mereka sendiri – tidak sulit untuk melancarkan sebuah serangan bunuh diri, mudah dan murah.”

Wartawan tersebut mengatakan bahwa Eropa masih gagal memenangkan pertarungan idealisme melawan ISIS, khususnya di kalangan remaja mereka sendiri yang telah kehilangan haknya.

“Kita harus menunjukkan bahwa ideologi ini salah, bahwa ideologi ini anti-Islam. Kita harus menunjukkan kepada orang-orang bahwa ini adalah cara yang salah, ini tidak memecahkan masalah apapun. Para simpatisan ISIS harus menunjukkan bahwa bahkan dari sudut pandang Islam, mereka sebenarnya memerangi Islam. Mereka adalah sebuah ancaman bagi Islam, dan kebanyakan orang yang telah mereka bunuh – di Timur Tengah – adalah sesama Muslim.”


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar