www.zejournal.mobi
Jumat, 27 Desember 2024

Penipuan mengenai ‘Moderat’ Suriah Obama

Penulis : Gareth Porter | Editor : Samus | Jumat, 19 Februari 2016 14:26

Jika kesepakatan tentatif pada gencatan senjata Suriah yang dinegosiasikan oleh AS dan Rusia berantakan sebelum dilaksanakan, alasannya adalah desakan dari pemerintahan Obama bahwa serangan udara Rusia menargetkan “kelompok-kelompok oposisi yang sah”.

Ini adalah bagaimana Menteri Luar Neger AS John Kerry mendefinisikan masalah tersebut pada hari Sabtu kemarin, mengulangi sebuah tema propaganda yang dimulai dengan bentuk yang berbeda setelah serangan udara Rusia dimulai pada akhir bulan September 2015. Adminstrasi Obama menggambarkan kampanye serangan Rusia menghantam pasukan-pasukan “moderat” oposisi, menunjukkan bahwa hanya serangan terhadap ISIS akan dianggap sah.

Sekarang Kerry menegaskan bahwa organisasi-organisasi bersenjata yang “sah” yang dihantam oleh serangan-serangan udara Rusia adalah berbeda dengan ISIS dan Front al-Nusra yang merupakan franchise al-Qaeda di Suriah, baik secara organisasi maupun fisik. Namun kenyataan di lapangan di provinsi Aleppo dan Idlib adalah tidak ada perbedaan antara mereka semua.

Informasi dari berbagai sumber, termasuk beberapa kelompok yang terang-terangan didukung oleh AS, membuat jelas bahwa setiap unit bersenjata dari organisasi-organisasi anti-Assad di provinsi-provinsi ini terlibat dalam sistem militer yang dikendalikan oleh Front al-Nusra. Semua dari mereka berjuang bersama Front al-Nusra dan mengkoordinasikan kegiatan militer mereka dengan kelompok ini.

Kenyataan ini bahkan diselipkan dalam media mainstream AS pada beberapa kesempatan, seperti pada artikel Anne Barnard dalam New York Times, Sabtu lalu mengenai gencatan senjata Suriah yang diusulkan, di mana ia melaporkan, “Dengan syarat bahwa Front al-Nusra (cabang al-Qaeda di Suriah) masih bisa dibom, Rusia menempatkan AS pada posisi yang sulit; kelompok-kelompok pemberontak yang didukung AS bekerjasama di beberapa tempat dengan al-Nusra yang didanai dan dipersenjatai dengan baik dalam apa yang mereka katakan adalah sebuah aliansi taktis untuk melawan pemerintah.”

Setidaknya sejak tahun 2014 pemerintahan Obama telah mempersenjatai sejumlah kelompok bersenjata Suriah meskipun pihaknya mengetahui kelompok ini terkoordinasikan dengan erat dengan al-Nusra, yang secara bersamaan mendapatkan senjata dari Turki dan Qatar. Strategi tersebut menyerukan untuk memasok rudal-rudal anti-tank TOW bagi “Front Revolusioner Suriah” (SRF).

Namun, ketika pasukan gabungan antara al-Nusra dan brigade non-jihad termasuk SRF merebut pangkalan militer Suriah di Wadi al-Deif pada bulan Desember 2014, kebenarannya mulai muncul. SRF dan kelompok lainnya yang telah disediakan rudal TOW oleh AS telah berjuang di bawah komando al-Nusra untuk merebut pangkalan militer tersebut.

Dan sebagai salah satu pejuang SRF yang berpartisipasi dalam operasi tersebut, Abu Kumayt mengingatnya dalam sebuah artikel di New York Times, setelah keberhasilan operasi tersebut, hanya al-Nusra dan sekutu terdekatnya, Ahrar al-Sham, yang diizinkan untuk memasuki pangkalan tersebut. Al-Nusra telah membiarkan kelompok-kelompok yang didukung oleh AS untuk memasang kedok yang menunjukkan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan al-Nusra, menurut Abu Kumayt, dalam rangka mendorong AS untuk melanjutkan memasok persenjataan mereka.

 Mempermainkan Washington

Dengan kata lain, al-Nusra mempermainkan Washington, mengeksploitasi keinginan pemerintahan Obama untuk memiliki sebuah tentara Suriah miliknya sendiri sebagai alat untuk mempengaruhi jalannya peperangan. Pemerintahan ini jelas adalah korban penipuan.

Mantan Duta Besar AS di Suriah, Robert Ford, yang telah mendukung sebuah program agresif untuk mempersenjatai brigade oposisi yang telah disetujui oleh CIA, mengatakan dalam sebuah seminar pada bulan Januari 2015 di Washington, “Untuk waktu yang lama kita telah mengabaikan bahwa al-Nusra dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya di lapangan, yang beberapa di antaranya mendapatkan dukungan dari kita, telah berkoordinasi dalam operasi militer terhadap rezim di sana.”

Mencerminkan pandangan beberapa pejabat pemerintahan yang ditempatkan dengan baik, ia mendambahkan, “Saya pikir ini adalah akhir dari kelalaian kami.” Namun bukannya menghentikan hubungan dengan klien-klien pilihan CIA yang berhubunan dengan al-Nusra, pemerintahan Obama terus mempertahankannya.

Al-Nusra dan sekutunya siap untuk melancarkan serangan terbesarnya terhadap rezim Assad sewaktu-waktu – perebutan provinsi Idlib. Meskipun beberapa kelompok yang didukung oleh AS berpartisipasi dalam kampanye pada bulan Maret dan April 2015, “ruangan rapat” yang merencanakan kampanye tersebut dikelola oleh al-Qaeda dan sekutu dekatnya Ahrar al-Sham.

Dan sebelum kampanye tersebut diluncurkan, al-Nusra telah memaksa kelompok lain yang didukung oleh AS, Harakat Hazm, untuk bubar dan mengambil semua rudal TOW anti-tank mereka.

Selanjutnya, Arab Saudi dan Qatar membiayai “Army of Conquest” yang diperintahkan oleh al-Nusra, dan melobi pemerintah AS untuk mendukungnya.Strategi AS di Suriah kemudian bergeser ke arah ketergantungan terhadap para jihadis untuk mencapai tujuan mereka untuk menempatkan tekanan yang cukup terhaadp rezim Assad, memaksa beberapa konsesi di Damaskus.

Namun bahwa gagasan sebuah oposisi “moderat” independen yang bersenjata masih ada (dan bahwa AS telah mendasarkan kebijakan-kebijakannya berdasarkan orang-orang “moderat” ini), itu diperlukan untuk memberikan sebuah penyelamat muka atas ketergantungan tidak langsung AS terhadap kesuksesan franchise militer al-Qaeda di Suriah.

Ketika jatuhnya Idlib yang menyebabkan intervensi Rusia bulan September lalu, AS langsung melancarkan propagandanya mengenai Rusia yang menargetkan oposisi “moderat” bersenjata ini. Telah menjadi perisai pelindung yang dibutuhkan bagi AS untuk terus memainkan sebuah permainan politik-diplomatik di Suriah.

Sementara ofensif Rusia-Suriah-Iran saat ini di wilayah antara Aleppo dan perbatasan Turki terungkap, sikap pemerintahan Obama telah bertentangan dengan bukti baru mengenai subordinasi kekuatan non-jihad di dalam al-Nusra. Pada akhir bulan Januari, al-Nusra mengkonsolidasikan perannya sebagai kekuatan militer utama oposisi di bagian timur kota Aleppo dengan mengirimkan sebuah konvoi besar yang terdiri dari 200 mobil sarat dengan para militan, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia di London.

BBC melaporkan bahwa “ribuan pasukan” baru saja tiba di Aleppo untuk pertempuran mendatang. Ahrar al-Sham mengkonfirmasikan pada tanggal 2 Februari bahwa sekutunya, al-Nusra, telah mengerahkan sebuah konvoi “bala bantuan” besar ke Aleppo. Surat kabar Beirut As-Safir yang pro-Assad melaporkan bahwa konvoi tersebut juga termasuk artileri, tank dan kendaraan lapis baja, dan bahwa Al-Nusra telah mengambil alih sejumlah bangunan untuk digunakan sebagai komando pusatnya.

Bagaimana al-Qaeda mengendalikannya

Sebuah penilaian yang diterbitkan pada hari Sabtu oleh Institute for the Study of War (ISW), yang telah lama menganjurkan lebih banyak bantuan militer AS untuk kelompok anti-Assad di Suriah, memberikan wawasan lebih jauh ke dalam sistem pengendalian al-Nusra akan kelompok-kelompok yang didukung oleh AS. Salah satu cara yang digunakan oleh organisasi jihad untuk mempertahankan kendalinya (menurut penelitian tersebut) adalah penguasaan perbatasan Bab al-Hawa dengan Turki oleh Ahrar al-Sham, yang memberikan al-Nusra dan Ahrar kekuasaan atas distribusi pasokan dari Turki ke kota Aleppo dan sekitarnya.

ISW menunjukkan bahwa alat pengendali lain adalah penggunaan “kamar operasi militer” di mana al-Nusra dan Ahrar al-sham memainkan peran dominan sementara mengalokasikan sumber daya dan peran militer kepada unit militer yang lebih rendah.

Meskipun al-Nusra tidak terdaftar sebagai bagian dari “Army of Aleppo”, mereka secara mengumumkan untuk memerangi serangan Rusia, hampir tidak dapat dipercaya bahwa kelompok ini tidak memegang posisi utama di ruang operasi untuk kampanye Aleppo, mengingat infusi besar pasukan al-Nusra ke dalam panggung pertempuran Idlib dan sejarahnya di kamar operasi lain seperti daerah Idlib dan Aleppo.

Sisi lain kekuatan al-Nusra di Aleppo adalah kendali mereka atas pengairan utama dan pembangkit listrik utama di kabupaten yang dikuasai oleh pihak oposisi. Namun sumber kekuasaan utama al-Nusra atas kelompok-kelompok yang didukung oleh AS adalah sebuah ancaman untuk menyerang mereka sebagai agen AS dan mengambil alih aset-aset mereka. Cabang al-Qaeda di Suriah ini “berhasil menghancurkan dua kelompok yang didukung oleh AS pada tahun 2014 dan awal tahun 2015,” kenang ISW, dan memulai sebuah kampanye pada bulan Oktober lalu terhadap salah satu kelompok yang didukung oleh AS, Nour al Din al Zenki.

Sikap resmi AS dalam ofensif saat ini di Aleppo dan gencatan senjata yang diusulkan mengaburkan fakta bahwa sebuah operasi Rusia-Suriah yang berhasil akan membuat mustahil bagi negara-negara luar, seperti Turki dan Arab Saudi, untuk memasok al-Nusra dan Ahrar al-Sham dan dengan demikian mengakhiri ancaman militer terhadap pemerinah Suriah serta kemungkinan bagi al-Qaeda merebut kekuasaan di damaskus.

Keberhasilan Rusia-Suriah menawarkan prospek yang paling realistis untuk mengakhiri pertumpahan darah di Suriah dan juga akan mengurangi kemungkinan al-Qaeda mendapatkan kekuatan di Suriah.

Pastinya pemerintahan Obama telah memahami fakta tersebut dan telah secara diam-diam menyesuaikan strategi diplomatik untuk memperhitungkan kemungkinan bahwa al-Nusra sekarang akan menjadi lebih lemah. Namun pihaknya tidak dapat mengakui semua ini secara terbuka, karena pengakuan semacam ini akan membuat marah banyak kelompok garis keras di Washington yang masih menuntut “perubahan rezim” di Damaskus apapun resikonya.

Presiden Obama berada di bawah tekanan dari para kritikus dalam negeri serta dari Turki, Arab Saudi dan sekutu GCC lainnya untuk menentang setiap keuntungan yang didapat oleh Rusia dan rezim Assad sebagai kerugian bagi AS. Dan pemerintahan Obama harus tersu menyembunyikan kenyataan bahwa pihaknya terlibat dalam strategi yang mempersenjatai al-Nusra (sebagian melalui mekanisme memperesenjatai klien “moderat” Washington) untuk mendapatkan pengaruh dalam rezim Suriah.

Dengan demikian permainan diplomasi dan penipuan terus berlanjut.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar