www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Apa di balik liputan media Barat yang memutarbalikkan Perang Suriah

Penulis : Sputnik News | Editor : Samus | Selasa, 23 Februari 2016 14:27

Liputan media AS atas perang Suriah benar-benar berbeda dari kenyataan, tulis pemenang penghargaan penulis AS dan koresponden AS Stephen Kinzer, menambahkan bahwa banyak dari pers AS melaporkan kebalikan dari apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Warga AS hampir tidak memiliki informasi nyata tentang apa yang terjadi di Suriah, dan ini adalah diakibatkan oleh media mainstream AS, Kinzer menekankan.

“Liputan perang Suriah akan dikenang sebagai salah satu episode paling memalukan dalam sejarah pers Amerika,” Kinzer menulis dalam artikelnya untuk The Boston Globe.

“Penduduk AS diberitahu bahwa kasus di Suriah adalah untuk melawan rezim Assad dan sekutunya, Rusia dan Iran, Kita harus berharap bahwa koalisi yang bernar dari AS, Turki, Arab Saudi, Kurdi dan “oposisi moderat” akan menang. Ini adalah omong kosong yang berbelit-belit, tetapi warga AS tidak dapat disalahkan telah mempercayai hal ini,” wartawan tersebut menggarisbawahi.

Tampaknya luar biasa, media utama AS melaporkan kebalikan dari apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Untuk menggambarkan pernyataannya, Kinzer mengacu pada pengambilalihan Aleppo.

“Banyak media berita menyatakan bahwa Aleppo telah menjadi sebuah ‘zona terbebaskan’ selam tiga tahun terakhir, namun sekarang ditarik kembali ke dalam kesengsaraan,” catat wartawan tersebut.

Namun kenyataan pahitnya adalah bahwa kota ini telah dikuasai oleh milisi-milisi yang brutal, termasuk Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan para pejuang ISIS yang didukung oleh Turki dan Arab Saudi. Mereka meneror penduduk setempat, menghancurkan pabrik dan menyelundupkan mesin-mesin ke Turki.

Dalam terang ini, serangan Rusia-Suriah dianggap sebagai satu-satunya harapan warga sipil di sana.

Kinzer mengutip Marwa Osma, seorang analis yang berbasis di Beirut, yang mengajukan sebuah pertanyaan retoris: “Angkatan Bersenjata Arab Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar Assad, adalah satu-satunya kekuatan di lapangan, bersama dengan sekutu mereka, yang berjuang melawan ISIS – jadi Anda ingin melemahkan satu-satunya kekuatan yang memerangi ISIS?”

Sementara itu, para wartawan berbasis di Washington yang mencoba meyakinkan penduduk AS bahwa al-Nusra ini, terdiri dari para “pemberontak” atau “moderat”, tetap diam bahwa kelompok yang terkenal ini adalah cabang dari al-Qaeda di Suriah.

Banyak dalam nada yang sama, Arab Saudi dan Turki sedang dijelaskan. Media AS menutup mata pada kenyataan bahwa Riyadh dan Ankara telah mempersenjataia dan mendanai para jihad asing di Suriah. Cerita mengenai penindasan Turki terhadap kaum Kurdi juga sebagian besar tidak diberitahukan.

Sebaliknya, “semua yang dilakuakn Rusia dan Iran di Suriah digambarkan sebagai negatif dan membuat tidak stabil, hanya karena mereka yang sebenarnya melakukan itu – dan karena itu adalah pengumuman resmi di Washington,” Kinzer menekankan.

Menurut Stephen F. Cohen, seorang profesir emeritus studi Rusia di New York University dan Princeton University, partai peperangan AS yang berpengarih dan rekan-rekan di NATO sedang menyulut api untuk menyingkirkan Bashar al-Assad.

“Mengenai masalah mengenai siapa yang harus dan bisa melakukan pertempuran di Suriah, Saya selalu percaya dan pada kenyataannya staf umum Inggris, Lord Richards mengatakan bahwa hanya ada satu kekuatan tempur yang nyata – yaitu Tentara Suriah. Oleh karena itu rencana Obama untuk menyingkirkan Assad yang akan beresiko mendestabilisasi negara tersebut dan dengan demikian Tentara Suriah, seperti yang terjadi saat mereka menyingkirkan Ghaddafi di Libya, merupakan sebuah kebijakan yang keliru,” kata akademisi AS tersebut dalam sebuah wawancara di The John Batchelor Show.

Akademisi tersebut percaya bahwa sebenarnya ada sebuah rencana untuk menyerang Suriah oleh pasukan Turki-Arab Saudi. Pertanyaannya tetap terbuka bahwa apakah para pembuat kebijakan di Washington akan mengotorisasikan kampanye militer di darat.

Washington ingin mempertahankan “kepemimpinan” di kawasan Timur Tengah. Dalam konteks ini, keberhasilan kampanye militer Rusia-Suriah jelas bertentangan dengna agenda partai perang AS.

“Para politisi mungkin dapat dimaafkan karena telah memutarbalikkan tindakan mereka di masa lalu. Pemerintahan juga dapat dimaafkan karena mempromosikan naratif apapun yang mereka pikir cocok. Jurnalistik, bagaimanapun, seharusnya tetap terpisah dari para pemimpin lkekuasaan dan kebohongan bawaan mereka,” Kinzer percaya.


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar