Korut akan mengekspor lebih banyak pekerja luar negeri untuk mengimbangi sanksi AS
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un kemungkinan akan mengirimkan lebih banyak warganya untuk bekerja di luar negeri untuk mengimbangkan kerugian di bidang keuangan yang ditimbulkan oleh sanksi ekonomi baru AS, seorang aktivis Kristen dan pekerja bantuan kemanusiaan yang berbasis di Asia, Tim Peters megatakan kepada Sputnik.
Pada hari Kamis, Presiden Barack Obama menandatangani Sanksi Korea Utara dan Kebijakan Peningkatan UU yang memperkuat dan memperluas sanksi hukuman terhadap Korea Utara dalam menanggapi kegiatan nuklir dan rudal balistik Pyongyang baru-baru ini.
“Sanksi-sanksi tambahan tersebut dapat menyebabkan beberapa pembatasan terhadap rezim Kim,” Peters menyatakan pada hari Sabtu. “Kemungkinan besar... Kim Jong Un akan mengirim pekerja luar negeri tambahan, di mana sudah ada puluhan ribu pekerja yang bekerja di luar negeri saat ini.”
Rezim Korea Utara akan menyaring sampai 80% dari gaji para pekerja luar negeri tambahan ini, Peters mencatat, untuk membantu mengimbangi pendapatan yang berkurang karena dua sanksi AS dan Korea Selatan yang telah menutup kompleks industri Kaesong.
Pada tanggal 3 Februari, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengumumkan bahwa pihaknya menghentikan kegiatan-kegiatan di kompleks industri Kaesong, di mana kompleks industri ini dikelola baik oleh Korut dan Korsel. Langkah ini dilakukan dalam menanggapi uji coba bom nuklir dan peluncuran satelit Pyongyang baru-baru ini.
Peters menambahkan bahwa strategi “uang cepat” untuk meningkatan pendapata Korea Utara secara inheren tidak bijaksana dan merusak diri sendiri karena ketika warga negara melihat kemakmuran negara China dan negara lainnya, “kekecewaan di antara warga pasti akan lahir.”
Awal bulan ini, Korea Utara menembakkan sebuah roket jarak jauh yang diduga untuk menempatkan sebuah satelit di orbit dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Pada bulan Januari, Pyongyang menyatakan bahwa mereka telah berhasil melakukan uji coba bom hidrogen.
- Source : sputniknews.com