Laporan ilmiah berujung perundingan tentang bencana ‘gunung berapi’
Sebuah letusan gunung berapi dengan potensi “mengembalikan kemanusiaan ke keadaan pra-peradaban” bisa terjadi dalam 80 tahun ke depan, menurut sebuah penelitian oleh European Science Foundation. Sudahkah kita mendengar argumen terakhir dalam perdebatan dari penelitian tersebut?
Para penulis Geohazard Extreme: Reducing the Disaster Risk and Increasing Resilience mengatakan ancaman dari bencana dengan probabilitas yang rendah dan dampak tinggi ‘terlalu diremehkan’.
Disampaikan pada Pertemuan Umum European Geoscience Union pada bulan April lalu, penelitian ini menunjukkan dampak ekstrim dari bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim dan gunung berapi.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa “letusan gunung berapi yang ekstrim menimbulkan resiko terkait yang lebih tinggi dari semua bencana alam lainnya” termasuk tabrakan asteroid.
Namun sebutan tentang sebuah gunung berapi super di Indonesia yang berumur berabad-abad yang membuat orang bertanya; apakah populasi dunia akan segera dimusnahkan dalam awan abu dan lava cair dalam waktu yang tidak terlalu jauh?
Laporan ini tampaknya menunjukkan adanya kemungkinan sebesar 5-10 persen dari aktivitas gunung berapi dengan skala besar yang akan terjadi sebelum akhir abad ini.
Kemungkinan ini disebutkan dalam bagian mengenai letusan-letusan gunung berapi besar, seperti letusan Danau Toba 74.000 tahun yang lalu, dan letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 selama periode Holocene saat ini.
Ini telah menyebabkan banyak laporan datang bahwa bumi tengah berada di tengah-tengah ‘musim gunung berapi’ – sebuah periode ‘bom waktu’ yang dapat menyebabkan gunung-gunung berapi super di Taman Nasioal Yellowstone, Wyoming meletus dan membunuh jutaan manusia.
Namun, ada pertanyaan-pertanyaan apakah “musim gunung berapi” ini benar-benar ada atau hanya sebuah penulisan judul yang menarik.
Sementara penelitian geohazard mengakui letusan-letusan gunung berapi besar “memiliki potensi untuk memicu bencana global,” para ilmuwan ESF tidak menyebutkan “musim gunung berapi” dan hanya mereferensikan aktivitas “supervolcanic” sekali dalam tabel yang menunjukkan klasifikasi letusan.
Juga tidak ada prediksi yang spesifik kapan gunung berapi di Yellowstone akan meletus.
Berbicara kepada International Business Time, Rebecca Williams, seorang vulkanologis di Universitas Hull mengatakan bahwa tida ada “musim gunung berapi” seperti yang disebutkan.
“Situasi vulkanik saat ini tidak melebihi keadaan normalnya. Sebaliknya, tampaknya ada ketertarikan lebih untuk melaporkan letusan-letusan gunung berapi yang lebih kecil dan dunia yang diberikan informasi ini berarti kita tahu lebih banyak mengenai letusan gunung di seluruh dunia.
“Telah ada pembicaraan mengenai Yellowstone meletus dan menewaskan semua orang, namun ini adalah omong kosong. Tidak ada data ilmiah yang menunjukkan letusan tersebut mungkin terjadi dalam waktu dekat,” katanya.
David Pyle, seorang vulkanologis dari Universitas Oxford telah mengatakan respon yang sama dan mengatakan bahwa masih diragukan bahwa musim gunung berapi ini nyata atau tidak.
Ia menyarankan bahwa peningkatan letusan kemungkinan karena teknologi yang mendeteksi aktivitas yang sebelumnya belum terdeteksi.
- Source : www.rt.com