www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Pengungsi membunuh wanita Swedia berumur 22 tahun

Penulis : Tyler Durden | Editor : Samus | Jumat, 29 Januari 2016 13:34

Seperti yang mungkin telah Anda sebelumnya, Uni Eropa sedang berada di ambang kehancuran.

Blok tersebut telah dibanjiri oleh para pencari suaka dari Timur Tengah yang sedang dilanda peperangan dan masuknya para pengungsi sekarang ini mengancam untuk menghancurkan impian Schengen. Beberapa pejabat Eropa (terutama Angela Merkel) berjuang untuk melestarikan perbatasan Uni Eropa yang terbuka namun yang lainnya telah mencapai titik kesabaran mereka dengan melihat ini sebagai invasi asing yang bermusuhan.

Politisi sayap kanan Belanda, Geert Wilders bahkan mengatakan bahwa para migran Arab ini sebagai “bom testosteron Islam” yang perlu “dikurung” di pusat-pusat suaka untuk mencegah mereka melakukan pelecehan seksual pada wanita Belanda.

Wilders mengacu kepada laporan-laporan serangan seksual yang menyebar luar yang diduga dilakukan oleh para pria dan remaja “asal Arab”. Serangan-serangan ini mulai menjadi berita utama internasional setelah saksi mata di kota Cologne, Jerman yang dipublikasikan dengan pernyataannya yang mengatakan adanya serangan seksual yang berlangsung di pusat kota di Malam Tahun Baru. Wanita-wanita, laporan tersebut menunjukkan, diserang oleh “geng” dari pengungsian yang meraba-raba mereka dan dalam beberapa kasus merampok juga.

Setelah serangan di Cologne menjadi sebuah berita besar, Nyheter Idag merilis sebuah laporan investigasi menuduh surat kabar harian Dagens Nyheter yang menonjol berusaha untuk menyembunyikan gelombang serangan seksual di sebuah festival konser pemuda dan konser di pusat Stockholm Kungstradgarden pada bulan Agustus lalu dari publik. Dagens Nyheter membantah tuduhan tersebut, mengatakan bahwa pihak kepolisian Swedia lah yang sebenarnya bertanggung jawab untuk menutup-nutupi insiden tersebut.

Politisi-politisi Swedia menjanjikan sebuah investigasi yang menyeluruh ke dalam masalah ini dan mengatakan bahwa mereka merasa jijik atas dugaan serangan tersebut.

“Ini adalah sebuah masalah yang sangat besar bagi mereka yang menjadi korban dan bagi seluruh negara kita,” kata Perdana Menteri Stefan Lofven. “Kami tidak akan mundur dan tidak akan berpaling dari masalah ini.”

Nah jika Lofven berpikir bahwa beberapa geng remaja pengungsi meraba-raba para gadis dalam sebuah konser adalah “masalah yang besar”, ia kini memiliki masalah yang lebih besar karena pada hari Senin, Alexandra Mezher (22 tahun) ditikam hingga tewas oleh seorang pengungsi berumur 15 tahun di pusat perlindungan.

“Mezher mulai bekerja di pusat suaka di kota Molndal, membantu para pengungsi anak-anak dan remaja untuk beradaptas,” The Washington Post menulis. “Ia dibunuh oleh salah satu pendatang muda.”

“Ini sangat mengerikan. Ia adalah orang yang ingin berbuat baik,” kata sepupu Mezher. “Dan kemudian ia dibunuh ketika ia melakukan pekerjaannya.”

Ia baru saja bekerja di pusat pengungsian tersebut selama “beberapa bulan” menurut Expressen, yang menambahkan bahwa “perusahaan yang mengelola rumah pengungsian Molndal memiliki banyak tempat yang sama di seluruh Swedia bagian barat,” berikut lebih lanjut dari Daily Mail:

Alexandra yang memiliki asal dari Lebanon dan beragama Kristen, tinggal bersama orang tuanya, ayahnya, Boutros, 46 dan dan ibunya Chimene Mezher dan dua adik laki-laki Boras sekitar 40 mil dari Molndal.

Ayahnya datang ke Swedia dati Beirut, Lebanon, pada tahun 1989 dan ibunya pindah ke sana tiga tahun kemudian.

Kini telah diketahui bahwa Alexandra Mezher telah bekerja sendirian di rumah pengungsian Molndal, yang merupakan rumah bagi sepuluh anak-anak.

Meskipun ada peraturan yang mengatakan bahwa staff harus bekerja berpasangan, Mezher telah bekerja pada shift malam sendiri dan diserang hanya setengah jam sebelum staf shift siang datang untuk bertukar shift.

Seorang rekan yang berbicara dengan syarat anonimitas mengatakan para pekerja sebelumnya telah mengeluh harus bekerja sendiri waktu malam hari.

“Semua orang menangis dan seseorang mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang telah kami permasalahkan sebelumnya, bahwa tidak seorang pun diperbolehkan untuk bekerja sendiri.

Pengungsi remaja yang dituduh telah membunuh seorang pekerja sosial muda Swedia akan diadili sebagai orang dewasa, lapor MailOnline.

Pihak berwenang Swedia menjaga tersangka yang berumur 15 tahun tersebut dalam tahanan polisi karena seriusnya kasus kejahatan ini.

Anak-anak biasanya dikurum ke rumah pengamanan anak-anak menyusul penangkapan, namun remaja tersangka tersebut ditahan di balik jeruji besi karena kemarahan publik atas pembunuhan brutal terhadap Alexandra Mezher.

Ia akan ditahan di penjara dewasa sampai ia diadili.

”Seseorang terpidana bertanggung jawab atas kejahatannya ketika ia telah mencapai umur 15 tahun di Swedia,” kata juru bicara Kepolisian Gothanburg kepada MailOnline.

“Anak itu ditahan di kantor polisi.”

“Namun ini sangat tidak biasa bahwa anak-anak harus ditahan dalam tahanan oleh polisi.”

“Namun jaksa penuntut umum telah menganggap ini sebagai kasus khusus karena sifat dari kejahatannya dan meminta agar anak tersebut ditahan di penjara sampai ia masuk ke pengadilan.”

Ini adalah sebuah “kejahatan yang mengerikan” kata PM Lofven, setelah mengunjungi tempat kejadian. “Sangat berantakan, tentu saja, sebuah TKP yang penuh dengan darah,” kata juru bicara kepolisian Thomas Fuxborg mengingat kunjungannya ke TKP.

“Simbolisme pembunuhan Mezher ini tidak hilang dari peran para politisi negara,” WaPo meneruskan, mencatat bahwa Lofven langsung dihubungi setelah kematian wanita muda untuk mengakui ketidakpuasan yang tumbuh di negara tersebut mengenai situasi pengungsian. “Saya percaya bahwa cukup banyak orang di Swedia yang merasa sangat khawatir bahwa akan ada lebih banyak kasus seperti ini,” katanya kepada Radio Swedia.

Ya Pak Lofven, kita “percaya” bahwa Anda benar dan jangan salah, jika para politisi Eropa tidak segera menemukan cara yang efektif untuk mengendalikan situasi ini, masyarakat akan menyerang para pengungsi – baik dengan pemungutan suara atau dengan kekerasan.

Pada catatan tersebut kami menutup laporan ini dengan satu kutipan dari kerabat Mezher:

“Kematian nya adalah kesalahan para politisi Swedia.”


- Source : www.zerohedge.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar